Kemudahan kita yang hidup di kota adalah aneka rupa barang bisa didapat. Kadang kita tak perhatikan, dari mana buah, ikan, bawang, atau beras yang kita konsumsi. Membanjirnya produk impor dengan harga murah tentu membuat kita tergoda untuk memilih yang impor saja.
Izinkan saya mengajak anda untuk merenung sejenak tentang perlunya berpihak pada produk lokal. Simpel saja. Karena lokal itu rendah jejak karbon, mendukung penghidupan petani, serta menghidupkan perekonomian. Bahan pangan lokal sama artinya dengan harapan kesejahteraan petani di negri sendiri.
Bayangkan bawang dari Cina, berapa km jarak yang ditempuh untuk sampai ke dapur kita. Berapa lama dia berangkat dari masa panen, pengiriman, hingga terjual di pasar tradisional ? Berapa jejak karbon yang dihasilkan ? Bandingkan dengan bawang Sembalun. Sesama Indonesia, jarak lebih dekat, waktu lebih singkat. Pekerjaan rumahnya adalah apakah kapasitas produksi dan rantai distribusi lokal sudah cukup kuat ? ah.. Banyak orang pintar kok, di negeri ini. Pasti ada jalannya.
Supermarket alam dan masa depan pertanian
“Sembalun itu seperti supermarket alam, “ tutur Helianti Hilman, CEO Javara dan Seniman Pangan pada International Conference Mandalika-Lombok, Infinity Experience of Nature and Sport Tourism. Bukan tanpa alasan, Sembalun kaya potensi hasil pertanian dan perkebunan. Kolaborasi teknologi pengolahan pangan akan meningkatkan produk pertanian ke level selanjutnya.
“Kuncinya ada pada entrepreneur lokal yang mau belajar dan mengembangkan produk,” lanjut Bu Heli. Dengan pertanian berkelanjutan, food safety, pengemasan, dan penentuan market yang tepat, maka produk pertanian Lombok bisa diangkat ke pasar yang lebih luas. Ya.. ini perlunya sinergi antar stake holder : berbagi peran untuk masa depan pertanian.
Rombongan Kompasiana menutup perjalanan dengan makan siang ayam taliwang H Moerad di Karang Taliwang, Mataram. Ayam taliwang sesungguhnya berawal dari Kampung Taliwang, Sumbawa. Warung H Moerad inilah yang pertama buka di Mataram.
Ayam kampung muda panggang berbumbu merah ini berpadu dengan rebusan kangkung, kacang panjang, dan toge dengan dressing sambal segar dari cabe, tomat dengan terasi. Kacang tanah goreng membuat tekstur sayur jadi kriuk... Lupakan sendok garpu. Biarkan tangan anda kepanasan cabe. Ada air kelapa muda yang siap menetralkan sensasi pedas di lambung. Ah...Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan ? Matur agung tampiasih..