Menurut beberapa pendapat teman, Â sebagian caleg-calon legislatif, yang ternyata "tak serupa kata dan perbuatan". Beberapa caleg instan yang wajahnya muncul di baliho kampung, selama ini jangankan aktif dalam kegiatan kampung, berkontribusi untuk urusan sekedar gotong royong saja tak pernah.
Begitu juga dengan perayaan hari besar, atau kegiatan sosial di kampung, termasuk hanya mengunjungi tempat ibadah setiap harinya.
Sementara pekerjaannya juga tak persis orang-orang tahu, kecuali mereka mengenalnya karena tinggal di kampung dan memilki rumah besar dengan beberapa mobil di dalamnya.
Dalam balihonya mereka berkampanye mengajak generasi muda untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan di kampung dan menjauhi  narkoba.
Entah mengapa tiba-tiba fenomena ini mengingatkan seorang teman aktifis LSM dengan istilah greenwashing.Â
Para caleg dalam kesempatan yang sangat singkat sedang berusaha merebut hari para calon pemilih. Maka jalan yang ditempuh adalah mengeluarkan jargon kampanye yang bisa membuat masyarakat peduli dengan eksistensinya.
Berbagai isu menjadi pilihan, disesuaikan dengan kebutuhan kondisi dan situasi yang menjadi harapan masyarakat di sekitarnya. Padahal inti utamanya hanya mendapatkan suara pemilih.
Sehingga wajar jika kita melihat dalam setiap baliho, selain menampilkan foto diri dan nomor partai serta urutan pencalonannya, juga menyertakan isu kampanyenya.
Pada intinya apapun yang menjadi pilihan isu kampanyenya, ada sebagian yang memang benar-beanr murni menjadi konsennya. Apalagi jika dalam keseharian kiprah dan aktifitasnya memang didedikasikan untuk kerja-kerja sesuai yang tercantum dalam misi kampanyenya, bagi masyarakat.
Namun tak sedikit yang hanya menjadikan isu kampanye sebagai penarik minat masyarakat untuk memilihnya. Termasuk mengadakan even atau kegiatan lomba yang menjadikan dirinya sebagai sponsor utama kegiatan. Utamanya untuk kegiatan olahraga.