Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Millenial Muslim Jadi Trendsetter atau Follower?

10 Agustus 2022   19:43 Diperbarui: 10 Agustus 2022   19:43 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Millenials Muslim jadi Trensetter atau Follower?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)

"Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Sebuah kalimat yang sempat diserukan oleh tokoh pemuda Indonesia saat itu, Bung Karno memang ada benarnya. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa pemuda adalah tonggak peradaban manusia karena pemuda adalah agen perubahan dan calon pemimpin masa depan. 

Potensi pemuda yang mengguncang dunia memang nyata adanya seperti Muhammad Al Fatih (22 tahun) telah menaklukkan Konstatinopel, Usamah bin Zaid (18 tahun), pemimpin pasukan perang, Al Arqam bin Abil Arqam (16 tahun), menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Nabi shalallahu a'laihi wa sallam.

Tidak ketinggalan di tanah air, para pemudanya juga banyak yang menjadi pahlawan kemerdekaan dan telah berprestasi sejak usia muda. Ada Jenderal Soedirman (29 tahun), panglima besar pertama TNI (Tentara Nasional Indonesia).

Mohammad Natsir (20 tahun), pemimpin organisasi besar Jong Islamieten Bond (JIB) yang beranggotakan ribuan orang di banyak kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto (24 tahun), tokoh pergerakan membela rakyat di Surabaya yang ikut mendirikan Sarekat Islam (SI) di usia 30 tahun. 

Tentu masih banyak pemuda-pemuda trendsetter di zaman dahulu yang kiprahnya sangat berjasa bagi peradaban. Setiap sirah kehidupannya menjadi pelajaran yang terus diulang untuk kembali memunculkan pemuda sehebat mereka.

Lantas timbul pertanyaan mengapa di zaman sekarang jarang kita temui pemuda-pemuda hebat pengguncang dunia? Mengapa justru di masa sekarang banyak kita lihat para pemuda yang sibuk dalam gemerlapnya dunia dan mengalami kemerosotan moral? 

Mulai dari kecanduan mereka terhadap game, pornografi, narkoba dan judi online sampai tidak jarang juga mereka terlibat dalam kasus kriminal seperti perundungan, pembunuhan, dan perampokan. 

Belum lagi pergaulan mereka yang serba bebas sehingga banyak diantara mereka yang terjebak dalam L987, hamil di luar nikah, kumpul kebo bahkan aborsi. 

Sungguh potret buram generasi saat ini adalah sinyal bahaya bagi masa depan negeri. Lalu apa yang salah dari mereka? apa penyebab kemerosotan moral yang terjadi saat ini?

Sekulerisme Membajak Potensi Generasi

Sekulerisme adalah sebuah paham yang menyingkirkan agama dari kancah kehidupan. Dalam sekulerisme, agama hanya dipandang sebagai ritual semata antara manusia dengan Tuhannya. 

Namun jika hubungan manusia dengan manusia lainnya atau hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya maka agama tidak boleh mengatur. Inilah penyebab mengapa pemuda sekarang bebas melakukan sesuatu tak peduli agamanya melarang atau tidak. 

Di samping itu peran keluarga juga tak kalah penting, sebab keluarga yang jauh dari agama tidak bisa membentengi pemuda dari tergerusnya zaman sehingga banyak anak muda yang mengalami krisis identitas.

Negara yang seharusnya menyelamatkan dan menjaga generasi dari kerusakan moral nyatanya juga nampak tidak peduli dan justru lebih sibuk menyusun opini-opini negatif tentang Islam semisal tuduhan terorisme dan radikalisme sehingga banyak diantara pemuda yang memiliki mindset bahwa jika ia belajar agama maka ia akan dicap teroris. 

Akhirnya pemuda tumbuh menjadi seseorang yang malas beribadah, cenderung menyukai hal-hal yang unfaedah dan sekedar menjadi follower. Inilah akar masalah mengapa pemuda saat ini kehilangan jati diri dan merosotnya akhlak. 

Padahal jika mereka memahami potensi mereka dan bisa memahami agamanya dengan baik, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi pemimpin yang mengubah peradaban dunia dan bisa memperbaiki kondisi masyarakat di masa depan.

Oleh sebab itu perlu kita teliti lebih jauh apa rahasia pemuda di zaman dahulu hingga mereka mudah menjadi trendsetter dunia. Sudah seharusnya para guru, orang tua dan pemimpin-pemimpin di negeri ini mulai memikirkan nasib pemuda dan mulai berusaha untuk memperbaiki kondisi mereka karena masa depan negeri bergantung kepada pemudanya hari ini

Islam Selamatkan Generasi

Salah seorang millenial Muslim pernah mengatakan bahwa di zaman modern perang pemikiran sedang terjadi. Pernyataan tersebut memang benar karena saat ini banyak orang tidak sadar bahwa ia sedang diperangi secara pemikiran, walaupun fisik mereka baik-baik saja. Lihat saja Barat yang terus menyuntikkan pemikiran-pemikiran busuknya yang terselubung dalam 4 F (food, fun, fashion dan film).

Barat terus mencecoki generasi Muslim dengan gaya hidup mereka yang serba bebas dan menyusun stigma-stigma negatif tentang Islam, sehingga jutaan generasi Muslim tumbuh menjadi pribadi yang individualis, hedonis dan materialistis.

Inilah strategi Barat untuk menghancurkan generasi Muslim. Tentu saja strategi ini semakin memperkuat posisi Barat untuk menjajah negeri-negeri Muslim dengan menguasai SDA (Sumber Daya Alam) nya tanpa harus takut dengan hukum Islam yang melarang.

Oleh sebab itu para orang tua dan umat Islam harus bahu membahu menyadarkan pemuda agar selamat dari pemikiran buruk ala Sekulerisme Barat. 

Para pemuda harus disadarkan bahwa ia adalah seorang hamba yang diciptakan Allah untuk beribadah. Sebagaimana Allah katakan dalam firman-Nya "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS Adz-Zariyat ayat 56). 

Jika pemuda memahami dengan baik tujuan penciptaannya maka ia akan mengabdikan hidupnya untuk beribadah dan menjauhi perkara yang dilarang oleh Penciptanya.

Para pemuda juga harus dibimbing untuk serius mempelajari agamanya. Belajar agama bukan hanya satu-dua jam atau sebatas beberapa tahun, melainkan belajar agama adalah kewajiban bagi seorang Muslim yang terus dilakukan hingga ia mati. 

Seseorang yang mempelajari agamanya dengan baik maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa dan mengabdikan hidupnya untuk agama dan ummat sehingga ia akan terdorong untuk memperbaiki lingkungan sekitar dengan amar makruf nahi mungkar.

Peran negara juga tidak kalah penting dalam membentengi generasi dari pemikiran yang merusak. Negara harus menutup media dan berbagai pemikiran sesat dari luar agar generasi terjaga akhlak dan agamanya. 

Berbagai langkah preventif ini hanya bisa diterapkan dalam sistem Islam yang pemimpinnya (khalifah) adalah seorang yang bertakwa sehingga Khalifah akan mengawasi rakyatnya untuk tetap tunduk terhadap syariat.

Dengan demikian sudah semestinya umat Islam kembali kepada agamanya dan menerapkan seluruh aturan agama dalam kehidupan mereka agar tercipta suasana keimanan yang tinggi dan pemuda yang hidup di dalamnya akan tumbuh menjadi trendsetter-trendsetter yang bertakwa dambaan umat. Wallahu 'alam bis shawab. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun