Peseseg mempelajari dengan sungguh-sungguh,
Gendhing (lagu) Tejanata,
 Pada hari kamis malam tanggal 4 bulan Madilakir tahun Ehe,
 Diperingati dengan angka tahun 1764 Caka,
 Penulisan pada waktu Banjaransari berperang dengan raja,
 Perempuan di Galuh yang gagah perwira (peng-pengan di paprangan).
 Prabu Kenya berpakaian mulia yang bersinar,
 Berkuluk memakai jamang untuk menghindari bahaya (untuk tameng)
Dikarenakan bahasa yang digunakan terlalu puitis dan kuna, maka saya akan berusaha memberikan penafsiran singkat mengenai lirik lagu ini. Lirik lagu ini menggambarkan cerita para wanita dari Kerajaan Galuh yang dipimpin raja wanita yang berpakaian mulia dan bersinar.Â
Gending ini memiliki sejarah bersama sebuah tari yang bernama sama, Bedhaya Tejanata. Tari dan gending ini sejatinya merupakan yasan dalem (ciptaan raja) dan paringan dalem (pemberian raja) Sinuhun Susuhunan Pakubuwana X (PB X) dari Karaton Surakarta yang diberikan kepada Sri Paduka Paku Alam VII saat mempersunting putri PB X yang bernama BRA. Retna Puwasa.Â
Sebelum gending dan tari ini diberikan, situasi Pura Pakualaman saat itu secara politik sedang merosot. Maka gending dan tari ini menjadi simbol pancaran cahaya sang raja yang kembali mengayomi dari istana. Tak ayal, gending ini memiliki nuansa mistik yang penuh kewibawaan.