***
Nama Wiji Thukul, teman sekotaku yang sampai hari ini hilang baru aku kenal di negeri orang. Â Malu sekali saya. Â saya merasa seperti hidup dalam Truman Brubank di Truman Show Movienya Jim Carey. Â Semua yang saya baca, semua yang saya lihat, semua yang saya rasakan adalah KEBOHONGAN. Â Film G 30s PKI yang setiap tahun harus dilihat,Dunia dalam Berita setiap jam 9 malam, bahkan si Unyil adalah bagian dari kebohongan-kebohongan. Â Bisakah saya tidak marah?
Ketika 1998 akhirnya terbongkan Macan Asia itu cuma kebohongan semata, karena apa yang di sebut buble economy. Korupsi yang terpusat ala mafia yang ditutup rapi dalam sebuah pertunjukan munafik, membuat saya dan puluhan juta "Truman-Truman" yang lain berteriak sukcatita ketika 20 Mei 1998 "sang pembohong" dipaksa turun tahta. Reformasi!
Sekarang setelah masa transisi panjang selama 16 tahun, Suharto si pembuat reality show ratusan juta penduduk Indonesia hendak di anugerahi Pahlawan Negara. Â Bahkan di sanjung-sanjung bak dewa dan Tuhan. Â Piye enak jamanku katanaya? Â Kebohongan dan kejahatan yang tidak pernah bisa saya bayangkan.
***
Bagi pencari arti kehidupan, hidup sukses dan hidup nyaman secara materi bukanlah tujuan. Â Secara materi dan bisnis, saya akan memilih hidup di jaman kebohongan Suharto, karena orang bodoh lebih banyak. Â Cari uang asalkan dekat penguasa lebih gampang.
Kalau saya harus memilih untuk hidup bagi saya sendiri dan untuk keluarga sendiri, hidup jaman kebohongan lebih menjanjikan. Â Tapi saya mengerti sekarang mengapa Tuhan menetapkan saya sebagai orang Cina (atau china, atau tionghoa tidak pengaruh) di Indonesia. Â Karena Tuhan mau saya menyuarakan kebenaran ini, "Jangan bodohi kami lagi!"
Itulah sebabnya saya TIDAK MUNGKIN memilih capres yang bangga dengan jaman kebohongan! Jokowi adalah harapan saya untuk melihat kebenaran menjadi budaya di Indonesia. Ora Et Labora,Jokowi For President!
Catatan Kaki