Mohon tunggu...
Ragil WIrayudha
Ragil WIrayudha Mohon Tunggu... Freelancer - melihat, mencatat dan mengingat

Hidup hanya sekali namun sejarah akan mengingatmu selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelakon

27 Oktober 2023   22:18 Diperbarui: 27 Oktober 2023   22:28 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu kau berangkat dulu

kau genggam semangat sebesar batu.

Dengan jarimu sendiri,  Kau pahat pula niat baik diatasnya

tanganmu mengepal melajur lebih depan dibanding kepala

sebab kau mengendarai hati, bukan kaki

di perempatan, orang-orang sepertimu bersua

saling mengobarkan api, bergandeng tangan membakar apa saja yang didekatnya

agar terang itu menembus kebuntuan jarak pandang

teriakan tak bakal mundur

janji kalian tebar berbongkah-bongkah, untuk setia pada benar

disulukkan dengan gempita, metafor beterbangan mengirim makna

lihatlah ini kesucian diambang menang

ikutlah sodara sodara semua

ikutlah jangan ragu sedikitpun

begitu, 

kalian mati rasa sebab yang tertinggal hanya cinta

lalu, di seberang tak begitu gaduh

dengan karakter sulam wibawa, bestari dan ratu adil

turun, menatap ke arah kalian, yang baru saja saling bertemu dan berjanji menaiki kereta yang sama

lengang, kereta hanya menyisakan suara mesin

lalu, dari kejauhan, batu-batu itu, dengan muka menahan malu, mulai kalian masukkan dalam saku

lirikan terlahir bertubi-tubi 

mata saling todong untuk tunduk pada satu perjanjian baru

untuk berdamai

untuk berdiam

untuk melupakan

apa yang awalnya ingin kalian perangi

batu-batu itu mulai kalian gelindingkan dengan pelan

seakan keadaan yang memaksa, duh.

kalian lubangi dengan jari saku itu 

hingga  jejak dipenuhi bebatuan janji-janji

kami melihat, masih dari jauh

karena mendekat hanyalah busuk

setidaknya, diatas kecewa dan muak melihat para lakon

kami masih bisa mengais pahatan niat baik

untuk tetap kami jaga sebagai doa

bahwa pertemuan niat baik saja tidak pernah cukup untuk memenangkan kebenaran

selama kekuasaan dan tamak menjadi masinis kereta yang kalian tunggangi.

Sebab, hakikatnya, yang kalian cintai adalah kebutaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun