Mohon tunggu...
hanif sofyan jr
hanif sofyan jr Mohon Tunggu... Freelancer - writer

penyuka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berharap Punya Kemenbud, Setelah Lelah Rebutan Klaim Budaya

11 November 2023   16:08 Diperbarui: 19 Juli 2024   18:45 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi benar,karena budaya hanya menjadi bagian dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kita sehingga fokusnya menjadi terbelah.

Dan ini menjadi salah satu celah yang mudah diterobos dan diintervensi oleh anasir luar yang berkeinginan merebut dengan memanfaatan situasi dan kondisi ini. Perebutan kepemilikan Reog--sebagai salah satu budaya ikonik khas Jawa Timur telah lama menjadi salah satu persoalan yang membuat kita sakit kepala. 

Belum lagi lagu "Rasa Sayange" yang diklaim pihak luar sebagai karya dan hak cipta mereka. Itu baru sedikit dari banyak persoalan yang mungkin akan muncul perlahan jika dibiarkan atau kita abai menjaga dan menyelamatkannya.

Persoalan krusial lain yang dikuatirkan dan perlu diatasi oleh Kementerian Kebudayaan juga berkaitan dengan banyak isu penting; Pertama; Pelestarian Bahasa Daerah. Apa pentingnya menyelamatkan sebuah bahasa daerah yang punah--toh tidak ada lagi yang membutuhkan dan menggunakannya?. 

Pertanyaan itu sangat logis muncul. Apalagi jika dikaitkan dengan asumsi, semakin banyak bahasa akan semakin menyulitkan komunikasi. 

Dalam bukunya berjudul Language Revitalization: an Overview, Leanne Hinton juga kembali menuliskan pertanyaan-pertanyaan itu dan berusaha merumuskan jawabannya. 

Salah satu jawabannya adalah terkait persoalan akses terhadap pengetahuan. Ilmu pengetahuan selalu disampaikan lewat bahasa, tertulis ataupun tidak tertulis. Ilmu pengetahuan itu bisa apa saja, bisa tentang gejala alam, tentang sejarah, penemuan, obat-obatan, atau bahkan cerita-cerita kuno. 

Punahnya satu bahasa berarti membawa serta semua peradaban yang terkait dengan bahasa itu. Itu artinya, ada pengetahuan yang hilang bersamanya. Alasan lain yang membuat keberagaman bahasa perlu dijaga adalah untuk memperkaya kosa kata bahasa-bahasa itu sendiri. 

Ada sebuah penelitian menarik berkaitan dengan  garis yang membentuk semacam parit di antara hidung dan mulut kita. Apa sebutannya dalam bahasa kita?. Dalam bahasa kedokteran, sering disebut filtrum, berasal dari Bahasa Latin, Philtrum, dan bahasa Indonesia tidak memiliki kosa kata tersebut. 

Namun orang Minang biasa menyebutnya “oreng”. Sehingga kosa kata itu bisa menjelaskan nama misteriusnya, meskipun berasal dari bahasa daerah. Dan jika bahasa Minang punah, maka kita akan kehilangan salah satu kosakata tersebut. Itu sebuah contoh sederhana menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah bahasa dipertahankan.

UNESCO mengestimasi, jika tak ada tindakan apa-apa, setengah dari 6.000 bahasa yang dipakai di dunia akan hilang hingga akhir abad ini. Dan upaya revitalisasi bahasa terbukti pernah berhasil di beberapa belahan bumi. 

Di Jepang, Bahasa Ainu pernah sangat mendekati kepunahan karena dampak dari diabaikan dan diskriminasi atas kelompok pengguna bahasa ini. Barulah pada tahun 2008, Pemerintah Jepang akhirnya mengakui suku Ainu sebagai masyarakat adat Jepang. 

Kasus lainnya dialami oleh Bahasa Kaurna di  Australia Selatan, yang sudah dianggap punah dalam periode satu abad. Beruntungnya, bahasa tersebut terdokumentasikan dengan baik, sebagai alat untuk merevitalisasinya kembali.  

Seperti pernah terjadi di Switzerland, Bahasa Romansch sempat menghadapi kondisi sulit karena dialeknya yang beragam dan sangat berbeda antara satu sama lain. Ia juga ditinggalkan generasi mudanya yang memilih bekerja di kota-kota berbahasa Jerman. Tahun 1980, Romansch Grischum mendapat status sebagai salah satu bahasa resmi kembali di Switzerland. 

Dan di Indonesia yang kaya dengan bahasa lokal, kini tercatat 25 bahasa berstatus hampir punah, sementara 13 bahasa sudah dinyatakan punah. Solusi detailnya dapat dibaca di artikel Menyelamatkan Bahasa Agar Tak Punah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun