'Mana ada orang disitu, jangan macam-macam" kata ibunya sambil menarik tangan anaknya. Cuek sambil terus mengobrol.
"Tapi kakak itu nggak mau pergi. Kakak itu aneh", katanya lagi. "Dia melihat kesini sekarang", katanya kali ini sambil mulai menangis.
"Jangan macam-macam"Â hardik ibunya kali ini menarik kuat tangan anaknya agar tak menunjuk tangan ke arah pohon mangga. Ibunya berdiri gemetar dengan mata mengarah ke titik di bawah pohon mangga di tempat anaknya menunjuk tangan.
"Kakak itu nggak ada wajahnya", katanya kali ini mulai menangis ketakutan, sementara ibunya malah hampir pingsan.
***
Gara-gara kejadian itu, saya meminta staf untuk memasang semua lampu di kantor dan menyalakannya saat hari gelap. Tak boleh ada ruangan yang terlihat gelap. Termasuk ruangan dapur lama. Entah bagaimana caranya staf itu berani masuk dan memasang lampu didalamnya.
"Aku baca doa, supaya nggak diganggu jin", katanya saat saya tanya bagaimana ia berani masuk kesana.
Tapi sialnya, lampu yang digunakan malah bohlam berwarna kuning temaram, yang diambil dari garasi. Warna kuning temaram membuat ruangan itu kini angker, seolah menjadi "sarang" hantu-hantu kantor menurutku.
"Ganti bohlamnya sekarang juga! " bentakku berusaha tegas, padahal sedang ketakutan setengah mati.
***
Tahun kedua kami tak lagi memperpanjang kontrak, setelah beberapa kejadian horor lainnya makin meresahkan. Termasuk penunggu iseng yang mulai ikutan ngreprint dan mengacak-acak laci, di malam hari saat saya sedang kerja lembur, sendirian!