Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Eksistensi Nama Yesus Dalam Kitab Kisah Para Rasul

25 Mei 2024   11:50 Diperbarui: 25 Mei 2024   12:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi eksistensi Nama Yesus dalam Kitab Kisah Para Rasul. (Sumber gambar: Freepik.com)

Pendahuluan

Dunia lampau dan kini yang dihuni oleh manusia masihlah dalam kegelapan dosa. Dosa masih menguasai dunia, meski kuasanya tidak sebanding dengan kuasa Allah. Pun manusia yang tinggal di dunia ini masih tercemar akan dosa.

Ibarat perbandingan Kristus dengan manusia adalah seperti perbandingan kemuliaan dengan kecemaran dosa. Dosa menjadikan manusia semakin menjauh dari Allah dan hubungan Allah dengan manusia menjadi cemar dan terputus. Allah tidak bisa berkompromi dengan dosa. Sebab Allah adalah kudus (Imamat 19:2b; 1 Petrus 1:16).

Dengan sifat dan atribut 'kudus' yang ada pada diri Allah memungkinkan setiap orang percaya terhindar untuk tidak melakukan dosa. Dan sepatutnyalah setiap orang percaya hidup dalam kekudusan Allah, sebab Allah adalah kudus. Kehidupan yang tidak berkompromi terhadap dosa merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap orang percaya.

Namun pertanyaannya ialah bagaimana hidup tidak berkompromi terhadap dosa? Dalam Surat Kisah Para Rasul sangat eksplisit memberitahukan kepada kita bahwa dampak dosa sangatlah fatal dan mematikan. Itu nampak dalam kisah Ananias dan Safira (lihat: Kisah Para Rasul 5:1-11), yang mana mereka berdua telah berkompromi untuk tidak mempersembahkan semua hasil penjualan tanahnya kepada rasul-rasul untuk dibagikan kepada setiap orang percaya sesuai dengan keperluannya (4:34-35).

Dengan perbuatan kompromi terhadap dosa tersebut mengakibatkan Ananias dan Safira seketika mati, saat rasul Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai iblis, sehingga engkau menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya beserta istrinya (5:3-5, 10).

Pengalaman Ananias dan Safira tersebut menjadi alarm keras bagi kita orang-orang percaya pada masa kini dalam menjalani hidup bersama Kristus; Apakah kita benar-benar pengikut Kristus atau bukan? Apakah kerohanian kita bermasalah atau tidak? Apakah hidup kita berkompromi dalam dosa? Apakah kita terlihat jujur kepada manusia, namun ternyata berdusta kepada Allah dalam memberikan sesuatu, contohnya persembahan dan lain sebagainya?

Bagi saya, dalam hal ini, Ananias dan Safira adalah orang yang benar-benar tidak percaya kepada Injil. Mengapa saya katakan demikian, sebab mereka bukan saja berdusta kepada manusia (dalam memberikan persembahan), namun mereka berdusta kepada Allah. Itu manifestasi orang yang memang tidak percaya kepada Injil.

Petrus berkata, "...engkau mendustai Roh Kudus ( [pseusasthai])." "...Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah ( [epseus])." (Kisah Para Rasul  5:3b-4d). Ananias dan Safira bukan saja hanya berbohong biasa, namun mereka mengucapkan ketidakbenaran atau upaya untuk menipu dengan kepalsuan.

Satu-satunya cara untuk menjadi 'manusia' (milik-Nya) Allah ialah dengan kasih karunia-Nya sendiri yang mengarah pada kita, saya dan Anda, melalui Injil yang kita dengar dan imani. Mendengar dan beriman pada Injil bukankah anugerah-Nya? Setiap manusia yang berada di kolong langit ini tidak bisa dan mampu menjadi milik-Nya Allah melalui usahanya sendiri. Entah itu usaha melalui "ketaatan beragama," berbuat baik, beramal saleh, dan sebagainya.

Allah-lah yang berusaha, sehingga setiap manusia yang ditetapkan-Nya itu beroleh iman kepada Yesus menjadi milik-Nya Allah sendiri.

Mengaku dan beriman kepada Nama Yesus yang tersalib itu; Dia mati dan hidup kembali pada hari yang ketiga merupakan hal yang sangat penting dan krusial bagi manusia berdosa. Hal itulah yang sedang dan atau dideklarasikan oleh Allah sendiri maupun melalui para hamba-Nya kepada manusia berdosa (Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 4:12; Roma 10:9).

Namun janganlah ada orang yang di bawah kolong langit ini berpikir bahwa pengakuan dan kepercayaannya tersebut adalah hasil usahanya sendiri. Tentu tidaklah demikian. Mendengar, lalu beriman pada Nama Yesus Kristus, pertama-tama bukanlah usaha dari manusia itu sendiri.

Alkitab dan sejarah mencatat bahwa manusia hanya mencari nama sendiri (Kejadian 11:4), bukan mencari Nama Yesus Sang Juruselamat. Sang Injillah atau Yesus sendirilah yang mencari dan berdiri di muka pintu hati manusia untuk diselamatkan (Yehezkiel 34:12; bdk. Wahyu 3:20).

Sekalipun kelihatannya semua orang mencari Allah melalui perbuatan-perbuatannya dengan membuat monumen atau "patung-patung" sesembahan dan perbuatan baik lainnya; namun nyatanya tidaklah ada yang benar di hadapan Allah, tidak ada yang berakal budi sesuai kehendak Allah; tidak ada yang mencari Allah (Roma 3:10-11).

Sekali lagi, mengaku dan beriman kepada Nama Yesus bukanlah hasil usaha dan pekerjaan manusia, namun adalah usaha dan pemberian Allah semata (Roma 3:24; Efesus 2:8-9). Kristus telah mati untuk membayar semua hutang dosa manusia melalui darah-Nya yang tercurah di kayu salib.

Sehingga, jika manusia dibenarkan bukan karena usaha manusia sendiri melainkan oleh karena kasih karunia yang diberikan secara cuma-cuma oleh Allah, dengan kata lain kita dilepaskan dari dosa dengan cuma-cuma atau tanpa imbalan jasa dan hanya karena kasih karunia Allah kepada manusia.

Oleh sebab itu, Allah memberikan Kristus sebagai wujud kasih karunia-Nya yang telah membawa pendamaian antara Allah dan umat pilihan-Nya. Hal itu hanya dapat kita terima oleh iman kepada Kristus Yesus.

Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa usaha manusia tidak bisa dan dapat lepas dari belenggu dosa. Dan karenanya memerlukan kasih karunia Allah semata melalui anugerah Injil-Nya. Olehnya, penulis akan membahas dan mengelaborasinya secara sederhana dan sempit pada Surat Kisah Para Rasul saja, yang diberi judul, "Eksistensi Nama Yesus Dalam Kitab Kisah Para Rasul" (Selanjutnya akan disingkat Kis.).

Melalui Nama Yesus Allah Dimuliakan

Oleh karena Yesus Kristus adalah TUHAN yang ditinggikan, Kisah Para Rasul menekankan nama Yesus, dan menunjukkan otoritas dan keallahan-Nya. Yesus adalah TUHAN karena Dialah: Firman yang berinkarnasi menjadi daging (Manusia); Tuhan atas ciptaan dan Tuhan atas kehidupan.

Di dalam nama Yesuslah segala kemuliaan ALLAH terpancar. Dalam permulaan Kitab Kis. kita mendapati bahwa Allah dimuliakan melalui puji-pujian jemaat mula-mula. Akibatnya, gereja mula-mula tersebut disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah yang diselamatkan bertambah banyak melalui persekutuan pemberitaan para rasul dengan mereka (Kis. 2:41-42, 47).

Seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahirnya pun kegirangan memuji Allah akibat kesembuhan yang dialaminya dalam nama Yesus (Kis. 3:2, 8-9). Dia sembuh akibat kepercayaannya dalam Nama Yesus (3:16). Akibat kesembuhan orang lumpuh tersebut, orang-orang yang biasa yang mengenal dia pun terheran dan memuliakan Allah dalam nama Yesus (4:21).

Para murid (rasul) yang mendengar kesaksian Petrus dan Yohanes yang didatangi oleh imam-imam dan pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki (4:1, 23) pun berseru dalam doa kepada Allah dalam nama Yesus (4:24). Orang-orang percaya yang menemani Petrus pun saat pergi memberitakan Injil kepada Kornelius dan seisi rumahnya memuliakan Allah melalui nama Yesus, akibat keheranan mereka, bahwa pada bangsa-bangsa lain pun, Allah mencurahkan Roh-Nya (10:46).

Ketika Petrus mempertanggungjawabkan pemberitaan dan baptisan yang ia lakukan kepada Kornelius di hadapan para rasul, para rasul dan orang-orang percaya lainnya pun memuliakan Allah lewat nama Yesus (11:18). Bahkan orang-orang yang tidak mengenal Allah memuliakan firman Tuhan melalui nama Yesus (13:48). Saat ketika Paulus dan Silas didera dan dipenjara pun menyanyikan puji-pujian kepada Allah oleh karena memberitakan nama Yesus (16:25).

Barrett berkata: "Paul and Silas in their prayers... A natural recourse for Christians in distress. Cf. 12.5; James 5.13. Paul and Silas were singing OT Psalms or new compositions on similar lines (cf. the hymns in the Lucan infancy stories and the Qumran Hodayoth). Singing in prison may be a literary convention, intended to show the coolness, courage, and faith of the prisoners. Luke, with the earth quake and release to come, is building up a dramatic story, but it is not necessarily at this point unhistorical. Men in prison for their faith have praised God."

Ketika Paulus pergi mengunjungi Yakobus dan bersaksi mengenai pekerjaan Allah di dalam dirinya, membuat mereka yang mendengar Paulus memuliakan Allah (21:20).

Tiada kemuliaan sejati ditemukan selain di dalam nama Yesus. Memuliakan Allah berarti mengenal nama Yesus. Kemuliaan dunia pun tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan melalui nama Yesus Sang Hakim yang kelak akan datang kedua kalinya. Setiap orang percaya sudah saatnya lebih sungguh lagi memuliakan Allah dalam nama Yesus Kristus.

Jadi, dalam banyak ayat-ayat yang dipaparkan di atas dan sehubungannya dengan kemuliaan Allah melalui nama Yesus di dalam Kitab Kisah Para Rasul telah membuat kita mengerti dengan seksama akan pentingnya memuliakan Allah dalam nama Yesus Kristus.

Dalam Nama Yesus Ada Keselamatan

Dalam Kitab Kis. 4:12 secara eksplisit dituliskan bahwa dalam nama Yesus ada keselamatan. Demikian isinya, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Tom Wright dalam bukunya Kisah Para Rasul untuk Semua Orang Jilid 1 mengatakan: "Para rasul berdiri dengan kuasa otoritas Allah memberitakan tidak ada nama lain yang dapat menyelamatkan manusia selain di dalam nama Yesus. Memangnya, dengan nama siapa lagi orang bisa diselamatkan?"

Lebih lanjut Horton berkata: "Salvation is found in an one else, for there is no other name under heaven given to men by which we must be saved." Then Peter explains what this means: There is no salvation in anyone else (the salvation which they hoped to be brought by the Messiah is not in anyone other than Jesus), "for there is no other name under heaven given to men [human beings] by which we must be saved." "Must" (Gk. dei) is an emphatic word indicating compelling necessity. If we do not find salvation through the name (Person) of Jesus, we shall never find it. Nowhere in the entire world is there another Savior there never has been and never will be."

Dalam Surat Kis. kita mendapati bahwa dalam nama Yesus Kristuslah ada pengampunan dosa (2:38), yang berseru dalam nama Yesus akan diselamatkan (2:21), dalam nama Yesus ada kesembuhan dan mujizat (3:6), dan iman dalam nama Yesus menguatkan orang yang sakit (3:16).

Dalam nama Yesus yang tersalib dan dibangkitkan itu menguatkan dan memampukan untuk bersaksi ditengah-tengah orang (4:10). Nama Yesus membuat segala musuh-musuh Allah bertekuk dan ketakutan dalam mendengar pengajaran di dalam nama-Nya (4:18; 5:40a).

Dalam awal pertobatan Paulus ketika berjumpa secara langsung dengan Yesus melalui penglihatan, Paulus pun langsung memberitakan dan mengajar di dalam nama  Yesus ada keselamatan di kota Damsyik (9:27).

Banyak juga orang yang telah mendengar pemberitaan Injil dan langsung dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (2:38; 10:48; 19:5). Seperti halnya yang dilakukan Petrus terhadap Kornelius dan seisi rumahnya, dimana ini kali pertama Petrus memberitakan Injil kepada orang di luar Yahudi, dan langsung percaya dan dibaptis dalam nama Yesus.

Bock dalam bukunya yang berjudul Acts, Baker Exegetical Commentary on The New Testament menjelaskan: "Peter is led to comment on what should be done next. He calls for immediate baptism, since the Gentiles have received the Spirit just as those present at Pentecost had in Acts 2 (also 11:15, 17; 15:8, 11). Peter understands the significance of the Spirit's distribution. The Spirit is the sign of the eschaton's presence and shows that God is blessing Gentiles directly. Peter asks if there is anything to prevent their being baptized. The interrogative particle unni (mti) tells us the expected answer: "No, nothing should prevent this" (Culy and Parsons 2003: 216). So baptism follows in the name of Jesus Christ (8:36), and Peter stays with Cornelius for several days, implying that he sees these Gentiles now as "clean." As with the Ethiopian eunuch, there is nothing to hinder baptism or fellowship."

Jelas bagi kita bahwa dalam nama Yesus ada keselamatan (lihat: keselamatan kekal). Ketidakpercayaan di dalam nama Yesus dipastikan tidak beroleh surga, dan itu sama dengan menghujat Roh Kudus. Di dalam nama Yesus kuasa penyelamatan Allah terlaksana dengan sempurna.

Itu sebabnya bagi Kekristenan nama Yesus adalah segala-galanya. Tiada nama lain, selain nama Yesus dalam iman orang Kristen. Dan salah satu pengajaran fundamental dalam iman Kekristenan ialah percaya dalam nama Yesus Kristus atau yang biasa dikenal dengan soteriologi.

Kesimpulan

Dunia dan segala apa yang ada di dalamnya akan lenyap. Firman Tuhan telah memberitahukan itu kepada kita.

Namun ada yang pasti, yang tidak akan lenyap dari dunia ini, yakni nama Yesus Kristus Sang Kasih Sejati. Ke-eksistensi-an nama Yesus sudah tidak diragukan lagi dalam kemuliaan dan keselamatan yang daripada Allah.

Pun begitu dalam Surat Kisah Para Rasul, nama Yesus ada begitu banyak disebutkan. Baik dalam hal keselamatan maupun dalam memuliakan Allah, semuanya di dalam dan melalui nama Yesus saja, tidak dengan nama yang lain.

Penulis sangat bersyukur oleh pertolongan Allah boleh (dimampukan) percaya dan beriman dalam nama Yesus Kristus. Kiranya artikel sederhana ini memberkati para pembacanya. Soli Deo Gloria!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun