Kemarahan yang tidak terkendali memiliki berbagai dampak negatif, baik secara eksternal maupun internal. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
- Dampak pada Kesehatan Fisik
Kemarahan yang sering tidak terkendali memiliki kaitan kuat dengan masalah kesehatan fisik. Berbagai studi, termasuk studi dari Harvard Medicine, menunjukkan hubungan antara kemarahan yang tidak dikelola dengan gangguan kesehatan seperti masalah jantung, hipertensi, dan gangguan tidur. Ketika kemarahan muncul, respons tubuh memproduksi hormon seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jangka panjang seperti hipertensi dan gangguan jantung  (O'Connor et al., 2020; Dougherty, E., 2023).
- Dampak pada Kesehatan Mental
Kemarahan yang tidak terkendali juga dapat berdampat pada kesehatan mental. Berbagai studi menunjukkan bahwa kemarahan yang terus-menerus sering kali berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan stres berkepanjangan, yang dapat menganggu stabilitas emosional seseorang. Oleh karena itu, penting untuk menangani kemarahan melalui program intervensi dan konsultasi psikologis agar dapat menjaga kestabilan emosional.
- Dampak pada Hubungan Sosial
Dalam aspek sosial, kemarahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai masalah interpersonal. Ada dua bentuk kemarahan:
- Anger-out:Â Meluapkan kemarahan secara langsung, seringkali menyebabkan konflik.
- Anger-in:Â Menekan kemarahan, yang dapat berujung isolasi sosial, terkucilkan, dan memiliki komunikasi yang buruk.
Oleh karena itu, mengelola emosi dengan baik dapat membantu menjaga komunikasi yang sehat dan menghindari kesalahpahaman yang merusak hubungan sosial.
3 Cara Sederhana Mengendalikan Kemarahan
Ada tiga cara yang dapat diterapkan dalam keseharian untuk mengendalikan kemarahan.
1. Gunakan Teknik Pengelolaan Emosi
- Pernapasan dalam (deep breathing): Tarik napas perlahan, dan hembuskan selama beberapa detik. Teknik ini membantu menenangkan diri dan mengurangi ketegangan secara instan.
- Time-out: Ambil waktu sejenak untuk menjauh dari situasi yang memicu kemarahan. Kadang, hanya beberapa menit mampu untuk menenangkan dan menjernihkan pikiran.
- Komunikasi asertif: Sampaikan perasaanmu dengan kalimat seperti, "Saya merasa kecewa ketika....". Teknik ini membantu komunikasi tetap jujur tanpa menyalahkan pihak lain.
2. Kembangkan Kebiasaan Positif
Lakukan meditasi, mindfulness, atau kegiatan olahraga seperti jogging, mencuci piring, menyapu, dan lainnya. Aktivitas ini dapat membantu melepaskan energi negatif dan menjaga kestabilan mental.
3. Mengenali Pemicu Kemarahan