Mohon tunggu...
Hanita Sulistia
Hanita Sulistia Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Senang membaca dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Layanan Biblioterapi di Perpustakaan sebagai Alternatif Terapi pada Anak

4 Februari 2024   13:38 Diperbarui: 4 Februari 2024   13:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang perjalanan hidup munusia tidak akan terlepas dari adanya masalah, mulai dari masalah kecil hingga masalah besar yang membuat stress dan mengganggu kondisi psikis.  

Masalah tersebut tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja tetapi anak-anak  juga mengalami permasalahan hidup yang kadang kala diabaikan oleh para orang tua hingga berlanjut sampai anak berusia remaja.  

Dalam menghadapi permasalahan pada anak  perlu adanya tindakan oleh orang tua dan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu dengan memberikan kedekatan dan keterbukaan yang diciptakan oleh orang tua sehingga anak akan terbuka terhadap segala hal termasuk permasalahan yang dihadapinya.  

Anak akan selalu bercerita kepada orang tua tentang apa saja yang dialaminya. Akan tetapi tidak semua orang tua dapat menciptakan keterbukaan pada anak sehingga anak akan bersifat tertutup.  

Anak akan mencari pemecahan masalahnya sendiri, kadang anak akan lebih merasa nyaman jika berada diluar rumah ketika menghadapi masalah.  Ketika permasalahan anak sudah mencapai puncaknya dan belum mendapatkan pemecahannya maka kemungkinan anak akan merasa terkekan dan depresi.  

Untuk itulah dibutuhkan strategi dalam pengembangan karakter anak, diantaranya dengan menggunakan bahan perpustakaan sebagai salah satu cara dalam membantu anak  menemukan pengalaman hidup yang  berbeda yang dikenal dengan biblioterapi, yaitu anak terapi membaca dimana anak diminta untuk membaca sebuah buku yang didalamnya terkandung nilai dan informasai penting untuk pengembangan dirinya.

Pengertian dan konsep biblioterapi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa terapi berarti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit.  

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat beberapa contoh kata yang dapat disandingkan dengan kata terapi, antara lain terapi bahasa, terapi berrmain, terapi gizi, terapi kimiawi dan terapi musik.  Istilah biliotheraphy berasal dari bahasa Yunani, yaitu biblus yang berarti buku, dan therapy yang berarti upaya bantuan psikologis. 

Oleh karena itu biblioterapi dapat didefinisikan sebagai penggunaan buku-buku untuk membantu memecahkan masalah.  Biblioterapi merupakan sebuah terapi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku.  

Biblioterapi sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling pada saat ini sedang menjadi sebuah kebutuhan dimana dunia informasi berbasis bacaan telah begitu akrab dengan masyarakat yang juga mengalami permasalahan dalam kehidupan mereka.   

Konsep biblioterapi merujuk kepada efek terapeutik dari membaca buku.  Secara umum ada dua kategori buku yang digunakan dalam biblioterapi.  Kategori yang pertama adalah buku yang mengandung manual eksplisit self-help.  

Buku tersebut didesain untuk memungkinkan orang-orang memahami dan memecahkan masalah tertentu dalam hidup mereka.  Buku self-help biasanya mengandung latihan dan saran atau tindakan, oleh karena itu seringkali dianggap berorientasi behavioral.  Karegori yang kedua adalah buku teks.  

Biasanya berkenaan dengan topik psikologi yang secara esensial mendiskusikan ide dan pengalaman ketimbang berorientasi secara eksplisit kearah perubahan perilaku. Konsep biblioterapi sebenarnya bukanlah yang yang baru.  

Pada tahun 1939 biblioterapi telah mendapat pengakuan yang resmi saat divisi rumah sakit dari American Library Association (ALA) menunjuknya sebagai komite biblioterapi pertama. Konsep biblioterapi  merupakan pengembangan dari layanan pembaca sejalan dengan keterampilan pustakawan yang berfungsi sebagai bimbingan pembaca.

Layanan biblioterapi diperpustakaan

Biblioterapi sendiri sebenarnya sudah dimulai pada abad ketiga belas di rumah sakit Al-Mansgur di Kairo.  Disamping pemberian obat secara medis, pasien saat itu juga diberikan terapi bacaan ayat-ayat al-Qur'an.  

Hasilnya menunjukkan adanya percepatan penyembuhan.    Ketika seseorang sakit fisik, hal pertama yang perlu disentuh adalah mentalnya, mental "sembuhnya"nya.  

Bilioterapi mencoba memberikan nutrisi bagi mental kognitif, melalui serangkaian teknik yang terpadu, termasuk melalui pendekatan membacakan buku. 

Selama bertahun-tahun sejak tahun 1904, ketika pustakawan rumah sakit di Amerika Serikat ditunjuk untuk mengambil alih perpustakaan pasien dirumah sakit McLean di Boston, konsep perpustakaan sebagai agen terapi dan pustakawan sebagai biblioterapis telah berkembang.  

Beberapa pustakawan diperpustakaan rumah sakit Amerika ketika itu sudah memperlakukan perpustakaannya sebagai agen terapi.  Bukan hanya itu, Dr. Gordon R. Kamman dalam beberapa artikel penting yang ditulisnya pada tahun 1930an dan awal tahun 1940an mendukung biblioterapi dan menekankan perlunya pustakawan dilatih sebagai anggota yang terllibat kontribusi dari tim terapi.  

Biblioterapi adalah bagian dari rangkaian kesatuan layanan perpustakaan, referensi, bimbingan pemustaka dan biblioterapi juga memiliki kesaman fungsi.  Seluruhnya merupakan layanan yang bersifat informasi, instruksional, dan kebutuhan bimbingan.  

Layanan referensi adalah objek, informasi dan durasi yang singkat, sementara bimbingan pemustaka sangat subjektif dan lebih mendidik.  Bahkan dapat dikatakan bahwa beblioterapi merupakan pendekatan jangka panjang untuk layanan perpustakaan dengan tujuan terapeutik. 

Dalam mengembangkan layanan biblioterapi perpustakaan hendaknya menjalin komunikasi didalam perpustakaan itu sendiri.  Hal ini untuk memastikan agar setiap komponen perpustakaan mengetahui keberadaan layanan ini.  Beberapa strategi yang dapat memperlancar pelaksanaan layanan bibiloterapi adalah :

     a. Kesiapan sumber daya manusia.

Pustakawan harus terus berlatih untuk bisa menjadi terapis.  Selanjutnya perilaku petugas dalam layanan biblioterapis harus sesuai dengan pedoman perilaku kinerja peyedia layanan referensi.  Hal ini karena layanan biblioterapi merupakan bagian dari layanan referensi.  Pusatakawan harus bersedia untuk membantu pemustaka dalam memenhi kebutuhan informasi, memahami dengan baik pertanyaan yang diajukan dan mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi pemustaka.

     b. Promosi

Promosi perlu dilakukan agar seluruh aktivitas yang berhubungan dengan jasa perpustakaan dapat diketahui dan dipahami oleh pemustaka. Perpustakaan harus lebih sistematis dalam melakukan promosi jasa layanan biblioterapi guna merangsang (memotivasi) pemustaka untuk lebih tertarik menggunakan jasa layanan perpustakaan sebagai jasa konsultasi dalam menemukan jalan keluar setiap masalah yang dihadapi oleh pemustaka.  

Promosi perpustakaan pada dasarnya merupakan forum pertukaran informasi antara organisasi dan konsumen dengan tujuan utama memberikan informasi tentang produk atau jasa yang disediakan oleh perpustakaan sekaligus membujuk pemustaka untuk bereaksi terhadap jasa yang ditawarkan. 

    c. Menyiapkan fasilitas

Dalam memberikan layanan biblioterapi, fasilitas utama yang perlu disiapkan adalah tempat. Layanan biblioterapi dapat dilaksanakan menyatu dalam gedung perpustakaan.  Jika memungkinkan layanan biblioterapi berada diluar gedung perpustakaan. Perpustakaan dapat "meminjam" tempat yang selalu ramai oleh pemustaka. Layanan biblioterapi dapat juga dilakukan dengan layanan keliling sebagai strategi meningkatkan layanan perpustakaan dan salah satu cara                     pustakawan untuk mengunjungi pemustakanya.

     d. Menjalin kerjasama dengan profesi lain

Selama pustakawan belum mampu menjadi terapis, pustakawan hendaknya menjalin kerjasama dengan profesi lain seperti psikolog, psikiater, dan profesi lain yang dapat mendukung layanan biblioterapi. Kerjasama ini hendaknya terus dijalin delam tim penyusunan program biblioterapi.

      e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara berkala yang meliputi metode yang dilakukan, sumber daya manusia, bahan pustaka, dan segala yang berkaitan dengan layanan biblioterapi. Dengan melakukan evaluasi dapat diketahui kendala yang dihadapi.  Perpustakaan harus terbuka dalam menerima kritik ataupun saran dari pemustaka.  Hal ini untuk memberikan yang terbaik bagi pemustaka.

Metode biliotherapi sebenarnya merupakan sebuah konsep tua dalam ilmu perpustakaan.   Di Amerika Serikat sudah lebih dari 100 tahun yang lalu didokumentasikan, dan pada dasarnya bibliotherapy merupakan penyeleksian bahan bacaan untuk anak-anak yang sangat relevan dengan situasi dan kondisi lingkungan hidupnya. 

Tahapan biblioterapi

Menurut Nabila Chairani (dalam jurnal "Potensi bibliotherapy dalam mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah") disebutkan bahwa biblioterapi terdiri dari tiga tahapan yaitu identifikasi yaitu :

1. Identifikasi

Anak menngidentifikasi dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam buku, baik yang bersifat nyata maupun fiktif.  Bila   bahan bacaan yang disarankan tepat, maka anak akan mendapatkan karekter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama   dengan dirinya.  Oleh karena itu perlu menggunakan buku yang sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak dan mirip dengan   situasi yang dialami anak.

2. Katartis

Pertama anak mengikuti tantangan atau masalah karakter, kemudian membaca bagaimana situasi ini diselesaikan.  Setelah situasi teratasi, maka akan merasa lega.  Anak menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi yang terpendam dalam dirinya.  Selain itu, anak juga dapat mengidentifikasi dirinya dengan emosi karakter.  Akibatnya, anak menunjukkan emosi mereka dalam tahap ini.  Selain menggunakan cara dengan berdiskusi, anak juga dapat diajak mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, mewarnai, menggambar, drama dengan menggunakan boneka atau bermain peran.

3. Wawasan mendalam (insight)

Anak menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan.  Permasalahan anak mungkin saja ditemukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam menyelesaikan masalah dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita.  Aplikasi biblioterapi dilakukan dengan cara :

  • Mengidentifikasi kebutuhan anak yang dilakukan melalui pengamatan
  • Menyesuaikan kebutuhan atau permasalahan anak dengan bahan bacaan yang tepat
  • Memutuskan susunan waktu, sesi, serta bagaimana sesi diperkenalkan pada anak
  • Merancang aktivitas tindak lanjut setelah membaca seperti diskusi, menulis, menggambar atau drama
  • Memotivasi anak dengan aktivitas pengenalan seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok dan mulai berdiskusi tentang bacaan.  Secara berkala, simpulkan apa yang terjadi secara detail
  • Memberi jeda waktu beberapa menit agar anak dapat merefleksikan materi bacaannya
  • Mendampingi anak mengakhiri terapi melalui diskusi dan menyusun daftar jalan keluar yang mungkin atau aktivitas lainnya

Dengan membaca anak akan dapat mengenali dirinya.  Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari membaca akan dapat dijadikan masukan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.  

Saat membaca anak akan menginterpretasikan jalan pikiran penulis, menerjemahkan simbol dan huruf kedalam kata dan kalimat yang memiliki makna tertentu dan ini dapat menolong anak untuk dapat berperilaku positif.  Biblioterapi membuat anak memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan intelektual.  

Selanjutnya, anak juga dapat menyadari ada banyak pilihan dalam menangani masalah, mengasah kepekaan sosialnya, mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan  masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu dan bersalah. serta anak dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosionalnya.

Referensi 

Anisa Sri Restanti, 2016.  Pustakawan & Pemaknaan buku.  Yogyakarta : Lembaga Ladang Kata bekerjasama dengan Pustaka Nun Publishing

Bunda Susan, 2017.  Biblioterapi untuk pengasuhan. Jakarta : Noura Publishing

https://media.neliti.com/media/publications/338929-potensi-bibliotheraphy-dalam-mengurangi-22e1cd6c.pdf

Sri Narti, 2016.  Biblio Therapy Dua.  Yogyakarta : Deepublish

Susanti Agustina, 2016.  Terapi berqisah.  Bandung : CV Restu Bumi Kencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun