Pernahkah kamu merasa kemarahan menguasai diri, lalu menyesali tindakan atau kata-katamu ? Tapi, tahukan kamu bahwa jika dikelola dengan baik, kemarahan bisa menjadi alat untuk membangun hidup yang lebih baik.
Mengapa Mengelola Kemarahan itu Penting?
Kemarahan adalah emosi yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Kadang, kita merasa marah ketika mengalami ketidakadilan, kecewa, atau tidak puas dengan sesuatu yang kita hadapi. Namun, kemarahan bukan hanya emosi negatif-ketika dikelola dengan benar, kemarahan dapat menjadi kekuatan positif yang membantu kita mencapai tujuan, membangun komunikasi yang sehat, dan menciptakan kedamaian dalam diri maupun lingkungan sosial.
Namun, ketika kemarahan tidak dikelola, hal ini dapat menyebabkan konflik, kesalahpahaman, bahkan kerusakan hubungan interpersonal. Mengendalikan kemarahan bukan tentang menekan perasaan, tetapi tentang mengekspresikan emosi secara sehat dan konstruktif tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kemarahan: Emosi yang Sering Disalahpahami
Menurut Spielberger et al. (1988, dalam Janisse, 2012), seorang psikolog terkenal, kemarahan adalah kondisi emosional yang melibatkan berbagai intensitas perasaan, mulai dari rasa jengkel, kesal, bahkan hingga amarah yang intens. Bayangkan kamu sedang terjebak dalam kemacetan parah saat perjalanan menuju rapat penting atau kelas pagi dengan dosen yang terkenal tegas. Rasa frustasi mungkin muncul, tetapi daripada membiarkan kemarahan menguasai, cobalah untuk mengambil langkah yang lebih bijak. Misalnya, gunakan waktu tersebut untuk memberi tahu tim kamu tentang keterlambatan atau meminta teman di kelas untuk membantu mencatat materi. Dengan cara ini, kamu mengubah respons emosional menjadi tindakan yang lebih sehat dan produktif.Â
Kemarahan merupakan emosi universal yang dirasakan setiap orang, baik dalam bentuk frustasi kecil maupun kemarahan besar yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial.
Spielberger membagi kemarahan dalam dua bentuk utama, yaitu state anger (kemarahan sementara yang muncul dalam situasi tertentu) dan trait anger (kemarahan yang menjadi kepribadian).
Selain itu, cara seseorang merespons kemarahan juga dapat dibagi menjadi dua kategori: anger-out, yang berarti meluapkan kemarahan secara langsung, dan anger-in, yang berarti menahan kemarahan dalam diri tanpa mengekspresikannya.
Dengan memahami aspek-aspek ini, kita dapat lebih bijak dalam mengelola kemarahan, menciptakan komunikasi yang sehat, serta menjaga hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita.
Bahaya Kemarahan yang Tak Terkendali
Kemarahan yang tidak terkendali memiliki berbagai dampak negatif, baik secara eksternal maupun internal. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
- Dampak pada Kesehatan Fisik
Kemarahan yang sering tidak terkendali memiliki kaitan kuat dengan masalah kesehatan fisik. Berbagai studi, termasuk studi dari Harvard Medicine, menunjukkan hubungan antara kemarahan yang tidak dikelola dengan gangguan kesehatan seperti masalah jantung, hipertensi, dan gangguan tidur. Ketika kemarahan muncul, respons tubuh memproduksi hormon seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jangka panjang seperti hipertensi dan gangguan jantung  (O'Connor et al., 2020; Dougherty, E., 2023).
- Dampak pada Kesehatan Mental
Kemarahan yang tidak terkendali juga dapat berdampat pada kesehatan mental. Berbagai studi menunjukkan bahwa kemarahan yang terus-menerus sering kali berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan stres berkepanjangan, yang dapat menganggu stabilitas emosional seseorang. Oleh karena itu, penting untuk menangani kemarahan melalui program intervensi dan konsultasi psikologis agar dapat menjaga kestabilan emosional.
- Dampak pada Hubungan Sosial
Dalam aspek sosial, kemarahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai masalah interpersonal. Ada dua bentuk kemarahan:
- Anger-out:Â Meluapkan kemarahan secara langsung, seringkali menyebabkan konflik.
- Anger-in:Â Menekan kemarahan, yang dapat berujung isolasi sosial, terkucilkan, dan memiliki komunikasi yang buruk.
Oleh karena itu, mengelola emosi dengan baik dapat membantu menjaga komunikasi yang sehat dan menghindari kesalahpahaman yang merusak hubungan sosial.
3 Cara Sederhana Mengendalikan Kemarahan
Ada tiga cara yang dapat diterapkan dalam keseharian untuk mengendalikan kemarahan.
1. Gunakan Teknik Pengelolaan Emosi
- Pernapasan dalam (deep breathing): Tarik napas perlahan, dan hembuskan selama beberapa detik. Teknik ini membantu menenangkan diri dan mengurangi ketegangan secara instan.
- Time-out: Ambil waktu sejenak untuk menjauh dari situasi yang memicu kemarahan. Kadang, hanya beberapa menit mampu untuk menenangkan dan menjernihkan pikiran.
- Komunikasi asertif: Sampaikan perasaanmu dengan kalimat seperti, "Saya merasa kecewa ketika....". Teknik ini membantu komunikasi tetap jujur tanpa menyalahkan pihak lain.
2. Kembangkan Kebiasaan Positif
Lakukan meditasi, mindfulness, atau kegiatan olahraga seperti jogging, mencuci piring, menyapu, dan lainnya. Aktivitas ini dapat membantu melepaskan energi negatif dan menjaga kestabilan mental.
3. Mengenali Pemicu Kemarahan
Indentifikasi situasi yang memicu amarah dan tangani dengan teknik seperti:
- Menggunakan metode pernapasan dalam;
- Berlatih komunikasi asertif;
- Mengisi waktu dengan aktivitas positif seperti berkumpul dengan teman, membaca, atau aktivitas kreatif lainnya.
Mengelola kemarahan bukan berarti menekan emosi atau perasaan, tetapi mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan produktif. Dengan memahami pemicu kemarahan, mengenali pola respon kita, dan menerapkan teknik pengelolaan yang tepat, kita dapat mengubah frustasi menjadi kedamaian dalam hidup kita.
Ingat! Kemarahan yang terkendali adalah kekuatan untuk menciptakan kedamaian, bukan hanya dalam diri, tetapi juga di dunia sekitar kita.
Dengan latihan, kesabaran, dan kesadaran, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri sendiri, membangun komunikasi yang sehat, dan menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan sekitar kita. Itulah tadi mengapa pentingnya mengelola dan mengendalikan kemarahan.
Referensi
- Spielberger, C.D., Krasner, S.S., Solomon, E.P. (1988). The Experience, Expression, and Control of Anger. In: Janisse, M.P. (eds) Individual Differences, Stress, and Health Psychology. Contributions to Psychology and Medicine. Springer, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4612-3824-9_5
- O'Connor, D. B., Thayer, J. F., & Vedhara, K. (2020). Stress and Health: A Review of Psychobiological Processes. Annual Review of Psychology, 72(1), 663--688. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-062520-122331
- Dougherty, E. (2023, May 17). Anger management. Harvard Medicine Magazine. https://magazine.hms.harvard.edu/articles/anger-management
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H