Mohon tunggu...
hanif sofyan jr
hanif sofyan jr Mohon Tunggu... Freelancer - pegiat literasi

penyuka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Satpam, Petugas Turjawali yang Butuh Aktualisasi

10 November 2023   00:23 Diperbarui: 21 November 2023   01:40 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satpam (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Namanya Conan, dengan rompi keamanan berwarna hitam dan kuning ia bergabung dengan petugas keamanan di Worldwide Corporate Center di ibu kota Filipina, Manila, menggantikan penjaga sebelumnya, Mingming, yang baru saja meninggal. 

Meskipun tidak memiliki kemampuan menjaga keamanan layaknya petugas pengamanan, kehadiran Conan membawa kegembiraan bagi para petugas keamanan lainnya. Conan adalah kucing "satpam". Conan adalah sebuah cerita intermezo--tentang kisah para satpam dan dedikasi mereka pada publik.

Sering dikira kata dasar pada umumnya, ternyata satpam adalah singkatan dari Satuan Pengamanan atau juga disebut dengan sekuriti (Security). 

Sebagai petugas keamanan, satpam biasanya memakai seragam dan menjaga di wilayah pribadi yang bukan umum, utamanya gedung yang butuh pengamanan lebih atau komplek perumahan yang ekslusif--punya portal di pintu masuknya, atau karena bentuk kompleknya yang juga khusus seperti halnya perumahan cluster.

Maka tidak heran jika dalam banyak visualisasi atau cerita sinetron, satpam digambarkan menjadi petugas penguasa komplek, mengatur dan menjaga urusan turjawali.

SEBAIKNYA KALIAN TAHU!

Rumah cluster atau klaster atau perumahan cluster adalah perumahan yang dibangun dalam satu lingkungan yang sama, memiliki bentuk bangunan yang serupa dengan design modern. Dalam satu komplek, biasanya rumah cluster dibangun dengan jumlah unit yang terbatas. Tujuannya supaya penghuni perumahan cluster merasa nyaman dengan lingkungan yang tidak padat. Dan perumahan ini dibangun pada area yang masih asri namun letaknya dekat dengan akses menuju pusat kota.

petugas satpam di komplek perumahan- sumber gambar tribratanaews cirebon kota
petugas satpam di komplek perumahan- sumber gambar tribratanaews cirebon kota

Orang sering salah kira antara satpam dan security--meskipun keduanya berurusan dengan soal keamanan tapi ternyata mereka beda, dan kita sering salah mengerti soal ini.

Jika satpam bertanggung jawab menjaga keamanan fisik dan melaksanakan tugas operasional sehari-hari, sementara security memiliki tanggung jawab yang lebih luas dalam merencanakan dan melaksanakan strategi keamanan yang melibatkan aspek-aspek seperti keamanan fisik, kebijakan keamanan, dan manajemen risiko. 

Begitupun, seorang satpam juga diharuskan menguasai setidaknya 11 skill atau keahlian, mulai dari Skill Pengetahuan dan Kemampuan Polisi Yang Terbatas, Skill Bela Diri Polisi RI, Skill Pengenalan Bahan Peledak, Skill Pengenalan & Pemahaman Bahan Berbahaya (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), Skill Keterampilan Tongkat & Drill Borgol, Skill PBB (Pengetahuan Baris Berbaris) dan Penghormatan, Skill K3 & Lingkungan, Skill Dasar Komunikasi & Alat Keamanan, Skill Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli, Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara dan Pembuatan Laporan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Pendidikan Dasar Security. 

Mengapa mereka harus menguasai kemampuan sebanyak itu?

Karena pada dasarnya satpam itu berada dibawah koordinasi dan kontrol Polri. Meskipun menurut pengamat hal ini berbahaya baik bagi masyarakat atau bagi satpam sendiri. Alasannya?

Memanusiawikan Profesi Satpam, Diantara Sisi Baik dan Buruk

Sebenarnya, seperti dikutip dari Historia.id, terbentuknya satpam digagas oleh Jenderal (Purn) Awaloedin Djamin,seorang Kapolri era 1978-1982.  

Namun kemudian kebijakan itu dilanjutkan oleh Kapolri Idham Azis dengan menerbitkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pasukan Pengamanan Masyarakat (PAM) Swakarsa. Mereka mengemban tugas Turjawali, Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli; dimana keempat hal menjadi tugas pokok satpam.

PAM Swakarsa sebetulnya sudah ada di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Nasional. Sementara mengenai satpam, ada dalam Perkap Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Managemen Pengamanan. Di dalamnya mengatur mekanisme perekrutan satpam, pendidikan kilat, hingga keterlibatannya dalam Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP). Beberapa di antaranya mencakup jasa konsultan pengamanan, jasa diklat satpam, jasa penyedia tenaga kerja satpam, jasa penyedia peralatan keamanan, hingga jasa pengamanan distribusi uang, emas, dan barang berharga. 

Nah, persoalannya kemudian adalah ketika muncul kebijakan penggantian seragam satpam menjadi warna cokelat dan disertai pangkat seperti anggota kepolisian, bakan di dalamnya ada aturan bahwa satpam bisa berlatar belakang purnawirawan Polri dan TNI---yang sudah menjadi warga sipil. 

Warna cokelat dipilih dengan alasan warna netral yang konon melambangkan kebersahajaan, stabilitas, kehangatan, rasa aman dan nyaman, rasa percaya, keanggunan, ketabahan, serta kejujuran, dan kemiripannya dengan polisi diharapkan akan ada kedekatan emosional dengan warga dan memuliakan profesi satpam. 

Setidaknya jika dianalisis ada lima keuntungan dengan berubahnya warna seragam satpam menyerupai seragam polisi. 

Pertama, mengubah "satpam" menjadi "satkamling. Keandalan kemampuan direkrut dan dilatih di bawah BUJP dan perusahaan. 

Di luar itu tidak bisa. Jadi tidak sembarangan lagi orang bisa menyediakan satpam untuk sebuah perusahaan atau kepentingan pengamanan tertentu, seperti komplek perumahana misalnya,  semuanya harus order lewat BUJP. Ini di ketatkan agar satpam memperoleh hak-haknya: UMP, BPJS, upah lembur, dan lainnya, semacam usaha memanusiawikan profesi.

Kedua, warna seragamnya menjadi lebih elit layaknya sosok polisi. 

Ketiga, satpam berpeluang memiliki pangkat dan jenjang. Jika selama ini satpam hanya memiliki tiga tingkat, yaitu satpam pelaksana, supervisor satpam, dan manajer satpam. 

Nah di dalam peraturan baru, setiap tingkatan tersebut akan memiliki tiga golongan tingkatan yang berbeda. Hal itu untuk memastikan jenjang karier dan penghargaan terhadap kompetensinya, sehingga akan menjadi bagian dari kompetensi dan kompetisi mereka untuk bisa meraihnya melalui dedikasi dan kinerjanya. 

Keempat, yang jelas adanya pengukuhan karena segala sesuatu menjadi lebih resmi. dan Kelima,  satpam kini memiliki emblem dan lencana, sebagai tanda kewenangan Polri secara terbatas. Penampilan mereka semakin mirip dengan polri dan menambah rasa percaya masyarakat atas dedikasi mereka sebagai petugas keamanan. 

Tapi, sayangnya di balik kelebihan itu justru menjadi sisi kekurangannya juga.

Warna seragam satpam justru menjadi rentan menimbulkan masalah, sebagaimana  diulas peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS) Bambang Rukminto. Karena bisa menjadi sasaran pelemparan masalah dengan sebutan oknum, terutama jika satuan polisi yang terkena kasus dan melemparkan masalahnya kepada satpam karena kemiripan seragamnya.

Selain status mereka yang juga sama-sama berurusan dengan masalah keamanan, dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga untuk membantu para polisi. Apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, kebutuhan ketersediaan polisi yang masih kurang bisa dibantu dengan kehadiran satpam. Ketentuan PBB menyebut kebutuhan tenaga keamanan, satu banding empat ratus, sedangkan di Indonesia, masih satu banding tujuh ratus.

Hal lain yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang adalah, bahwa kesamaan warna seragam bisa mengurangi rasa percaya diri anggota Polri yang merasa disamakan dengan satpam. Padahal menurut para pengamat kepolisian alasan pengubahan warna seragam satpam menjadi mirip dengan polisi, menjadi  semacam strategi Polri untuk perpanjangan tangan di masyarakat.

Namun dibalik itu ternyata ancaman terhadap satpam juga makin besar, karena orang yang tidak memahami benar tentang satpam dan polisi bisa salah duga. 

Dalam kasus terjadinya serangan terhadap petugas polisi, satpam juga sering menjadi korban salah sasaran karena dikira polisi, karena kemiripan seragam mereka. Dengan berbagai titik lemah itu, ada kalangan yang merasa kebijakan Kapolri Idham dianggap tidak tepat. 

Aktualisasi Satpam

Orang bilang, cobalah untuk mengerti, jangan cuma mau dimengerti--kurang lebih begitulah posisi seorang satpam mestinya juga dihargai.

Setiap kali mengantar anak ke sekolah, saya selalu menjumpainya di pintu gerbang, berada paling pagi disana. 

Namanya Chek Wan (56 tahun) ia satpam di sekolah almamater saya. Ia tinggal di kampung sebelah kampus, tidak jauh dari sekolah tersebut. Bahkan di malam hari saat saya mendapat tugas sekolah membimbing kegiatan siswa perkemahan Sabtu-Minggu, saya juga mendapatinya bekerja sambilan menjadi cleaning service. Bekerja hingga jam sepuluh malam, sebelum menutup seluruh gerbang dan bergantian dengan petugas piket malam.

Saya mengenalnya kurang lebih sejak sepuluh tahun silam, dan meskipun menurut saya ia terlihat muda, ternyata tahun ini ia akan pensiun. Kerjanya yang ikhlas membuat wajahnya terlihat bersih, sebagai cerminan dari hatinya. Fisiknya juga terlihat sehat, karena setiap hari ia bergerak begitu lincah. 

Menjaga gerbang, mengantar tamu, mengontrol siswa yang izin keluar-masuk gerbang sekolah hingga mengurus banyak keperluan lainnya. Ia menjalani dengan tanpa keluhan.

Ia mewakili sedikit orang yang berprofesi satpam yang saya kenal, selain teman-teman sekolah saya dulu yang saat inisebagian juga menjadi satpam di Universitas di tempat saya kuliah. Banyak orang seperti Chek Wan berkorban luar biasa untuk profesinya. 

Saat lebaran tiba, orang berbondong-bondong untuk mudik. Perusahaan dan perumahan menjadi salah satu tempat yang akan merasa kehilangan, jika para satpam semuanya mudik. Namun dalam banyak kisah yang sangat menyentuh, banyak orang yang berprofesi satpam memilih untuk tetap bekerja dan tidak mudik, serta  dan tidak bisa bertemu dengan keluarganya demi sesuap nasi bekerja saat orang lain libur mudik.

Seorang satpam di sebuah perumahan ketika memilih tetap bekerja saat Lebaran. Semuanya dilakukan bukan tanpa alasan, selain karena sudah menjadi kebiasaannya tidak pulang kampung saat kantor sibuk, ia juga mengharapkan kerja lemburnya akan mendapat kompensasi yang membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi selama lebaran kebutuhan keluarganya meningkat drastis. 

Sebenarnya situasi dan kondisi ekonomi seperti itu menjadi keprihatinan kita, karena setiap orang pada dasarnya berhak menikmati hari-hari besar tersebut. Namun terhalang karena kondisi ekonomi. Dan realitas itu tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang saja.

Dengan dedikasi para satpam seperti itu, kita seharusnya bisa menyadari bagaimana pentingnya keberadaan mereka di tengah-tengah kita. Mereka tidak hanya mengejar kebutuhan fisologis, tapi juga mengharapkan adanya penghargaan--aktualisasi diri.

Mungkin psikolog Abraham Maslow bisa menjelaskan dengan teori hierarkinya,  bahwa manusia punya lima tingkat kebutuhan, yang diperingkat menurut tingkat kepentingan mulai dari kebutuhan tingkat rendah (biogenik) hingga kebutuhan tingkat tinggi (psikogenik). 

Mulai dari yang paling rendah yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri sebagai tingkatan paling tinggi karena setiap individu yang ada di dunia ini pastilah memiliki paling tidak satu hal yang harus mereka penuhi dalam kehidupan mereka sehari-hari, kita menyebutnya sebagai kebutuhan, karena ada hal itulah maka manusia punya motivasi untuk mendapatkannya. 

Secara garis besar Abraham Maslow beranggapan bahwa kebutuhan menjadi alasan terbentuknya motivasi pada diri seorang individu untuk melakukan semua kegiatan yang sekiranya dapat menopang individu tersebut dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka.

Intinya bahwa para satpam juga manusia, dengan pengakuan keberadaan mereka, memungkinkan mereka kini bisa menikmati banyak keuntungan; jabatan, kenaikan pangkat, sesuai dengan dedikasi mereka. 

Mereka juga berhak menyandang sebutan pahlawan dengan caranya dan dengan dedikasinya membantu masyarakat--dengan tugas pokok Turjawali-nya--Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli.

SEBAIKNYA KALIAN TAHU!

Abraham Maslow (1 April 1908 -- 8 Juni 1970) lahir Brooklyn, Kota New York, New York, Amerika, adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia. 

Ada lima tingkatan dalam kebutuhan manusia, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun