ren*ja*naÂ
(n)
Â
Rasa hati yang kuatÂ
rindu,Â
cinta kasih,Â
berahi
dan sebagainya
Begitu tertulis di KBBI
Lalu, kubaca.
Berulang.
Terus kubaca.
Salahkah aku menuntut laku?
Ingin mesra
Ingin didekap
Aku merindu
Aku tak punya banyak waktu
Aku,
Harus segera jadi menantu
Aku tahu.
Tiga puluh tahun usiaku.
"Ini batasmu. Terima dia atau tak usah lagi bertemu ibu!"
Begitu Ibuku berkata.
Mengancam.
Bagai senja ia berlalu.
Hanya lima detik mata ini beradu.
Ingin kutanya, namun ragu.
Tuhan, katakan padanya:
Aku hebat dalam mengingat.
Ibu kembali berkata:
"Perempuan harusnya jadi guru PAUD, jam 10 pagi sudah kembali ke rumah."
ren*ja*naÂ
(n)
Rasa hati yang kuatÂ
rindu,Â
cinta kasih,Â
berahi
dan sebagainya
Lagi, aku tak temukan pelabuhanku.
Senja itu tak kembali.
Perahuku terkunci.
Salahkan dia sang pejuang emansipasi wanita!!
Mengapa juga aku harus S3?
Sekedar mengucap cinta, tak bisakah?
Aku tahu batasanku.
Tahukah ibu, apa mauku?
Aku hidup dalam standar masyarakat.
Menikah adalah cara berkembang biak.
Benarkah?
Renjana hanya tinggal kata.
Hari ini aku berkereta.
Menuju Jakarta.
Ibu kota, katanya.
Mengikutinya.
Setelah ini mereka diam tanpa kata.
Sumedang, 30 Mei 2018 [0.17 WIB]
Hanifa Rahma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H