Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu bertanya. Ia mempertayakan dirinya, keberadaannya, dan dunianya. Manusia sebagai makhluk personal dan juga sebagai makhluk sosial. Ia ada dan berkembang bersama dengan individu lain. Dalam arti ini kehadiran orang lain merupakan hal yang mutlak. Hidup manusia adalah ada bersama. Pembentukan diri dan realisasi diri pribadi hanya bisa terpenuhi berkat kehadiran pribadi-pribadi lain. Karena itu sosialitas merupakan sesuatu eksisensial bagi manusia.
Manusia tidak pernah terlepas dari orang lain. Sebagai persona manusia memang mampu berdiri sendiri. Akan tetapi ia tidak akan bisa ada dan berkembang tanpa kehadiran subjek yang lain. Eksisensial manusia adalah koeksistensi. Artinya, ada manusia adalah ada bersama dengan orang lain.
Sebagai persona mengadakan komunikasi dengan sesamanya, dan membuka diri serta menyerahkan diri sendiri kepada  mereka adalah kebutuhan pokok bagi manusia. Ini merupakan keharusan dari tuntutan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam ungkapan Heidegger mengamfirmasikan secara tegas manusia sebagai makhluk sosial. Ada manusia adalah ada bersama. Artinya, kehidupanan manusia sesunggunya merupakan perpaduan antara manusia dengan manusia lainnya. Jadi, kodrat manusia sebagai pribadi adalah "mengada bersama dengan pribadi-pribadi yang lain".
Heidegger lebih lanjut menyatakan bahwa kebersamaan adalah dunia yang nyata. Dalam kebersamaan, setiap individu mengambil bagian dalam kehidupan orang lain. Karena itulah hidup dengan sesama ditandai dengan kegiatan berbagi. Kegiatan ini merupakan dunia manusia.
Sosialitas sebagai bagian dimensi manusia merupakan fakta. Dimensi ini merupakan kenyataan yang dijalani oleh manusia setiap hari. Kesadaran bahwa  ada orang lain merupakan hasil dari pergaulan hidup sehari-hari. Karena pergaulan seseorang mempunyai kenyakinan bahwa terdapat makhluk lain yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Ia sadar bahwa ketergantungan kepada orang lain diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari bersama dengan orang. Dengan demikian argumen untuk menyatakan manusia sebagai makhluk sosial bisa dilihat dari pengalaman nyata sehari-hari.
Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan serta berkembang di dalam keluarga. Pembentukan manusia sendiri terjadi karena kerja kerja manusia antara yang satu dengan yang lainnya. Contoh; terjadinya kerja sama antara dua manusia, yakni laki-laki dan perempuan yang terikat tali kasih. Itulah yang disebut keluarga. Di dalamnya setiap pribadi mengalami kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif serta menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan.
Manusia memperoleh keterikatan dengan kerja. Kerja menyatu dengan keberadaan manusia. Secara negatif dapat dikatakan kerja tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dengan demikian kerja adalah wadah bagi pembentukan diri manusia dalam membangun dunianya, baik itu dalam keluarga dan juga lingkungan dimana ia tinggal. Bahkan dapat dikatakan kehidupan manusia sendiri tercermin pada pekerjaan dan hasil-hasilnya. Tanpa kerja manusia tidak akan hidup dan dunia tidak akan terbentuk.
Namun seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, pekerjaan semakin sulit didapat, bahkan terkadang pekerjaan itu tidak dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Terlepas itu upah yang minim. Tapi coba dulu kita berkaca dalam diri sendiri sebelum menyalahkan keadan. Sebagian besar manusia sering kali tidak dapat memaknai sebuah pekerjaan. Mengapa? Karna mereka tidak menumbuhkan kepercayaan dan juga kejujuran.