Mohon tunggu...
Abdullah Hanif
Abdullah Hanif Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer | Novelis

Membaca, lalu berbagi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel "Konspirasi Alam Semesta" Karya Fiersa Besari

29 Maret 2023   16:53 Diperbarui: 29 Maret 2023   17:04 9522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo pembaca yang mengagumkan! Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan hasil resensi Novel yang berjudul Konspirasi Alam Semesta karya penulis dan musisi muda Indonesia, Fiersa Besari! Selamat menyimak...

Identitas Novel

  • Judul Buku                          : Konspirasi Alam Semesta
  • Penulis                                  : Fiersa Besari
  • Jumlah Halaman               : 226 halaman
  • Ukuran Buku                      : 13x19 cm
  • Penerbit                               : Mediakita
  • Kategori                               : Fiksi
  • Tahun Terbit                       : 2017
  • Harga Novel                        : Rp 89.000 (Harga Normal P. Jawa)

Sinopsis Novel

Suatu sore di Bandung, seorang lelaki kumal bernama Juang Astrajingga dipertemukan dengan Ana Tidae oleh alam semesta, di sebuah Lorong Palasari, tempat Juang biasa mencari buku-buku bekas dan langka.

Pertemuan itu mungkin terdengar sangat klise, mereka bertabrakan di Lorong toko literasi, menjatuhkan buku-buku Ana Tidae dan Juang ikut membereskan.

Bagusnya, alam semesta tidak mempertemukan mereka satu kali. Ana dan Juang terus dipertemukan dengan cara-cara yang lain, salah satunya, ketika Juang yang seorang jurnalis, harus meliput kisah seorang Sinden internasional yang telah wafat, melalui sang anak, iya, Ana Tidae adalah anak sang Sinden.

Sosok Ana Tidae pun mulai mengisi relung hati Juang, secara perlahan Juang telah jatuh hati. Namun sayangnya, Ana telah memiliki kekasih, ia adalah Deri.

Secara perlahan pula, Ana dihadapkan pada pilihan antara Deri atau Juang. Dengan alasan yang cukup kuat, yakni Deri ketahuan berciuman dengan sahabat Ana sendiri, Ana pun mantap memilih Juang yang sedari lama menunggu kepastian.

Bukan hanya alasan itu, Juang dipilih karena ia begitu sederhana dalam hal apapun, termasuk dalam hal mencintai Ana.

Juang juga merupakan aktivis sosial, yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi, serta menyukai alam, sajak dan sastra.

Sebenarnya, Juang dan Ana dipertemukan dalam situasi luka, dimana Juang terlahir dalam keluarga yang dicap "kiri" oleh rezim orde baru, lalu Juang memutuskan untuk pergi dari Rumah dan mengejar mimpi dengan caranya, menjadi Jurnalis.

Begitu pun Ana, lukanya tak kalah lebar. Ana ditinggal sang Ibu dan hidup menyimpan penyakit di dalam kepalanya. Pingsan dan mimisan pun menjadi hal biasa terjadi pada Ana.

Namun, mereka dipertemukan justru untuk saling melengkapi, saling menutupi luka.

Suatu waktu Juang pergi ke timur Indonesia untuk meliput sejarah Papua. Selama disana, Juang tak pernah lupa mengabari Ana bahwa ia baik-baik saja.

Sampai suatu ketika, Juang tak mengabari selama berbulan-bulan. Ya, juang "tertangkap" oleh kelompok separatis yang menuntut kemerdekaan wilayahnya.

Namun, alam semesta kembali bersua. Dengan cara yang entah kebetulan atau tidak, Juang bisa kembali pulang ke Bandung.

Kisah cinta dua manusia memang tidak selalu berjalan indah, akan ada ujian-ujian berupa kesalahpahaman, sakit yang mendera, sampai harus bertengkar.

Juang memutuskan untuk pergi dari Ana, setelah menyaksikan Ana dirangkul oleh Deri sang mantan pacar. Juang pergi ke Nias dengan dalih menjalankan tugas jurnalis, padahal pergi mengobati luka.

Panggilan dari Ana Tidae pun tidak pernah disahutnya. Hingga akhirnya Ayah Ana yang harus menghubungi Juang. Mengabari bahwa Ana harus menjalankan operasi atas penyakit di kepalanya.

Alangkah terkejutnya Juang, kala ia baru mengetahui belahan jiwanya sedang terluka parah.

Juang memutuskan untuk kembali pulang, membujuk dan menemani Ana menjalankan operasi, demi kesembuhannya.

Tidak hanya itu, dengan uang seadanya, Juang ikut membantu Ayah Ana dalam melunasi biaya operasi Ana yang cukup mahal.

Ana sembuh! Juang dan Ana memutuskan untuk menikah, melanjutkan hidup di Rumah impian Ana, sebuah Rumah sederhana bercat putih dengan pohon besar bergantung ayunan.

Tak lama dari itu, Juang harus pergi ke daerah Sumatera, jiwa sosialnya terpanggil untuk membantu warga Desa yang terdampak Gunung Meletus.

Terlebih lagi, keluarga Dude (kawan Juang) juga terdampak peristiwa bencana alam tersebut. Ana sempat menolak, ia khawatir Juang akan kenapa-kenapa, seperti kejadian di Papua dulu.

Juang pun meyakinkan Ana bahwa ia akan kembali dengan sehat. Namun alam semesta berkehendak lain, Juang mati terbakar awan panas Gunung Meletus.

Juang kembali ke hadapan Ana hanya dalam bentuk jasad terkapar, meninggalkan Ana yang tengah mengandung anaknya.

Setelah berbulan-bulan, anak Juang dan Ana lahir dan diberi nama Ilya Astrajingga. ILYA adalah singkatan dari I Love You, Always yang biasa diucapkan Juang dan Ana. Sedangkan Astrajingga adalah nama belakang Juang.

Ana menghabiskan waktu untuk belajar mengobati rasa sakit, belajar untuk percaya dan menjalani kehidupan lagi, tanpa sosok Juang disisinya.

Tanpa diduga, Dude memberikan kartu memori kecil yang berisikan suara Juang pada detik-detik sebelum kematiannya.

Mendengarnya, Ana menangis, ia tentu merindukan Juang. Tapi hidup harus terus berjalan, ia tak pernah sendiri.

Ada sosok Ayah Ana disampingnya, ada keluarga Juang yang senantiasa dekat, ada kawan-kawan Juang yang setia, ada sahabat Ana, dan tentunya ada Ilya Astrajingga, darah daging Juang yang akan menjaga Ana sampai tua kelak.

Unsur Intrinsik Novel

1. Tema                     : Cinta, Sosial, Keluarga, Sastra

2. Tokoh                    :

- Juang Astrajingga (Tokoh utama)

- Ana Tidae (Pasangan Juang)

- David Gunawan (Ayah Ana)

- Shinta Aksara (Ibu Ana)

- Kang Deri (Pacar Ana sebelum dengan Juang)

- Camar (Sahabat Ana)

- Dude (Sahabat Juang, Pemilik Kedai Kopi)

- Budi (Sahabat Juang)

- Andika (Sahabat Juang)

- Mace Fransisca (Sahabat Juang di Papua)

- Pace Johan (Pimpinan Kelompok separatis yang menganggap Juang sahabat)

- Fatah (Adik Kandung Juang)

3. Latar Tempat      : Bandung, Jakarta, Nias, Papua

4. Latar Waktu        : 2011-2015

5. Alur                        : Maju

6. Sudut pandang  : Orang ketiga & Orang pertama

7. Gaya Bahasa       : Baku

8. Amanat                : Tuhan, melalui alam semesta telah mengatur banyak hal atas kehidupan manusia. Tugas manusia adalah berusaha, bersabar dan senantiasa bersyukur.

Unsur Ekstrinsik Buku

1. Latar Belakang Penulis

Fiersa Besari adalah seorang penulis, sekaligus musisi, youtuber, pecinta alam, atau bahkan boleh disebut influencer. Sajak-sajak yang indah, tulisan yang menarik, lagu-lagu yang enak didengar dan video-video youtube soal alam, kehidupan, sosial dan humanisme, membuat Fiersa banyak dikenal orang dan memiliki banyak followers.

Fiersa Besari sejak 2016 sampai saat ini telah menulis 6 buku, berjudul Garis Waktu, Konspirasi Alam Semesta, Catatan Juang, Arah Langkah, 11:11 dan Tapak Jejak.

2. Nilai Sosial

Seorang Fiersa Besari, atau biasa disapa "Bung" memang seringkali menyisipkan nilai-nilai sosial dalam karya-karyanya. Baik itu dalam bentuk buku, video maupun lagu-lagu ciptaannya.

Dalam buku ini, sangat jelas bahwa Juang Astrajingga digambarkan sebagai tokoh yang tidak hanya sederhana dan menyukai sajak. Tapi juga memiliki jiwa sosial dan nasionalisme yang tinggi.

Terlihat dari aktivitas Juang yang diceritakan begitu mencintai alam, suka keliling Indonesia, bersahabat dengan berbagai suku, ras, agama, serta membantu saudara sebangsa yang kesusahan.

Hal ini patut dicontoh oleh para generasi muda saat ini.

Kelebihan Buku

  • Buku ini menceritakan kisahnya secara to the point, tanpa bertele-tele. Membuat pembaca dibuat penasaran untuk segera membaca bab demi bab.
  • Buku ini banyak berisikan kutipan-kutipan yang relate dengan kehidupan banyak orang. Tidak hanya itu, kutipan dan kalimat-kalimat indah tersebut mampu dikemas oleh penulis dengan Bahasa yang puitis, indah, namun mudah dipahami.
  • Cover buku yang sederhana namun menyenangkan dipandang mata.
  • Buku ini bukan sekadar tulisan, tapi diiringi oleh lagu-lagu Bung Fiersa yang bisa kita dengarkan melalui barcode. Itulah mengapa, buku ini disebut sebagai Albuk (Album Buku)

Kekurangan Buku

  • Konflik diceritakan dengan sederhana dan tidak terlalu kompleks. Misalnya masalah yang dialami Juang dan kawan-kawannya di Papua hanya diceritakan dalam satu sampai tiga bab saja, dari keseluruhan Bab.

SEMOGA BERMANFAAT & SAMPAI JUMPA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun