***
Menjelang sore laporan keuanganku kelar, jadi saya putuskan untuk duduk di ruang tamu, menunggu teman-teman.Â
Ketika itulah saya baru menyadari jika kantor begitu tampak luas jika tak ada seorangpun sedang di kantor. Ruang tamu itu berbentuk memanjang dengan jendela sepanjang sisi depannya.
Ruangan di sampingnya sebenarnya kamar tidur yang telah disulap menjadi ruangaku. Sementara ruangan bos besar ada di belakang ruangan saya berbentuk ruang tidur yang memanjang.
Menurut saya ruangan itu meski di beri lampu terang, tetap saja terkesan suram. Saya paling tidak menyukai ruang itu. Dan hanya sesekali masuk jika dipanggil bos.
Ruangan lain adalah dapur kering, mirip pantry dengan kaca dan pembatas kayu yang biasanya dipakai pemiliknya untuk menyiapkan makanan sebelum dihidang di meja makan di dekat ruang tamu.
Ruangan itupun kami sulap jadi ruang kerja staf lapangan.
Dinding ruang belakang seluruhnya juga berjendela kaca. Jadi ruangan itu jika malam hari tanpa gorden akan tembus pandang  dari jalan hingga ke halaman belakang. Jadi seharusnya tak terkesan suram dan tertutup.
Jadi sambil menunggu saya membaca koran. Hingga  tak lama masuk waktu shalat Ashar. Agar nanti bisa cepat pulang, saya tuntaskan shalat Ashar sambil menunggu teman-teman lain.
Saya gelar sajadah tepat di depan ruangan. Ruangan keuangan memang selalu tertutup karena banyak data penting yang tak boleh di ganggu.
Sekira setengah menit baru siap berdiri, keanehan pertama mulai terjadi.