Mohon tunggu...
hanif sofyan
hanif sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penulis tanpa buku

booklover, penulis the dark years-hans

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pembelajaran Demokrasi yang Buruk Dari Usulan RUU DKJ yang Tak Tepat Waktu

6 Desember 2023   22:33 Diperbarui: 13 Desember 2023   15:55 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
susanan kompleksitas jakarta sumber gambar bisnis com

Dan yang paling jamak adalah pertimbangan politik, termasuk isu-isu stabilitas dan keamanan nasional, bisa menjadi latar belakang bagi usulan ini. Pemerintah melihat perlunya kontrol yang lebih kuat terhadap ibu kota untuk menjaga stabilitas dan kepentingan nasional.

Serta penyederhanaan tata pemerintahan, dimana dasar usulan ini mencerminkan niat untuk menyederhanakan tata pemerintahan dan mengurangi birokrasi, meskipun ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran terkait otonomi daerah. Dan peningkatan koordinasi antar lembaga, dengan dasar usulannya didorong keinginan meningkatkan koordinasi antara lembaga pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi kota.

Alasan Menolak Usulan

Jakarta sumber gambar CNBC Indonesia
Jakarta sumber gambar CNBC Indonesia
Latar belakang menolak wacana bisa bervariasi termasuk alasan yang menjadi argumentasinya,  mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, dan sosial. Sehingga kita perlu juga memahami lebih lanjut dan mungkin melalui kajian yang mendalam terkait implikasi dari penolakan yang mungkin terjadi.

Alasan penolakannya bisa saja didasari oleh hal-hal krusial dan menjadi pangkal kekuatiran banyak orang. Apalagi dalam pengalaman kita berdemokrasi dalam penentuan Jakarta 1 menjadi ajang layaknya seperti miniatur Indonesia. Politisasinya sangat tinggi dan sangat sensitif. Karena para pemilik kursi Jakarta 1 sangat berpeluang untuk bisa naik jenjang ke RI-1.

Namun yang patut menjadi bahan pemikiran kita adalah bahwa penolakan atas usulan RUU DKI bisa saja karena pada akhirnya kita akan kehilangan legitimasi dan otonomi daerah, dimana penunjukan langsung oleh Presiden dapat dianggap sebagai bentuk campur tangan yang berlebihan dalam urusan daerah, yang dapat merugikan otonomi daerah dan menghilangkan legitimasi dari pemilihan langsung oleh warga Jakarta.

Bahwa partisipasi masyarakat akan dikurangi dengan adanya proses penunjukan yang tidak melibatkan partisipasi langsung masyarakat dapat merugikan demokrasi lokal. Partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah merupakan hak dasar dalam sistem demokrasi.

Lantas kita juga mengkuatirkan adanya risiko kepentingan kuasa. Bagaimanapaun penunjukan langsung oleh Presiden meningkatkan risiko terbentuknya dinasti politik, di mana kekuasaan dapat berkonsentrasi pada kelompok atau keluarga politik tertentu, tanpa adanya mekanisme yang kuat untuk mencegahnya.

Sehingga berpotensi munculnya ketidakpuasan dan konflik sosial karena kebijakan yang merugikan otonomi daerah dan partisipasi masyarakat dapat menyebabkan ketidakpuasan dan konflik sosial di tingkat lokal, yang dapat merugikan stabilitas dan harmoni masyarakat.

Orang Jakarta juga akan kehilangan identitas lokalnya yang semakin terbenam akibat penunjukan oleh Presiden yang bisa mengurangi rasa identitas lokal dan kebanggaan masyarakat Jakarta terhadap otonomi daerahnya sendiri, dan berdampak negatif pada semangat kebersamaan dan kohesi sosial.

Bahkan kita kuatir  adanya ketidakseimbangan kekuasaan dan kontrol atas RUU yang memberikan Presiden kekuasaan untuk menunjuk pemimpin daerah dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan, dengan kebijakan pusat mendominasi kebijakan lokal.

 tugu monas jakarta pusat sumber gambar sampaijauh.com
 tugu monas jakarta pusat sumber gambar sampaijauh.com
Hal ini juga menyangkut pengabaian kebutuhan  lokal dan aspirasi unik dari masyarakat Jakarta, yang lebih baik dipahami oleh pemimpin yang dipilih langsung oleh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun