Tidak hanya itu, dengan uang seadanya, Juang ikut membantu Ayah Ana dalam melunasi biaya operasi Ana yang cukup mahal.
Ana sembuh! Juang dan Ana memutuskan untuk menikah, melanjutkan hidup di Rumah impian Ana, sebuah Rumah sederhana bercat putih dengan pohon besar bergantung ayunan.
Tak lama dari itu, Juang harus pergi ke daerah Sumatera, jiwa sosialnya terpanggil untuk membantu warga Desa yang terdampak Gunung Meletus.
Terlebih lagi, keluarga Dude (kawan Juang) juga terdampak peristiwa bencana alam tersebut. Ana sempat menolak, ia khawatir Juang akan kenapa-kenapa, seperti kejadian di Papua dulu.
Juang pun meyakinkan Ana bahwa ia akan kembali dengan sehat. Namun alam semesta berkehendak lain, Juang mati terbakar awan panas Gunung Meletus.
Juang kembali ke hadapan Ana hanya dalam bentuk jasad terkapar, meninggalkan Ana yang tengah mengandung anaknya.
Setelah berbulan-bulan, anak Juang dan Ana lahir dan diberi nama Ilya Astrajingga. ILYA adalah singkatan dari I Love You, Always yang biasa diucapkan Juang dan Ana. Sedangkan Astrajingga adalah nama belakang Juang.
Ana menghabiskan waktu untuk belajar mengobati rasa sakit, belajar untuk percaya dan menjalani kehidupan lagi, tanpa sosok Juang disisinya.
Tanpa diduga, Dude memberikan kartu memori kecil yang berisikan suara Juang pada detik-detik sebelum kematiannya.
Mendengarnya, Ana menangis, ia tentu merindukan Juang. Tapi hidup harus terus berjalan, ia tak pernah sendiri.
Ada sosok Ayah Ana disampingnya, ada keluarga Juang yang senantiasa dekat, ada kawan-kawan Juang yang setia, ada sahabat Ana, dan tentunya ada Ilya Astrajingga, darah daging Juang yang akan menjaga Ana sampai tua kelak.