Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramai E-sport Game Room, Apa Dampaknya bagi Pemuda?

14 September 2024   20:47 Diperbarui: 14 September 2024   20:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramai E-sport Game Room, Apa Dampaknya bagi Pemuda?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag

Kalimantan Timur mendapatkan sorotan dari berbagai kawula muda karena telah memiliki Esport Game Room yang mewadahi gamers untuk mengembangkan potensi mereka di dunia esports. Esport Game Room ini berada di dalam Gedung Bela Diri Kompleks Stadion Aji Imbut, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Tenggarong Seberang yang dikelola langsung oleh ESI Kutai Kartanegara sebagai organisasi induk cabang olahraga elektronik.

Ruang khusus para gamers ini dihadirkan langsung oleh Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah yang bertujuan untuk melahirkan talenta-talenta pemain game online profesional yang meraih prestasi di kancah nasional dan internasional. Esport Game Room ini akan berfungsi sebagai wadah pemenuhan Training Center (TC) bagi para atlet Esport di Kutai Kartanegara. Dalam room game tersebut, telah tersedia beberapa sarana dan prasarana seperti meja dan kursi. Adapun kebutuhan lainnya akan diberikan secara bertahap.

Bupati Kutai Kartanegara tersebut merasa bangga karena banyak talenta olahraga e-sport yang terus bermunculan di kecamatan. Edi Damansyah berharap olahraga e-sport ini bisa menjadi profesi yang nantinya bisa memberikan kontribusi untuk ekonomi.

Apa Dampak E-sport bagi Pemuda?

Pemuda adalah salah satu pilar pembetuk kemajuan negara dan peradaban. Salah satu indikator negara yang berhasil adalah jika para pemudanya memiliki akhlak yang mulia dan berhasil membawa perubahan untuk masyarakat nya ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya, peran pemuda tidak bisa diremehkan karena mereka adalah calon pemimpin di masa depan yang akan menentukan nasib bangsanya.

Lantas dengan definisi dan karakter pemuda yang ditelah dipaparkan di atas, mampukah pemuda dapat memaksimalkan potensinya untuk memajukan bangsanya? Faktanya, di negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, gambaran pemudanya justru semakin hari semakin jauh dari identitasnya sebagai seorang Muslim. Bagaimana dikatakan tidak jauh jika banyaknya kasus kriminal seperti tawuran, gaul bebas, pelecehan seksual, narkoba, bunuh diri, pembegalan dan sebagainya, sebagian besar pelakunya masih berusia 15-30 tahun.

Itu artinya kerusakan moral telah menjangkiti pemuda. Lalu dengan fakta kerusakan moral di atas, cukupkah potensi mereka hanya dimaksimalkan untuk bermain game online saja? Jika pemuda hanya disibukkan dengan bermain game saja, maka potensi besarnya tentu akan terbajak dan mengikis kemampuan sikap berkritis mereka. Apalagi proyek e-sport ini sejatinya adalah bagian dari propaganda industri kapitalisasi dalam bidang games. Keuntungan yang didapat melalui game e-sport ini sesungguhnya lebih kepada provider atau iklan-iklan dalam gamesnya. Keuntungan bagi pemudanya tidak ada. Yang ada, malah merusak identitas dan tujuan hidup mereka sebagai seorang hamba.

Begitupun adanya harapan dari pemerintah bahwa game ini bisa memberikan kontribusi ekonomi. Tentu hal ini nampak keliru karena menciptakan lapangan kerja sejatinya adalah tugas negara, bukan tugas rakyat. Jika pemuda juga dituntut untuk membuka lapangan kerja maka mereka akan memiliki cara pandang yang materialistis dan parahnya, bisa mengabaikan mereka dari tugas utama mereka sebagai seorang murid ataupun mahasiswa yang seharusnya fokus mencari ilmu dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Alhasil potensi pemuda seharusnya diarahkan dengan benar seperti mengoptimalkan potensinya pada intelektual, sains dan teknologi yang membawa kemasalahatan untuk umat dan peradaban. Bukan sebatas game yang manfaatnya hanya kepuasan sesaat namun tidak mengasah kemampuan hard skill dan soft skill mereka.

Islam Mencetak Pemuda Cerdas dan Bertakwa

Pada masa awal peradaban Islam dahulu, peran pemuda sangat dibutuhkan demi tersebarnya dakwah Islam. Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sangat memahami potensi pemuda sehingga pada masa awal dakwah beliau banyak diantara kalangan pemuda yang masuk dalam barisan perjuangan dakwah beliau. Seperti Ali bin Abi Thalib yang berusia delapan tahun, Zubair bin Awwam juga delapan tahun bahkan Arqam bin Abi al-Arqam yang pada saat itu berusia dua belas tahun, rumahnya telah menjadi markas dakwah Nabi dalam mengajarkan Islam dan membina para sahabat.

Sikap Nabi benar-benar peduli dan dekat kepada para sahabatnya yang mayoritas adalah pemuda. Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam memupuk mereka selama 23 tahun dengan memaksimalkan potensi dan aktivitas berpikir mereka dalam memajukan perjuangan dakwah Islam hingga ke seluruh jazirah Arab. Para pemuda sahabat Nabi tersebut selalu diajak Nabi untuk merenungi ayat-ayat Allah, seluruh ciptaan-Nya, memahami tujuan ia diciptakan serta bersegera melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Beliau juga menghidupkan akal mereka dengan pemahaman Islam dan Al-Qur'an sehingga terbentuklah akhlak dan kepribadian Islami mereka mejadi seorang yang sabar dalam beriman kepada Allah, ridha dan ikhlas dalam ketaatan dan siap berjuang bersama Nabi untuk menegakkan dan menyebarluaskan panji Islam hingga bisa kita rasakan sampai detik ini. Oleh karenanya para pemuda pada zaman Nabi tumbuh menjadi seorang pemuda yang takut kepada Allah, berjiwa besar, mental yang kuat dan rela berkorban demi tegaknya agama Islam di seluruh penjuru Arab. Tak peduli terhadap celaan orang yang suka mencela.

Soft skill dan hard skill mereka tidak dapat dipungkiri hasil dari pembinaan Nabi yang membekas dalam diri dan hati. Sahabat-sahabat Nabi beserta generasi Muslim sesudah mereka yang cerdas sekaligus bertakwa pun bermunculan. Ada Mush'ab bin 'Umair yang menjadi duta pertama Islam di Madinah, Salman Al Farisi yang memiliki kecerdasan dalam strategi perang, Muhammad Al Fatih (23 Tahun) menaklukan Konstatinopel, Imam Syafi'i yang menjadi ulama muda sejak usia 7 tahun dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan muda Muslim yang lahir pada masa peradaban emas kekhilafahan Islam dahulu.

Oleh karena itu, jika pengusa ingin nasib pemuda di negerinya seperti para sahabat Nabi dan generasi masa keemasan Islam yang cerdas nan bertakwa, sudah semestinya aqidah Islam menjadi landasan dalam sistem pendidikan hari ini untuk mencetak pemuda-pemuda dambaan umat. Dengan ideologi Islam negara akan melahirkan sosok pemuda yang senantiasa takut kepada Allah dan menjauhi maksiat sehingga potensi mereka yang besar akan dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi umat dan agamanya. Walhasil penerapan sistem Islam dalam naungan khilafah tidak dapat ditunda lagi sebagai konsekuensi syahadat kita.

"Demi Allah, hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada, maka keberadaannya tidak dianggap ada." -Imam Syafi'i. Wallahu 'alam bis shawab.

Sumber: Habar Nusantara 29 Juli 2024 (https://katamedia.id/ramai-e-sport-game-room-apa-dampaknya-bagi-pemuda/)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun