Mohon tunggu...
Al-Hanaan
Al-Hanaan Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Freelance writer Linguist Music addict Calligrapher Photographer www.zoetmeisje.doodlekit.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antar Anak ke Sekolah, Antar Anak ke Gerbang Masa Depannya

31 Juli 2016   20:15 Diperbarui: 9 Agustus 2016   16:43 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Yang lebih menyenangkan

4. Yang berlangsung terus menerus

Jika dilihat dari empat hal di atas, mendapat program autopilot anak dibentuk oleh sekolah dan lingkungan pergaulan anak. Sehingga hari pertama sekolah merupakan momen yang tepat untuk melihat rumah kedua (baca: sekolah) dan lingkungan anak dengan lebih dekat.

Keunikan vs.Kelainan

Saat memandang anak, berangkatlah dengan melihat kekuatan, bukan kekurangannya. - Benjamin Zander.

JIka kita melihat sisi kekuatan anak, sejatinya tak ada anak yang mempunyai kelainan. Adanya hanya keunikan. Menghargai keunikan anak dapat menumbuhkan rasa aman dan percaya diri karena membuatnya merasa dihargai dan dipentingkan. Dorong kelebihan anak dan terima keterbatasannya agar anak dapat belajar optimal. Kesadaran ini akan mendorong anak untuk terus termotivasi mengembangkan kualitas dirinya. Di samping itu, mengenali potensi unggul anak dapat membuat guru mampu mengajar sesuai dengan gaya belajarnya. Tak ada anak yang mengalami kelainan, yang ada hanyalah anak yang membawa keunikannya masing-masing.

Untuk mengetahui sekolah tersebut bagus atau tidak, kita bisa perhatikan dari dua aspek. Pertama, anak kita semakin kritis dan berani mengemukakan pendapatnya. Kedua, perilakunya santun dan peduli. Sedangkan sekolah yang baik adalah sekolah yang guru-gurunya menjadi favorit dan gurunya peduli dengan perkembangan siswanya. Ketika ada masalah di sekolah, responnya positif dan ada usaha perbaikan. Sudah saatnya kita memilih sekolah yang peduli pada permasalahan siswa, karena kunci keberhasilan siswa terletak pada kepedulian orangtua dan sekolah.

Sifat kritis dan berani mengemukakan pendapat merupakan produk pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berpikir, bukan menghapal. Sistem pendidikan hapalan menghasilkan siswa yang penurut, bukan kooperatif. Anak yang penurut sekilas menyenangkan karena mudah diatur, namun mereka juga tidak memiliki keberanian untuk mengambil keputusan sendiri sehingga sulit untuk menjadi anak mandiri. Berbeda dengan anak kooperatif yang mampu memilih dan berpikir berdasarkan nilai sosial yang dibentuk bersama. Anak kooperatif tidak bisa dihasilkan dari sekolah bersistem hapalan.

Apa dampak ke depannya? Anak penurut cenderung menjadi apa yang oleh Rhenald Kasali (2014)disebut sebagai passanger. Penumpang (passanger) bersifat pasif dalam melihat masalah dan mati kreativitas yang akhirnya menjadi pengangguran.

Terbinanya kerjasama antara orangtua dan sekolah, diharapkan tak ada lagi kata-kata, "Gak pernah makan bangku sekolah ya?" Seolah-olah sekolah adalah satu-satunya pihak yang bertanggungjawab terhadap kegagalan siswa. Juga tak ada lagi ungkapan, "Kamu gak diajari orangtuamu ya?" Seakan-akan yang berperan mendidik siswa adalah orangtuanya saja.

Jika sekolah tidak peduli dengan pendidikan karakter, sekolah hanya akan menjadi tempat persemaian yang subur penyebaran berbagai penyakit moral. Ditambah lagi definisi sukses yang materialistis, anak harus memilih jurusan tertentu terlepas itu potensi unggulnya atau tidak karena dianggap prospek. Padahal kesuksesan berawal dari keahlian yang dimilikinya dan prasyaratnya adalah mencintai bidang yang ia tekuni. Kasarnya, materi bukanlah sebab kesuksesan melainkan dampak dari kesuksesan.

Berhasil di Sekolah = Cerdas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun