Agung dan Wati
Hormaaaaaaaaaaaaaaaat Grak!
Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Â
Di sekolahku, dua minggu sekali kami menyanyikan lagu itu
Terdengar sumbang, dinyanyikan bimbang
Diangkat tangan kanan, mengepal tangan kiri
Siapa dia yang berlari?
Sebut saja aku guru baru
Kau tahu?
Hari ini, Agung kembali terlambat
Ia muridku.
Murid kesayanganku.
Indonesia kebangsaanku bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hari itu pengumuman kelulusan
Ujian Nasional kini berganti : Ujian Nasional Berbasis Komputer
Sekolahku tak kaya, kami pinjam dana, dana orang tua
Ujianlah si Agung jadinya
Kelulusan sekarang bukan dari nilai UNBK
Murid-muridku dibuat terlena
Tak lagi membaca, hanya ingin corat-coret si putih abu saja
Tak mau tahu tuntutan dunia bak raksasa
Kejam, menggila
Si Agung nyalakan komputernya
Baru mengerjakan 2 soal matematika, server mati tak terkira
Lagi, sekolah kami tak kaya.
Tak punya cadangan daya.
Si Agung,
Dia garuk rambutnya
Dia lirik kawannya
Wati, dia menangis
Baru mengerjakan 20 soal matematika
UNBK bagi Wati berharga
Tak apa tak tentukan kelulusan
Ia takut sejadi-jadinya
Si Agung tenang saja
Aku pasti lulus, begitu katanya.
Wajahnya ceria, bahagia.
Orang tuanya sama, kami titipkan Agung pada ibu. Terima kasih.
Sebentar, terima kasih?
Untuk apa?
Hari itu hari kelulusan.
Harga diri sekolah dipertaruhkan.
Wati anak yang pintar, Agung belum pintar
Tak ingin kululuskan Agung
Ia tak paham apapun
Apa kata masyarakat jika ada yang tak lulus? Berteriak kepala sekolahku.
Luluskan saja dia! Guru tak akan lagi lelah mengajarnya.
Tuntutan pemerintah diAGUNGkan
Agung diluluskan.
Kelulusan disepelekan.
Baik, sebut saja aku guru baru
Aku tak ingin Agung lulus
Sungguh, aku menyayanginya
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Kukenalkan Agung baru
Agung yang tak paham mengapa laut berwarna biru?
Perlu berapa banyak Agung untuk membangun jiwa?
Bagaimana mau jadi pemimpin bangsa?
Memahami kesulitan saudara?
Pendidikan macam apa yang ia punya?
Tak paham apa-apa.
Hilang masa depannya.
Apa kabar cita-citanya? Akan malu dibuatnya.
Kata Dilan rindu itu berat.
Tidak, nak. Kau salah.
Sungguh, jadi guru lebih berat.
Agung menangis, Wati menangis.
Kami menangis.
Tahun ini USBN tentukan kelulusan
Kudengar Agung bekerja di Alfa.
Wati kuliah di California.
Ini tugasku.
Tugas guru.
Lalu apa tugasmu, Ibu?
Bagaimana denganmu, Bapak?
Aku tak mau Agung terluka.
Sumedang, 03 Maret 2018
Hanifa Rahma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H