Mohon tunggu...
sam
sam Mohon Tunggu... Lainnya - peace and harmony enthusiast

just an ordinary student (a learner) | peace and harmony enthusiast I blog (often in English) too on https://sustainableharmony.wixsite.com/blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Interpretasi Resureksi dan Reinkarnasi dalam Dialog Semantik

21 Mei 2020   09:49 Diperbarui: 21 Mei 2020   12:12 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: miraclewijaya.com

Selain resureksi, reinkarnasi juga merupakan falsafah kehidupan pasca kematian yang seringkali dikaji dalam sejarah tradisi keagamaan. Menurut Abdulla (2012) bahkan, resureksi dan reinkarnasi cenderung saling berkontradiksi. Secara logis, keduanya mungkin pelik dipahami dan tampak tidak masuk akal, atau hanya salah satu yang mungkin benar -keduanya tidak bisa secara bersamaan ada. Seperti halnya resureksi yang disamakan dengan apotheosis, reinkarnasi juga memiliki banyak sebutan lain seperti metempsychosis atau metensomatosis (transmigrasi atau perpindahan dari satu tubuh ke tubuh yang lain), palingenesis (kelahiran kembali), dan gilgul (roda) dalam bahasa Ibrani.

Secara umum, reinkarnasi berarti kelahiran kembali -baik dalam interpretasi perpindahan jiwa (menurut Hindu) atau transmigrasi karma (menurut Buddhism). Dalam Hindu Bhagavad-Gita, Krishna pernah mengatakan pada Arjuna untuk tidak menangisi kematian seorang teman, sebab kematian bukanlah akhir dalam lingkaran reinkarnasi. 

Sementara dalam hukum Karma, atma seseorang dipercaya membawa Karma yang ia terima dari perilaku dan perbuatan selama kehidupannya di dunia. Jiwa yang ber-reinkarnasi akan dilahirkan kembali dalam raga baru yang sesuai dengan Karmanya. Namun begitu, Buddhism tidak semerta-merta meyakini jiwa sebagai hal yang kekal karena adanya doktrin anatta (no-self/ tiada-aku). Selain itu, meskipun konsep reinkarnasi secara umum lebih dikenal dalam ajaran Hindu dan Buddha, reinkarnasi sebetulnya juga terdapat dalam sejarah dan tradisi keagamaan lain termasuk misalnya Yahudi (Kabbalah), Kristen (Gnostik), dan Islam (Isma'ili).

Agama Abrahamik seperti Yahudi, Kristen, dan Islam pada umumnya menganggap hidup hanya satu kali dan adalah sebuah bekal untuk kehidupan setelah kematian. Sebab meyakini setelah satu kali hidup hanya ada kematian, agama Abrahamik memiliki lebih banyak kemungkinan atau kelekatan dengan resureksi, pun sebagaimana yang tertulis dalam literatur keagamaannya. Sementara reinkarnasi dalam literatur keagamaan Abrahamik tidak dapat ditemui -kemungkinan terbesarnya ialah kepercayaan reinkarnasi muncul dan dibawa dari pandangan kepercayaan lain atau golongan tertentu saja.

Pada agama Yahudi, menurut Gershom Scholem (1987), doktrin 'perpindahan jiwa' baru muncul pada abad kedua dan seterusnya yang dapat ditemui dalam beberapa tradisi atau kelompok Gnostik dan Maniisme yang mungkin pernah berhubungan dengan orang-orang Yahudi. Menurutnya juga, kepercayaan reinkarnasi masih ada hingga saat ini di beberapa kelompok gereja kekristenan. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Gaster (1908) yang mengatakan bahwa tidak mungkin doktrin metempsychosis berasal dari agama Yahudi, sebab diskursus ini baru menjadi familier sekitar abad ke-9 dan ke-10. Lebih lanjut menurut Maritano (2014), doktrin metempsychosis mungkin diterima dan dipercaya dalam Kristen heterodoks dan penganut esoterisme Yahudi.

Reinkarnasi dalam Kristen juga terdapat dalam kelompok Gnostik yang memiliki tradisi kepercayaan akan spiritualisme dalam kekristenan -tidak secara eksplisit atau literal mengenai resureksi. Salah satu kelompok Gnostik yang percaya akan reinkarnasi misalnya, terdapat dalam 'Wahyu Paul' yang menjabarkan perjalanan Paul ke surga -dikatakan bahwa pada surga keempat, Paul melihat sebuah jiwa 'dari tanah kematian' yang dibawa oleh para malaikat dan tengah dihakimi oleh para saksi, lalu sebagai hukumannya jiwa tersebut direinkarnasi ke dalam tubuh yang sudah disiapkan untuknya (Van den Broek, 2013).

Sementara Islam, sama halnya seperti Kristen, juga mempercayai doktrin resureksi atau kebangkitan -dikatakan bahwa manusia akan dibangkitkan kembali di hari akhir untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia. Meski begitu, reinkarnasi atau tanasukh juga terdapat dalam masa-masa awal sejarah keislaman (Edward Rehatsek, 1880). Rehatsek beranggapan bahwa doktrin reinkarnasi mungkin dibawa oleh para pedagang dari India dan Yunani ke jazirah Arab, namun setelahnya dilarang setelah munculnya Islam di kawasan tersebut. Akan tetapi, doktrin reinkarnasi tetap berkembang dalam kelompok masyarakat Islam melalui budaya Persia.

Secara lebih spesifik, interpretasi reinkarnasi dalam agama Abrahamik lebih mungkin diindikasi melalui kajian hermeneutik yang melihat resureksi mungkin digunakan sebagai kiasan saja untuk reinkarnasi (Meysami Azad, 2017). Di samping bahwa minimnya literatur yang menjelaskan reinkarnasi dari sudut pandang keagamaan Abrahamik. Lebih lanjut lagi, perkembangan jaman pun juga membawa perubahan paradigma dalam agama yang lebih terbuka -baik terbuka lagi dengan ajaran-ajaran tradisional, neoterik, maupun dengan ajaran agama-agama dan kepercayaan berbeda.

Namun bagaimanapun, diskusi atau dialog secara lebih lanjut mengenai resureksi dan reinkarnasi, atau kehidupan pasca kematian menjadi bermakna sebab dapat memberikan nilai atau pandangan akan banyak hal terkait kehidupan. Misalnya, memaknai kehidupan manusia sebagai makhluk fisik maupun makhluk spiritual, memahami human nature, tujuan manusia, keadilan Tuhan, hingga bagaimana manusia bertanggungjawab dalam hidup dan beretika dalam kehidupan. 

Diskusi mengenai falsafah kehidupan pasca kematian tidak hanya menyoal jasmani ataupun ruh secara terpisah-pisah. Menurut filsuf Peter Geach, dialog mengenai kehidupan pasca kematian juga melibatkan penyatuan kembali jiwa 'ke dalam raga, seolah merekonstitusi sebuah persona dari orang yang sudah tiada' sebab hanya melalui perbincangan ini, kita dapat memaknai nilai kehidupan; melanjutkan hidup; ataupun menjalani kehidupan sekali lagi.

Ada pula pandangan menarik dalam diskusi kehidupan pasca kematian ini yang menyimpulkan bahwa resureksi adalah peristiwa yang menandakan terputusnya lingkaran reinkarnasi (Abdulla Galadari, 2012). Menurutnya, kematian dan kehidupan dalam agama Abrahamik berbicara tentang jiwa atau ruh -yang ketika jasadnya mati, jiwa akan tetap berada di tanah kematian, mengalami penghakiman dan penyiksaan berulang-ulang hingga akhirnya beresureksi dan menjalani kehidupan di tempat akhirnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun