Sebagai muslim, kita sering mengkhawatirkan masa depan Islam di era yang akan datang. Jutaan seminar baik berskala lokal, nasional, maupun internasional mengenai nasib Islam dan umat Islam di masa depan telah diselenggarakan. Namun kondisi umat Islam tetap saja centang perenang. Kondisi umat Islam di pelbagai negara benar-benar kurang menguntungkan. Jutaan muslim hidup dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan ketertindasan meliputi dunia Islam sekarang.
Tidak hanya di Palestina dan Afganistan, di negara-negara tertentu umat Islam dalam penindasan penguasa yang zalim seperti pengungsi Rohingya yang diusir oleh rezim Myanmar, kaum Muslim Xinjiang yang ditindas oleh rezim komunis China, masalah Kasmir, dan lain sebagainya. Belum lagi konflik internal umat Islam antara kalangan Sunni dan Syiah yang terjadi di Irak, Suriah, dan Yaman. Selain itu umat Islam kembali direpotkan oleh isu terorisme yang selalu dituduhkan kepada umat Islam.
Di sisi lain, kita masih mendapati sebagian umat Islam yang bertingkah kaku dan kasar terhadap umat-umat lain. Beberapa kelompok umat Islam menafsirkan Al-Qur'an secara harfiah sehingga tidak memberi ruang untuk diskusi. Mereka ingin menerapkan Islam secara kaffah menurut pemahaman mereka sesuai dengan masa Nabi Muhammad asw.
Umat Islam terpecah dalam berbagai sekte dan aliran. Semuanya mengusung pemikiran dan ideologinya masing. Padahal perbedaan tersebut hanya pada segi furu'iyyah atau segi cabang dari agama. Bukan pada pokok-pokok agama. Mereka satu sama lain saling menyerang dan menyebut kelompok lain yang tidak sesuai dengan pemikiran mereka sebagai pihak yang salah dan sesat. Saat ini umat Islam mengalami konflik internal yang sudah sedemikian akut dan meresahkan. Hal ini tidak hanya terjadi sekarang, tapi sudah berabad-abad. Kondisi umat Islam yang penuh pertentangan membuat keindahan Islam sebagai sebuah agama tidak tampak. Sementara itu umat Islam dibuat bingung dengan perpecahan yang sudah ada.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Â negara-negara Islam tertinggal jauh dari negara-negara Barat dan Asia Timur. Negara-negara Islam menempati urutan terbelakang dalam masalah IPTEK. Di masa lalu, peradaban Islam pernah menjadi kiblat IPTEK di dunia. Kini umat Islam dianggap sebagai paria yang tidak termasuk hitungan.
Krisis Islam dan tampilnya Nurcholish Madjid
Di tengah krisis Islam, di Indonesia muncullahnya seorang intelektual Islam, Nurcholish Madjid yang berupaya memberikan kesejukan dan pemahaman Islam yang moderat, modern, dan terbuka. Â
Cak Nur, begitu ia dipanggil, dalam banyak tulisannya bahwa apa yang terjadi pada umat Islam merupakan sebuah sunnatullah, yakni hukum-hukum Allah pada alam semesta ini termasuk pada berbagai peradaban di dunia ini. Nasib pelbagai peradaban di dunia ini selalu mengalami fase kemunculan, kejayaan, kemunduran untuk kemudian bangkit kembali. Allah swt di dalam Al-Qur'an menyatakan sejarah umat manusia bergerak bagaikan siklus.
Sejak abad ke-12 Masehi, peradaban Islam mengalami kemunduran. Efeknya terasa hingga kini. Umat Islam tidak mampu berkreativitas baik dalam keilmuan maupun peradaban. Umat Islam hanya meng-hafadz atau menjaga apa yang dari masa lampau. Umat Islam tidak siap menghadapi kenyataan masa depan. Umat Islam terlalu terpaku pada masa lalu sehingga tidak menatap masa depan.
Namun Cak Nur sangat optimis dengan masa depan Islam. Cak Nur menganalisis peradaban masa lampau dan mengkontekstualisasikan untuk masa sekarang dan masa depan. Cak Nur sepertinya sadar bahwa yang akan merealisasikan ide-idenya adalah generasi mendatang.
Cak Nur menulis dalam beberapa bukunya bahwa umat Islam saat ini dapat mengambil keuntungan dari modernitas. Bahkan umat Islam sangat siap berhadapan dengan modernitas. Ajaran Islam mengandung nilai-nilai kemodernan. Sebagai sebuah agama, Islam terbebas dari mitos. Islam mengajarkan rasionalisme. Menurut Cak Nur, rasionalitas merupakan ajaran Islam, bukan pengaruh dari kebudayaan lain. Di dalam Al-Qur'an, banyak sekali seruan kepada umat manusia untuk menggunakan akalnya.