No sacrifice, No Cross! Â Dalam berbangsa, WNI Kristen harus memiliki nilai-nilai pengorbanan atau bahasa lebih merakyatnya PENGABDIAN. Â Tanpa semangat mengabdi, menjadi petugas negara akan korupsi. Â Tanpa semangat mengabdi, WNI tidak akan mau turun tangan tanpa imbalan. Â Sampai titik "wanting nothing", kekristenan sampai kepuncak keindahannya yang bisa dinikmati orang lain.
#4 Prinsip Paradox
Salib adalah hukuman terhina di masa itu. Â "Curse a man hung on the Cross". Â Tapi jalan salib itu yang dipilih untuk menuju GLORY (Kemuliaan). Â Keparadoxan dalam kekristenan ini yang membuat Kristen kadang susah dimengerti. Â Dengan pemimpin agama, Yesus sangat kasar dan straight-forward, tetapi dengan pelacur, pemungut cukai, Yesus terlihat lebih toleran.
Lalu apa yang menjadi standard? Kebenaran! Â Kekristenan bukan agama penderitaan, artinya mengagungkan penderitaan. Â Kekristenan juga bukan agama hedonis yang mengagungkan sukses. Kekristenan adalah kehidupan dalam kasih karunia karena kebenaran Kristus. Â Artinya, kebenaran adalah segalanya.
Dalam konteks nasionalisme, WNI Kristen adalah orang-orang yang TAAT HUKUM. Â Pemerintah dipercaya sebagai wakil Tuhan untuk mendatangkan kebajikanNya. Â Realitas bahwa hukum dunia bisa dibeli tidak membuat WNI Kristen menjadi tukang makar dan bikin onar. Â Daniel, Esther, Yusuf adalah orang-orang yang hidup dalam prinsip paradox untuk menyelamatkan Babilonia, Persia, dan Mesir dimasanya.
***
Ahok dan Jaya Suprana adalah dua orang hebat yang hari-hari sedang menjadi pembicaraan di medsos. Â Keduanya "pendekar" dan keduanya bisa dikategorikan WNI Kristen yang saleh. Â Secara explisit keduanya ada perbedaan persepsi, kalau secara implisit kemungkinan mereka sedang memainkan politik kelas tinggi. Â Mana yang benar, semua bisa dianalisis dari track record.
"Teologi Ahok" sangat kental dengan gaya evangelical-reformed. Â Bagi yang mengenal sosok Abraham Kuyper, seorang tokoh reformed (teolog dan pemikir) yang menjadi PM Belanda di tahun 1901-1905 akan bisa melihat kemiripannya. Â Ahok sangat menjunjung tinggi kebenaran (baca: taat hukum) dan pendekatannya biasa disebut "Just War" atau Perang yang benar. Â Bagi Ahok, yang wanting nothing, mati pun sebuah keuntungan dan dia mau menjadi pengganti asalkan kebenaran di tegakkan.
Dilain pihak "Teologi Jaya Suprana" lebih kepada pendekatan Equality.  Sebagai budayawan dia lebih menekankan "jalan damai" untuk mencapai kemuliaan.  Dalam teologi sering pendekatan ini disebut "Pacifism".  Suatu pendekatan yang banyak digunakan  di abad ke-16 oleh Tertullian dan Anabaptis:
Pada abad ke-16, tradisi Tertullian tersebut diteruskan oleh kelompok Anabaptist yang dengan tegas menyatakan: "Christ is now our Lord, not the Old Testament."Akibatnya, mereka percaya bahwa setiap murid Kristus terpanggil untuk hidup dalam kasih, ketaatan dan kesetiaan yang radikal terhadap segala perkataan Kristus.
Salah satu contoh ekstrem dari Anabaptist adalah kasus Michael Sattler. Pada abad ke-16 ketika Eropa Barat diserang oleh orang-orang Turks, di hadapan publik Sattler berseru, "We should not resist any of our persecutors with the sword, but with prayer cling to God that He might resist and defend."Lebih jauh ia menegur orang-orang Kristen yang turut berperang, "The Turks knows nothing about the Christian faith, he is a 'Turk according to the flesh.' But you want to be considered Christians, boast of being Christ's and still persecute His pious witnesses, you are Turks according to the spirit." (Sumber)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!