Cak Nur menulis bahwa apa yang terjadi pada umat Islam sekarang pernah terjadi pada peradaban-peradaban yang lain. Dengan menganalisis sejarah umat di masa lalu, Cak Nur mengatakan rasionalitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Di masa lalu, para filsuf Islam tidak memisahkan antara rasionalitas dan relijiusitas. Banyak filsuf Islam di masa lalu juga muslim yang saleh. Relijiusitas dan rasionalitas merupakan satu kesatuan.
Umat Islam di masa kejayaannya menyerap berbagai ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa. Umat Islam di masa lalu adalah yang pertama kali menginternasionalisasikan ilmu pengetahuan yang sebelumnya berwatak nasionalistik. Pada masa itu, setiap peradaban memiliki ilmu pengetahuannya sendiri. Peradaban Islam di masa lalu adalah peradaban kosmopolitan. Umat Islam benar-benar menjalankan perannya sebagai ummatan wasathan atau umat pertengahan. Umat Islam di masa lalu berperan sebagai "saksi bagi sekalian umat manusia".
Cak Nur optimis di masa mendatang Islam akan bangkit kembali sebagai sebuah peradaban dengan bentuknya yang lebih modern. Islam akan kembali jika umat Islam mau belajar dari sejarah. Sejarah bukan dongeng masa lalu melainkan sebagai sumber inspirasi untuk masa yang akan datang. Kejatuhan dan kejayaan umat Islam hendaknya dipelajari sebagai sumber kebangkitan di masa mendatang.
Menurut Cak Nur, peradaban Islam di masa lalu adalah peradaban yang terbuka. Banyak orang dari seluruh dunia yang belajar kepada institusi pendidikan dan ilmiyah di dunia Islam. Cak Nur optimis kalau kita mau menilik masa lalu Islam, harapan bahwa Islam akan bangkit selalu ada. Umat Islam sangat diuntungkan dengan kondisi modernitas ini. Dengan menyebarnya Islam di seluruh dunia, umat Islam kini memasuki era globalisasi. Saat ini jumlah umat Islam di dunia sekitar 1,6 milyar orang. Pertumbuhan Islam di dunia sangat cepat.
Islam mempunyai efek membebaskan. Islam menjadi harapan kalangan kulit hitam untuk bangkit dari keterpurukannya. Islam menjadi sebuah identitas baru di negara-negara Eropa dan  Amerika. Islam menjadi identitas bagi kalangan minoritas di seluruh dunia. Umat Islam hanya perlu membenahi dirinya agar kembali menjadi umat pilihan.
Di tengah kondis carut-marut dunia Islam, Allah menyatakan dalam Al-Qur'an agar kita tidak putus asa. Putus asa adalah sifat orang kafir. Umat Islam tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Jika umat Islam bisa bersatu, maka itu menjadi kekuatan yang besar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membangkitkan umat Islam dari kubangan sejarah. Untuk itu kita haruslah sabar. Kita harus memahami dan merumuskan jalan keluar dari kerumitan yang dihadapi umat Islam kontemporer.
Salah-satu yang memprihatinkan dari realitas umat Islam adalah menghilangnya etos intelektual Islam. Sudah jamak diketahui, bahwa secara kualitas sumber daya manusia (SDM) umat Islam sangat tertinggal dari umat-umat lain. Pendidikan di dunia Islam berada pada urutan terendah di antara bangsa-bangsa di dunia. Pendidikan Islam terbelah antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Seharusnya hal ini tidak terlu terjadi. Integrasi di dunia keilmuwan perlu dilakukan.
Sebagai seorang intelektual, Cak Nur menyatakan pentingnya umat Islam meneladani etos intelektual Islam di masa dahulu. Â Umat Islam di masa kejayaan selalu belajar kepada siapa saja, tak peduli mukmin atau kafir. Filsafat Yunani yang mengharu-biru dipelajari dan dikembangkan umat Islam lalu ditransmisikan ke Eropa. Kota-kota Islam telah menjadi kota-kota kosmopolitan di dunia saat itu. Semua orang dari berbagai macam latar-belakang berkumpul di kota-kota Islam.
Dialog antar agama dan peradaban bukan barang baru di dunia Islam. Anehnya saat ini ada kelompok-kelompok Islam yang anti dialog dan anti diskusi dengan kelompok-kelompok sesama Islam maupun dengan agama-agama lain. Bahkan Nabi Muhammad saw telah mempraktekkan dialog antar agama dengan umat Yahudi, Nasrani, dan Majusi di masa lampau. Kenapa baru sekarang anti dialog? Ini karena dialog antar agama membutuhkan kerendahan hati dan sikap tepa selira. Hal ini yang tidak dimiliki oleh sebagian elit-elit umat Islam sekarang.
Elit-elit Islam sekarang lebih sibuk berpolitik ketimbang membangun sesuatu yang baik untuk umat. Politik seolah-olah menjadi jalan utama menuju Tuhan. Memang Islam tidak memisahkan antara agama dan politik. Islam memandang baik politik. Namun pertikaian politik di antara umat Islam sendiri telah menghabiskan energi. Banyak hal yang kemudian terbengkalai akibat orientasi umat Islam ke politik praktis. Masalah pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya menjadi terlantar.
Cak Nur mengatakan umat Islam akan mendapat keuntungan dari globalisasi. Di masa kejayaannya, peradaban Islam telah menciptakan globalisasinya sendiri. Peradaban Islam pada waktu itu benar-benar telah mengglobal di Timur dan Barat. Umat Islam di masa kejayaannya telah menjadi saksi di antara sekalian manusia.