Mohon tunggu...
Jihan Auliana Ghaisani
Jihan Auliana Ghaisani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Halo! Saya Jihan, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekofeminisme: Perempuan dan Masa Depan Bumi Pertiwi

26 Oktober 2022   23:08 Diperbarui: 26 Oktober 2022   23:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disisi lain, menurut Atma Kusumah, masalah lingkungan di Indonesia cenderung dikaitkan dengan brown problem yang menekankan pencemaran udara atau polusi daripada green problem yang menekankan pentingnya penyelamatan hutan. 

Bisa jadi pencemaran lingkungan dianggap merupakan masalah lingkungan yang dirasakan langsung oleh masyarakat kota, tempat kelompok dominan bermukim, sebaliknya green problem lebih banyak terkait dengan masalah non human, terjadi jauh dari kota dan diasumsikan hanya menyangkut sebagian kecil masyarakat. 

Ekofeminisme adalah pengembangan pemikiran feminis yang menyatakan bahwa krisis lingkungan global diasumsikan merupakan hasil dari kebudayaan patriarki. Ekofeminisme pada dasarnya merupakan analisis yang menghubungkan institusi sosial yang maskulin dan perusakan terhadap lingkungan fisik. 

Pemikiran ini didasarkan pada pemikiran barat yang memfemininkan bumi karena bumi dianggap seperti perempuan yang memproduksi kehidupan. Sehingga muncul berbagai istilah seperti hutan yang masih perawan, kandungan yang terdapat dalam bumi, perkosaan terhadap bumi dan lainnya.

Pemahaman mengenai ekologi feminis lebih diperkuat melalui pemahaman paradigma lingkungan (Corbett 2006:282) yang menekankan bahwa manusia merupakan satu dari begitu banyak makhluk di dunia dan setiap makhluk (tumbuhan, binatang dan lainnya) mempunyai hak yang sama untuk hidup karena ada interdependensi di antara mereka. 

Dengan demikian, kita perlu memperhatikan keragaman, kompleksitas, integritas, harmoni dan stabilisasi di antara semua makhluk tersebut sehingga keberlanjutan dan konservasi alam lebih penting daripada kemajuan pembangunan bagi manusia semata. 

Gerakan ekologi dan feminisme mempunyai tujuan yang saling berkaitan, keduanya membangun pandangan mengenai dunia dan prakteknya yang tidak berdasarkan model model dominasi. Seperti yang dikemukakan Rosemary Radford Ruether, terdapat kaitan yang sangat penting antara pola dominasi terhadap perempuan dan perlakuan dominasi terhadap alam.

Keterlibatan  perempuan dalam  rangka pengelolaan   lingkungan   untuk   mengatasi perubahan  iklim  dilakukan  secara  langsung. Para  perempuan  terlibat  dari  awal  program hingga  keberlanjutan  program. 

Keterlibatan perempuan   secara   langsung   terjadi   pada program  yang  ada  kaitannya  dengan  pengelolaan  sampah  rumah  tangga.  Keterlibatan perempuan    dilakukan    melalui    organisasi yang  ada  di  masyarakat.

Perempuan     terlibat     juga     sebagai penyebar  informasi  guna  implementasi  ge-rakan  pengelolaan  lingkungan.  Keterlibatan perempuan     dapat     mempengaruhi para perempuan lainnya untuk ikut terlibat dalam pengelolaan sampah tersebut.

Sehingga proses   penyadaran   antara   perempuan   yang belum  terlibat  dapat  terjalin  karena  adanya proses   persuasi   dari   para   perempuan   itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun