Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Supermarket Alam dan Secuil Gastronomi Lombok

9 Desember 2021   07:23 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:46 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kiri : beras merah Sembalun, kanan : beras merah Jawa (dok pribadi)

Kemudahan kita yang hidup di kota adalah aneka rupa barang bisa didapat. Kadang kita tak perhatikan, dari mana buah, ikan, bawang, atau beras yang kita konsumsi. Membanjirnya produk impor dengan harga murah tentu membuat kita tergoda untuk memilih yang impor saja.

Izinkan saya mengajak anda untuk merenung sejenak tentang perlunya berpihak pada produk lokal. Simpel saja. Karena lokal itu rendah jejak karbon, mendukung penghidupan petani, serta menghidupkan perekonomian. Bahan pangan lokal sama artinya dengan harapan kesejahteraan petani di negri sendiri.

Hamparan sawah dari Bukit Selong Sembalun (pic by @omnduutx)
Hamparan sawah dari Bukit Selong Sembalun (pic by @omnduutx)

Bayangkan bawang dari  Cina, berapa km jarak yang ditempuh untuk sampai ke dapur kita. Berapa lama dia berangkat dari masa panen, pengiriman, hingga terjual di pasar tradisional ?  Berapa jejak karbon yang dihasilkan ? Bandingkan dengan bawang Sembalun. Sesama Indonesia, jarak lebih dekat, waktu lebih singkat. Pekerjaan rumahnya adalah apakah kapasitas produksi dan rantai distribusi lokal sudah cukup kuat ? ah.. Banyak orang pintar kok, di negeri ini. Pasti ada jalannya.

Supermarket alam dan masa depan pertanian

“Sembalun itu seperti supermarket alam, “ tutur  Helianti Hilman, CEO Javara dan Seniman Pangan pada International Conference Mandalika-Lombok, Infinity Experience of Nature and Sport Tourism. Bukan tanpa alasan, Sembalun kaya potensi hasil pertanian dan perkebunan. Kolaborasi teknologi pengolahan pangan akan meningkatkan produk pertanian ke level selanjutnya.

“Kuncinya ada pada entrepreneur lokal yang mau belajar dan mengembangkan produk,” lanjut Bu Heli. Dengan pertanian berkelanjutan, food safety, pengemasan, dan penentuan market yang tepat, maka produk pertanian Lombok bisa diangkat ke pasar yang lebih luas. Ya.. ini perlunya sinergi antar stake holder :  berbagi peran untuk masa depan pertanian.

Produk berbahan lokal Lombok (dok pribadi)
Produk berbahan lokal Lombok (dok pribadi)

Rombongan Kompasiana  menutup perjalanan dengan makan siang ayam taliwang H Moerad di Karang Taliwang, Mataram. Ayam taliwang sesungguhnya berawal dari Kampung Taliwang, Sumbawa. Warung H Moerad inilah yang pertama buka di Mataram.

Ayam kampung muda panggang berbumbu merah ini berpadu dengan rebusan kangkung, kacang panjang, dan toge dengan dressing sambal segar dari cabe, tomat dengan terasi.  Kacang tanah goreng membuat tekstur sayur jadi kriuk...  Lupakan sendok garpu. Biarkan tangan anda kepanasan cabe. Ada air kelapa muda yang siap menetralkan sensasi pedas di lambung. Ah...Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan ?  Matur agung tampiasih.. 

Set Ayam taliwang dan plencing kangkung (dok pribadi)
Set Ayam taliwang dan plencing kangkung (dok pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun