Mohon tunggu...
Hanifah FriskaVibrianti
Hanifah FriskaVibrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hai! Saya seorang mahasiswi psikologi yang senang membagikan opini dan mendengarkan cerita dari anda. Saya senang mengekspresikan diri saya dalam bentuk tulisan karena tulisan adalah media terbaik untuk mengungkapkan pemikiran pemikiran saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Tips Mengatasi Overthinking dan Depresi bagi Mahasiswa

29 Maret 2023   19:46 Diperbarui: 29 Maret 2023   19:49 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir - akhir ini kesehatan mental mulai mendominasi bermacam berbagai literatur serta ruang publik. Kesehatan mental ialah salah satu ulasan yang mulai menemukan atensi dari bermacam pihak. Begitu disayangkan apabila masih ada sebagian kekeliruan terpaut uraian warga dunia menimpa kesehatan mental. Banyak diantara warga yang masih menghubungkan kesehatan mental dengan gangguan kejiwaan. 

Uraian serta pemikiran orang awam ini kerap kali menjustifikasi arti berarti dari kesehatan mental, menjadikan bahasan tersebut selaku perihal yang tabu. Dampaknya mereka yang menghadapi kendala kesehatan mental tidak tidak sering menemukan diskriminasi serta dikira aneh buat setelah itu diasingkan.

Minimnya literasi serta sedikitnya rasa empati jadi pemicu terbanyak seorang melabeli kendala kesehatan mental selaku perihal yang pantas dikecam. Pemahaman warga terpaut berartinya kesehatan mental sangat dibutuhkan Pada dasarnya, kesehatan mental sama berartinya dengan kesehatan raga maupun jasmani. Apalagi keadaan mental maupun psikologis adalah perihal yang krusial untuk tiap orang supaya senantiasa bisa melaksanakan guna sosialnya dengan baik. 

Dikutip dari Iidikti5. Kemendikbud.go.id realita kendala mental dikala ini kerap ditemukan pada usia 18-25 tahun. Ditemui 64,8% hadapi permasalahan kecemasan serta 61,5% hadapi indikasi tekanan mental Tanda-tanda yang sangat kerap timbul merupakan kecemasan, tekanan mental kendala tidur serta nafsu makan, dan kendala interaksi sosial. Usia yang mendominasi kendala mental tersebut mempunyai keterkaitan dengan kebanyakan usia seseorang mahasiswa. 

Banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini dibuktikan dengan temuan Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS) dan Universitas Gajah Mada yang menunjukkan sebanyak 2,45 juta remaja Indonesia akan terdiagnosis gangguan jiwa pada tahun 2021.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera ketika setiap individu menyadari potensi dirinya, mampu mengatasi tekanan hidup normal, mampu bekerja secara produktif, dan mampu berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya.

Kesehatan mental mempunyai peranan yang sangat berarti untuk mahasiswa baru buat menyesuaikan diri dengan area perkuliahannya yang baru. Pastinya kehidupan di area kampus serta sekolah jauh berbeda. Mahasiswa baru hendak menciptakan bermacam berbagai pergaulan yang sangat bermacam-macam dan hendak menciptakan tata cara pendidikan yang berbeda dibandingkan masa sekolah. 

Oleh sebab itu, secara tidak langsung mahasiswa baru dituntut buat dapat menyesuaikan diri terhadap area barunya. Tidak hanya mahasiswa baru, mahasiswa lama juga hadapi sebagian akibat yang disebabkan oleh kuliah daring, paling utama untuk mahasiswa yang menjajaki organisasi. Dengan terdapatnya kuliah daring, hingga secara otomatis tugas-tugas perkuliahan juga hendak terus menjadi banyak. 

Sebagai anak muda, mahasiswa juga merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental. Menurut Dr. Ciptati, MS, M.Si., Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Institut Teknologi Sumatera (Itera), terganggunya kesehatan mental mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktivitas fisik, aktivitas mental, Ketidakseimbangan antara pola komunikasi dan asosiasi. pola kehidupan sehari-hari. Contohnya antara lain mengatur waktu kegiatan, istirahat dan beribadah, serta mengembangkan hobi. 

"Itu berpengaruh pada kesehatan mental para siswa," ujarnya dikutip dari laman Itera, Rabu (3/8/2023). Tentu saja, faktor-faktor ini dapat berdampak positif dan negatif bagi kesehatan mental siswa. Ia juga menjelaskan bahwa banyak mahasiswa yang tidak menyadari pentingnya kesehatan mental dan hanya fokus pada tugas, organisasi, jadwal dan kegiatan yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Sementara manajemen waktu yang buruk, dikatakan menciptakan stres dan hambatan psikologis, membuat siswa rentan terhadap stres.

Pemicu Stres Bagi Siswa

Menurut Ciptati, banyak siswa yang tidak menyadari masalah kesehatan mentalnya karena lebih fokus mengerjakan pekerjaan rumah, mengatur kegiatan, dan kegiatan lainnya. Akibatnya, banyak siswa yang sering berpikir berlebihan.

Manajemen waktu yang kurang baik pada akhirnya dapat menjadi pemicu stres dan hambatan psikologis, sehingga membuat mahasiswa rentan mengalami stres. "Saat belajar di universitas, stres bisa muncul karena masing-masing mahasiswa tidak siap menghadapi hal-hal baru," kata Ciptati. 

Selain itu, menurutnya, materi baru, keterlambatan penyelesaian tugas, malu bertanya kepada dosen, dan sering absen menjadi faktor lain yang membuat mahasiswa stres.

Tips menjaga kesehatan mental mahasiswa : 

1. Manajemen waktu yang baik

Tip pertama Ciptati adalah hidup secara teratur dan mempraktikkan manajemen waktu yang baik. Anda bisa melakukannya dengan membuat jadwal aktivitas harian agar Anda bisa beraktivitas dengan lebih mudah dan teratur.

2. Menjaga pola makan dan tidur yang teratur

Menurut Ciptati, cara menjaga kesehatan mental yang kedua adalah dengan menjaga pola makan dan tidur. Kualitas tidur dan kebiasaan makan yang sehat merupakan faktor penting dalam kesejahteraan siswa

3. Tambahkan teman

Agar tidak merasa sendirian, Ciptati menyarankan mahasiswa untuk berteman dan bersosialisasi. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat merasa nyaman ketika harus berdiskusi dengan teman, keluarga, dosen atau wali.

4. Jangan biarkan masalah menumpuk

Sebagai manusia, mahasiswa tentunya memiliki permasalahan pribadinya masing-masing. Menurut Ciptati, mahasiswa tidak perlu takut untuk mengomunikasikan permasalahannya kepada teman atau orang yang berkompeten. "Jangan ragu untuk bertanya kepada orang yang bisa, seperti konselor atau teman atau orang kepercayaan yang bisa memberikan bantuan psikologis awal," ujar Ciptati.

Terakhir, Ciptati berpesan kepada para mahasiswa untuk menjaga kesehatan mental mereka, karena mereka sedang dalam masa pertumbuhan. Selain itu, beliau menyampaikan bahwa mahasiswa harus saling peduli dan meningkatkan empati terhadap sesama.

Mahasiswa yang bisa menanggulangi kasus terpaut dengan kendala mental pada dirinya hendak bisa lebih optimal melaksanakan kedudukannya dalam keluarga, area serta warga luas. Dengan begitu, berartinya melindungi kesehatan mental jadi perihal yang krusial serta butuh dicermati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun