Islam Mencetak Pemuda Cerdas dan Bertakwa
Pada masa awal peradaban Islam dahulu, peran pemuda sangat dibutuhkan demi tersebarnya dakwah Islam. Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sangat memahami potensi pemuda sehingga pada masa awal dakwah beliau banyak diantara kalangan pemuda yang masuk dalam barisan perjuangan dakwah beliau. Seperti Ali bin Abi Thalib yang berusia delapan tahun, Zubair bin Awwam juga delapan tahun bahkan Arqam bin Abi al-Arqam yang pada saat itu berusia dua belas tahun, rumahnya telah menjadi markas dakwah Nabi dalam mengajarkan Islam dan membina para sahabat.
Sikap Nabi benar-benar peduli dan dekat kepada para sahabatnya yang mayoritas adalah pemuda. Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam memupuk mereka selama 23 tahun dengan memaksimalkan potensi dan aktivitas berpikir mereka dalam memajukan perjuangan dakwah Islam hingga ke seluruh jazirah Arab. Para pemuda sahabat Nabi tersebut selalu diajak Nabi untuk merenungi ayat-ayat Allah, seluruh ciptaan-Nya, memahami tujuan ia diciptakan serta bersegera melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Beliau juga menghidupkan akal mereka dengan pemahaman Islam dan Al-Qur'an sehingga terbentuklah akhlak dan kepribadian Islami mereka mejadi seorang yang sabar dalam beriman kepada Allah, ridha dan ikhlas dalam ketaatan dan siap berjuang bersama Nabi untuk menegakkan dan menyebarluaskan panji Islam hingga bisa kita rasakan sampai detik ini. Oleh karenanya para pemuda pada zaman Nabi tumbuh menjadi seorang pemuda yang takut kepada Allah, berjiwa besar, mental yang kuat dan rela berkorban demi tegaknya agama Islam di seluruh penjuru Arab. Tak peduli terhadap celaan orang yang suka mencela.
Soft skill dan hard skill mereka tidak dapat dipungkiri hasil dari pembinaan Nabi yang membekas dalam diri dan hati. Sahabat-sahabat Nabi beserta generasi Muslim sesudah mereka yang cerdas sekaligus bertakwa pun bermunculan. Ada Mush'ab bin 'Umair yang menjadi duta pertama Islam di Madinah, Salman Al Farisi yang memiliki kecerdasan dalam strategi perang, Muhammad Al Fatih (23 Tahun) menaklukan Konstatinopel, Imam Syafi'i yang menjadi ulama muda sejak usia 7 tahun dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan muda Muslim yang lahir pada masa peradaban emas kekhilafahan Islam dahulu.
Oleh karena itu, jika pengusa ingin nasib pemuda di negerinya seperti para sahabat Nabi dan generasi masa keemasan Islam yang cerdas nan bertakwa, sudah semestinya aqidah Islam menjadi landasan dalam sistem pendidikan hari ini untuk mencetak pemuda-pemuda dambaan umat. Dengan ideologi Islam negara akan melahirkan sosok pemuda yang senantiasa takut kepada Allah dan menjauhi maksiat sehingga potensi mereka yang besar akan dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi umat dan agamanya. Walhasil penerapan sistem Islam dalam naungan khilafah tidak dapat ditunda lagi sebagai konsekuensi syahadat kita.
"Demi Allah, hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada, maka keberadaannya tidak dianggap ada." -Imam Syafi'i. Wallahu 'alam bis shawab.
Sumber: Habar Nusantara 29 Juli 2024 (https://katamedia.id/ramai-e-sport-game-room-apa-dampaknya-bagi-pemuda/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H