Mungkin pemahaman kita tentang kemiskinan ekstrem dan masyarakat miskin ekstrem saja masih simpang siur. Apa yang dimaksud sebenarnya dan bagaimana indikatornya. Dan selama ini kita menggunakan dua data untuk mengukurnya: Â Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank.Â
Data yang dirilis BPS pada 2022 menunjukkan angka kemiskinan ekstrem Indonesia sebesar 2,04 persen, sementara data World Bank menunjukkan angka 1,5 persen.
Kemiskinan ekstrem, juga dikenal dengan istilah kemiskinan absolut, suatu kondisi ketika individu atau keluarga tidak memiliki akses yang memadai terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal yang layak.Â
Kondisinya menunjukkan tingkat kemiskinan yang parah, kondisi yang sangat sulit dan seringkali berhadapan dengan banyak risiko lain yang buruk seperti kesehatan.
Di tahun 2018, saya tanpa sengaja saya mengenal seorang bapak, Â yang bekerja serabutan, dan dalam sebuah kesempatan saya mengantarkannya pulang. Saya terkejut ketika mendapati bahwa bapak ini memiliki enam orang putra-putri. Mereka tinggal di sebuah gubuk berukuran tiga kali tiga, dengan dinding tepas. Menurut keterangannya rumah yang ditempati adalah pinjaman dari warga dan sebelumnya merupakan kandang ternak.
Salah seorang putrinya mengalami luka, dan kondisinya sangat memprihatinkan, saya berinisiatif membantunya membersihkan dengan disinfektan sebelum saya bawa ke puskesmas karena ia menolak untuk berobat.Â
Kondisi ekonomi yang kritis tersebut menjadi salah satu alasan mereka tidak bisa mengakses fasilitas kesehatan, apalagi pendidikan--bahkan untuk keperluan sehari-hari juga sangat sulit.
Kondisi mereka adalah contoh nyata dari kemiskinan ekstrim yang saat ini sedang diupayakan untuk dihapus oleh pemerintah hingga 0 persen. Jika melihat contoh nyata tersebut, rasanya sangat kompleks untuk menuntaskannya.Â
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 terdapat angka kemiskinan ekstrem sebesar 2,04 persen, dari proyeksi sebanyak 278,8 juta jiwa juga berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023, kurang lebih terdapat 5.687.520 penduduk miskin.Â
Dan jika hanya diatasi dengan dana bansos belum sepenuhnya memadai dan dalam jangka panjang akan menjadi beban, karena bersifat penanggulangan temporary dan tidak menyelesaikan masalah . Bahkan dikuatirkan akan menimbulkan ketergantungan.
Menurut data Kompas.tv, bentunan bantuan BNPT--Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) untuk mendukung kebutuhan pangan harian rakyat, khususnya bagi keluarga yang mengalami dampak ekonomi, dan mengurangi beban ekonomi keluarga dan meningkatkan kualitas hidup.