Mohon tunggu...
Hans Roga
Hans Roga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa fakultas filsafat

PENCINTA MUSIK

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Filsafat Vedanta

22 Juni 2023   18:56 Diperbarui: 22 Juni 2023   19:18 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh: Yohanes Roga

Abstrak

Pada prinsipnya filsafat mengajarkan bagaimana bersikap kritis dan rasional dalam usaha mencari pengetahuan yang benar. Otentisitas sebuah pengetahuan terletak pada bagaimana cara memahami filsafat itu sendiri. Filsafat bukanlah ilmu biasa yang puas dengan fakta, melainkan terus berupaya untuk mengatahui hal-hal yang di seberang fakta. Karena itu,  dalam filsafat hal yang dibicarakan adalah tentang yang esensial (mengenai hakikat kenyataan), hal fundamental (mengkaji dasar kenyataan, dan radikal (mengkaji akar kenyataan). Dalam agama Hindu salah satu aliran filsafat yang dikaji adalah filsafat Vedanta. Vednta mengajarkan bahwa nirvna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya. Nirvna adalah kesaaran terhadap diri sejati. Dan  sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak akan pernah lagi dapat di perdaya oleh  kabut individualitas. Terdapat dua tahap pembedaan dalam kehidupan, yaitu: yang pertama, bahwa orang yang mengetahui diri sejatinya tak akan di pengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia.

Kata kunci: Filsafat, Vedanta, esensi, rationalitas,  kesadaran diri, individualitas

Pendahuluan 

Pada umumnya dalam ajaran Hindu mengandung banyak Tattva atau dalam ilmu modern disebut filsafat, secara khusus filsafat disebut Darana. Darsana yang disejajarkan dengan kata filsafat merupakan pengetahuan rasional tentang Tuhan, yang mendukung keyakinan  dan menghindarkannya pada pandangan sempit. Sivananda menegaskan, filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan merupakan satu bagian integral dari agama India. Lebih lanjut dinyatakan filsafat merupakan pencarian rasional pada pada sifat kebenaran atau realitas yang memberikan pemecahan. Dengan demikian, filsafat memang dibutuhkan untuk memperkuat keyakinan dan memberikan pencerahan pada pelaksanaan agama Hindu (Sivananda, 2003: 72).  Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan Veda terdapat sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darana. Pada masa  Upaniad, akhirnya filsafat dalam kebudayaan Veda dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu astika (kelompok yang mengakui Veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika (kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi). Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut a Darana (Nyy, Skya, Yoga, Mmms, Vaisiseka, dan Vednta) dan tiga cabang filsafat yang menentang Veda yaitu Jaina, Carvaka dan Buddha (agama Buddha) (Bdk, Supri, 2019:37-31). 

Filsafat juga merupakan pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas, yang juga memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan yang lembut dari kehidupan ini, di mana ia juga menunjukan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian. Filsafat bermula dari keperluan praktis umat manusia yang menginginkan untuk mengetahui masalah-masalah transcendental ketika ia berada dalam perenungan tentang hakekat kehidupan itu sendiri. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengetahui rahasia kematian, rahasia kekekalan, sifat dari Jva (roh), sang pencipta alam semesta ini. Dalam hal ini filsafat dapat membantu untuk mengetahui semua permasalahan ini, karena filsafat merupakan ekpresi diri dari pertumbuhan jiwa manusia, sedangkan filsuf adalah wujud lahiriahnya. Para pemikir kreatif dan para filsuf merupakan wujud muncul pada setiap jaman dan mereka mengangkat dan mengilhami umat manusia. Pada uraian berikut akan diuaraikan tentang aliran filsafat Vedanta.

 Filsafat Vednta 

 a. Pendiri dan sumber ajarannya

Vedanta merupakan sistem filsafat yang bersumber langsung dari Veda artinya, mengakui otoritas Veda dengan beretumpu pada daya nalar dan kecerdasan. Filsafat ini sangatlah kuno yang berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya yang dikenal dengan nama Veda. Vednta ini merupakan bunga diantara semua spekulasi, pengalaman dan analisa yang terbentuk dalam demikian banyak literatur yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad. Filsafat Vednta ini memiliki kekhususan. Yang pertama, ia sama sekali impersonal, ia bukan dari seseorang atau Nabi (Supri, 2019:131).

Istilah Vednta berasal dari kata Veda-anta, artinya bagian terakhir dari Veda atau inti sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab Upaniad (Suamba, 2003: 378). Kitab Upaniad juga disebut dengan Vednta, karena kitab-kitab ini merupakan jana kda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda setelah Mantra, Brhmaa dan rayaka yang bersifat mengumpulkan. Disamping itu ada tiga faktor yang menyebabkan Upaniad disebut dengan Vednta yaitu:

 Upaniad adalah hasil karya terakhir dari jaman Veda.

Pada jaman Veda program pelajaran yang disampaikan oleh para Resi kepada sisyanya, Upaniad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brhmana pada mulanya diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Veda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brhmaa yakni tata cara untuk melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dari Upaniad.

 Upaniad adalah merupakan kumpulan syair-syair yang terakhir dari pada jaman Veda.

Jadi pengertian Vednta erat sekali hubungannya dengan Upaniad hanya saja kitab-kitab  Upaniad tidak memuat uraian-uraian yang sistimatis. Usaha pertama untuk menyusun ajaran  Upaniad secara sistimatis diusahakan oleh i Vy aeva, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut dengan Vednta-Stra atau Brahma- Stra yang menjelaskan ajaran-ajaran Brahman. Brahma- Stra juga dikenal dengan arraka Stra, karena ia mengandung pengejawantahan dari Nirgua Brahman Tertinggi dan juga merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang Hinduisme, yaitu Prasthna Traya, sedang dua buku lainnya adalah Upaniad dan Bhagavad Gt. i Vysa telah mensistematisir prinsip-prinsip dari Vednta dan menghilangkan kontradiksi-kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut (Supri, 2019:176).

b. Sifat ajarannya

Sistem filsafat Vednta juga disebut Uttara Mmms . Kata"Vednta" berarti"akhir dari Veda. Sumber ajarannya adalah kitab Upaniad. Oleh karena kitab Vednta bersumber pada kitab-kitab Upaniad, Brahma Stra dan Bhagavad Gt, maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan yang Maha Esa  adalah mutlak dan tidak berpribadi (impersonal God),sedangkan teisme mengajarkan Truhan yang berpribadi (personal God). Uttara-Mmms atau filsafat Vednta dari Bdaryaa atau Vysa ditempatkan sebagai terakhir dari enam filsafat orthodox, tetapi sesungguhnya ia menempati urutan pertama dalam kepustakaan Hindu ( Supri, 2019:132) 

c. Pokok- Pokok Ajaran Vednta

Vednta mengajarkan bahwa nirvna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya. Nirvna adalah kesaaran terhadap diri sejati. Dan  sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak akan pernah lagi dapat di perdaya oleh  kabut individualitas. Terdapat dua tahap pembedaan dalam kehidupan, yaitu: yang pertama, bahwa orang yang mengetahui diri sejatinya tak akan di pengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia

Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vednta bersumber dari Upaniad. Brahma Stra atau Vednta  Stra dan Bhagavad Gt. Brahma Stra mengandung 556 buah Stra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sdhna dan Phala. Pada Bab I, pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Skya, Yoga, Vaieika dan sebagainya yang merupakan saingannya dikritik, dan jawaban yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada Bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidy. Pada Bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidy dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap bab memiliki 4 bagian (Pda). Stra- stra pada masing-masing bagian membentuk Adikaraa atau topik-topik pembicaraan. Lima Stra pertama sangat penting untuk diketahui karena berisi intisari ajaran Brahma Stra, yaitu :

Stra pertama berbunyi : Athto Brahmajijs,  oleh karena itu sekarang, penyelidikan ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan  obyek dari keseluruhan system dalam satu kata, yaitu :  Brahma-jijs yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman.

Stra kedua adalah : Janmdyasya yata - Brahman adalah Keaaran Tertinggi, yang merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.

Stra ketiga: Sstra Yonitvt -- Kitab Suci itu sajalah yang merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar.

Stra  keempat: Tat Tu Samvayt -- Brahman itu diketahui hanya dari kitab suci dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya, karena Ia merupakan sumber utama dari segala naskah Vednta.

Stra kelima adalah: kater N Aabdam -- Disebabkan 'berfikir', Prakti atau Pradhna bukan didasarkan pada kitab suci. 

Stra terakhir dari Bab IV adalah Anvi abdt Anvi abdt -- Tak ada kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat itu. Masing-masing buku tersebut memberikan ulasan isi filsafat itu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sudut pandangannya yang berbeda. Walaupun obyeknya sama, tentu hasilnya akan berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang merabah gajah dari sudut yangg berbeda, tentu hasilnya akan berbeda pula. Demikian pula halnya dengan filsafat  tentang dunia ini, ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini benar-benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.

Hal ini menyebabkan timbulnya penafsiran yangg bermacam-macam pula. Akibat dari penapsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Vednta. Stra-stra atau Aphorisma dari Vysa merupakan dasar dari filsafat Vednta dan telah dijelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda sehingga dari ulasan-ulasan itu muncul beberapa aliran filsafat, yaitu :

Kevala Advaita dari r akarcrya 

Viidvaita dari r Rmnujcrya

Dvaita dari  r Madhvcrya

Bhedbedh dari r Caitanya

uddha Advaita dari r Vallabhcarya, dan 

Siddhnta dari r Meykdar.

Masing-masing filsafat tersebut membicarakan tentang 3 masalah pokok yaitu, Tuhan, alam dan roh. Dvaita, Viidvaita dan Advaita adalah tiga aliran utama dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan yang menuju kebenaran terakhir, yaitu Para Brahman. Dvaita, Viidvaita dan Advaita adalah tiga aliran utama dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan menuju kebenaran terakhir, yaitu Para Brahman. Mereka merupakan anak-anak tangga pada tangganya Yoga, yang sama sekali tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya saling memuji satu sama lainnya. Tahapan ini disusun secara selaras dalam rangakaian pengalaman spiritual berjenjang, yang dimulai dengan Dvaita, Viidvaita dan Advaita murni yang semuanya ini akhirnya memuncak pada Advaita Vedntis perwujudan dari yang mutlak atau Triguatt Ananta Brahman transcendental.

Madhva mengatakan: "Manusia adalah pelayan Tuhan" dan menegakkan ajaran Dvaita-nya. Rmnuja berkata :  "Manusia adalah cahaya dan percikan Tuhan" dan menegakkan filsafat Viidvaita-nya. akara mengatakan: "Manusia identik dengan Brahman atau roh abadi" dan menegakkan filsafat Kevala Advaita-nya. Nimbrkcrya mendamaikan semua perbedaan pandangan mengenai Tuhan yang dipakai oleh akara, Rmnuja, Madhva dan yang lainnya serta membuktikan bahwa pandangan-pandangan mereka semua benar, dengan petunjuk pada aspek terentu dari Brahman, yang berhubungan dengannya, masing-masing dengan caranya sendiri. akara telah menerima realitas pada aspek transcendental-Nya, sedangkan  Rmnuja menerima-Nya pada aspek immanent-Nya, secara prinsipil: tetapi Nimbrk telah menyelesaikan perbedaan pandangan yang diterima oleh para pengulas yang berbeda tersebut.

Perbedaan konsepsi tentang Brahman tiada lain hanya merupakan perbedaan cara pendekatan terhadap Realitas, dan sangat sulit bahkan hampir tak mungkin bagi roh terbatas untuk memperolehnya sekaligus konsepsi tentang Yang Tak Terbatas atau Roh Tak Terbatas ini secara jelas, lebih-lebih lagi untuk menyatakannya dengan istilah yang memadai. Semuanya tak dapat menjamah ketinggian filsafat Kevala Advaita dari r akara sekaligus dan utnuk itu pikiran harus didisiplinkan seperlunya sebelum dipakai sebagai sebuah alat yang pantas untuk memahami pendapat dari Advaita Vednta-Nya r akara.

Oleh karena itu kita sepatutnya merasa bersyukur dengan kehadiran beliau sebagai Avatra Purua, yang masing-masing menjelmakan diri di bumi ini untuk melengkapi suatu misi yang tak terbatas, untuk mengajarkan serta menyebarkan ajaran-ajaran tertentu, yang tumbuh subur pada masa tertentu, yang ada pada tahapan evolusi tertentu, dan semua aliran filsafat diperlukan, yang masing-masing dianggap paling sesuai bagi tipe manusia tertentu; karena perbedaan konsep mengenai Brahman hanyalah perbedaan pendekatan terhadap realitas.  

Kesimpulan 

Dalam filsafat Vedanta dimulai tiga poin penting yang dikenal sebagai Prastana-traya yakni Upanisad, Bhagavad-gita, dan Brahma Sutra yang juga disebut sebagai The triple Cannon of Vedanta. Mempelajari Prastana-traya merupakan prasyarat awal untuk memahami Vedanta. Setiap karya di bidang Vedanta selalu diawali dengan starting point ini. Guna memahami Vedanta harus dimulai dengan membaca pustaka Upanisad, Bhagavad-gita dan Brahma-Sutra. Olehnya memerlukan ketekunana mengingat pustaka Upanisad berjumlah sangat banyak dan hanya sedikit yang tersedia dalam bentuk terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. 

Daftar Pustaka

Abhedananda, Svami, Vedanta Merangkul Semua Agama,  (Pent.Tjokorda Bagus Putra Marhaendra) Dari Attitude of Vedanta Towards Religion, Surabaya: Paramita, 2015

Aryadharma, Ni Kadek Supri, Vedanta dan Pemahaman Filsafat Hindu, Surabaya: Paramita, 2019 

Bose, A. C, Panggilan Veda (The Call of the Vedas). Pent. I Wayan Maswinara, Surabaya: Paramita, 2000

Damodara Svami, Baktisvarupa, Vedanta dan Sains, Denpasar: P.T Cintya, 2004

Sivananda, Sri Svami, Intisari Ajaran Hindu. Judul asli All About Hinduism (Terj. Yayasan Sanatana Dharmasrama), Surabaya: Paramita, 2003

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun