Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Supermarket Alam dan Secuil Gastronomi Lombok

9 Desember 2021   07:23 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:46 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawang putih Sembalun di kaki Rinjani (dok pribadi)

Tentang Bawang Putih dan Beras Merah

Kalau ke Sulawesi, pedas asam rica-rica akan membuat anda ceria. Ke Banjarmasin, habang manis kayu manis membuat anda tersenyum manis. Garam masala jadi rempah wajib India. Untuk  orang Barat, protein hanya perlu blackpepper dan garam. Di Lombok ? merah pedas berbalut terasi akan membuat jiwa berseri-seri. Inilah misteri gastronomi. Semua tempat punya cita rasa tersendiri.

Di sore yang indah, rombongan Kompasiana Mandalika melangkahkan kaki ke Sembalun, kaki Gunung Rinjani. Subur dan dingin, rupa neka tanaman membentang. Padi, palawija, sayur, buah, rimpang, kembang, bawang, hingga bambu, tumbuh bersama. Pantas kiranya, Desa Sembalun menjadi sentra holtikultura NTB.

Ternyata Sembalun punya produk istimewa : beras merah dan bawang putih. Seikat bawang putih Sembalun memberi bukti, betapa Lombok mampu menghasilkan bahan pangan sendiri, tak perlu impor dari luar negeri. Di lembah ini, panenan bawang biasanya dibiarkan mengering bersama akar dan tunasnya, lalu  diikat dan diletakkan di palang tinggi di halaman rumah. Bawang akan menjadi bumbu  atau jadi benih untuk periode tanam selanjutnya.

Kisahnya, bawang putih Sembalun bisa hidup tinggi, umbinya bisa lebih besar. Entah sebab apa, kali ini panen bawang tak sesubur biasanya. Mungkin cuaca, mungkin nutrisi, mungkin juga hama. Kini tanaman butuh semprotan pestisida karena banyak ulatnya. Suatu tanda menurunnya kualitas ekosistem dan resistensi hama #tears#.

Sembalun juga punya beras. Beras merah Sembalun yang saya dapat, bentuknya gendut, sosohnya agak tebal sehingga sisi putihnya kelihatan. Sementara beras merah di Jawa, tampilannya lonjong langsing dan berwarna merah. Beras merah ini kaya serat dan rendah indeks glikemik, sehingga cocok untuk yang mau diet.

Saking istimewanya, ada tarian yang bercerita tentang beras. Tari pangkureon namanya. Dilatari musik rancak live dengan 5 alat musik gamelan Lombok, tari ini sungguh memukau. Ditarikan beberapa orang kaum pria, pangkureon menceritakan bagaimana petani Desa Sembalun membela bibit padi merah melawan jin atau hama. Sebuah simbol betapa bernilainya bibit padi merah bagi petani.   

kiri : beras merah Sembalun, kanan : beras merah Jawa (dok pribadi)
kiri : beras merah Sembalun, kanan : beras merah Jawa (dok pribadi)

Tari pangkureon (dok pribadi)
Tari pangkureon (dok pribadi)

Raw material berkualitas

Selain bawang dan beras, Lombok punya banyak hasil pertanian. Ada kacang hitam lebuy, kopi, coklat, kelapa, cabe, nanas, dll. Laut Lombok menghasilkan gurita, ragam ikan laut, walet, dan rumput laut. Terasi lombok bahkan menjadi salah satu bumbu wajib. Warnanya agak merah, tapi asli, tanpa pewarna.

Ayam taliwang, sup bebalung, sate rembiga, sate tanjung menjadi bukti betapa melimpahnya sumber protein lokal. Ayam taliwang memakai ayam kampung muda, karena rasanya gurih dan juicy,  beda dengan ayam kota. Untuk membuat sate ikan, bahan harus segar, kalau tidak, rasa dan aroma jadi amis ambyar.

Dalam dunia gastronomi, raw material yang berkualitas adalah kunci. Kesegaran bahan menjadi modal utama suatu hidangan. Bumbu spices akan meningkatkan level rasa, bukan menutupi. Inilah yang Lombok punya : raw material yang segar.                                                                                                                                                                                                                                                           

Inovasi skin care berbahan alam

Pecinta makanan sehat pasti tahu kalau hutan NTB menghasilkan madu. Raw honey sangat dihargai karena tanpa pemanasan dan tanpa tambahan glukosa. Ada madu klanceng (trigona), ada juga madu dari lebah Apis dorsata. Madu trigona berwarna agak putih dengan rasa asam. Sementara madu biasa berwarna kuning keemasan.

Selain madu, lebah juga menghasilkan bee pollen, propolis, dan beeswax. Beeswax atau lilin lebah biasa menjadi bahan baku kosmetik. Bee pollen atau serbuk sari juga dikumpulkan lebah, bahkan termasuk superfood. Nah, kini ada sabun dari bee pollen dan beeswax lip balm. Yes, inovasi produk lebah ini dilakukan Lumbung Madu Hasanah, Lombok Barat. Keren kan ?

Ada satu lagi, ternyata Lombok punya local skin care yang bisa jadi pilihan, Oganic namanya. Berbahan dasar spirulina, rumput laut, kopi, cocoa butter, dan VCO, produk perawatan ini membawa pesan berkelanjutan : eco green commitment dan suport petani lokal.

Seperti produk artisan lain, produk Oganic ini dibuat dalam batch kecil, tanpa paraben, SLS, plant based, dan no animal testing. Tak musti pakai skin care brand besar yang ada di mall, dari petani Venezuela, kita juga bisa kok, mendukung petani di negeri sendiri, petani Lombok.

Produk lokal Lombok (dok pribadi)
Produk lokal Lombok (dok pribadi)

Mengapa memilih produk lokal ?

Kemudahan kita yang hidup di kota adalah aneka rupa barang bisa didapat. Kadang kita tak perhatikan, dari mana buah, ikan, bawang, atau beras yang kita konsumsi. Membanjirnya produk impor dengan harga murah tentu membuat kita tergoda untuk memilih yang impor saja.

Izinkan saya mengajak anda untuk merenung sejenak tentang perlunya berpihak pada produk lokal. Simpel saja. Karena lokal itu rendah jejak karbon, mendukung penghidupan petani, serta menghidupkan perekonomian. Bahan pangan lokal sama artinya dengan harapan kesejahteraan petani di negri sendiri.

Hamparan sawah dari Bukit Selong Sembalun (pic by @omnduutx)
Hamparan sawah dari Bukit Selong Sembalun (pic by @omnduutx)

Bayangkan bawang dari  Cina, berapa km jarak yang ditempuh untuk sampai ke dapur kita. Berapa lama dia berangkat dari masa panen, pengiriman, hingga terjual di pasar tradisional ?  Berapa jejak karbon yang dihasilkan ? Bandingkan dengan bawang Sembalun. Sesama Indonesia, jarak lebih dekat, waktu lebih singkat. Pekerjaan rumahnya adalah apakah kapasitas produksi dan rantai distribusi lokal sudah cukup kuat ? ah.. Banyak orang pintar kok, di negeri ini. Pasti ada jalannya.

Supermarket alam dan masa depan pertanian

“Sembalun itu seperti supermarket alam, “ tutur  Helianti Hilman, CEO Javara dan Seniman Pangan pada International Conference Mandalika-Lombok, Infinity Experience of Nature and Sport Tourism. Bukan tanpa alasan, Sembalun kaya potensi hasil pertanian dan perkebunan. Kolaborasi teknologi pengolahan pangan akan meningkatkan produk pertanian ke level selanjutnya.

“Kuncinya ada pada entrepreneur lokal yang mau belajar dan mengembangkan produk,” lanjut Bu Heli. Dengan pertanian berkelanjutan, food safety, pengemasan, dan penentuan market yang tepat, maka produk pertanian Lombok bisa diangkat ke pasar yang lebih luas. Ya.. ini perlunya sinergi antar stake holder :  berbagi peran untuk masa depan pertanian.

Produk berbahan lokal Lombok (dok pribadi)
Produk berbahan lokal Lombok (dok pribadi)

Rombongan Kompasiana  menutup perjalanan dengan makan siang ayam taliwang H Moerad di Karang Taliwang, Mataram. Ayam taliwang sesungguhnya berawal dari Kampung Taliwang, Sumbawa. Warung H Moerad inilah yang pertama buka di Mataram.

Ayam kampung muda panggang berbumbu merah ini berpadu dengan rebusan kangkung, kacang panjang, dan toge dengan dressing sambal segar dari cabe, tomat dengan terasi.  Kacang tanah goreng membuat tekstur sayur jadi kriuk...  Lupakan sendok garpu. Biarkan tangan anda kepanasan cabe. Ada air kelapa muda yang siap menetralkan sensasi pedas di lambung. Ah...Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan ?  Matur agung tampiasih.. 

Set Ayam taliwang dan plencing kangkung (dok pribadi)
Set Ayam taliwang dan plencing kangkung (dok pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun