Menciptakan boneka dalam rupa yang berbentuk seperti manusia kemudian mengizinkan arwah dari jin menempatinya merupakan perbuatan tamimah (menjadikan suatu benda untuk digunakan sebagai jimat yang bentuknya bisa berupa cincin, gelang, batu dan lain lain untuk beberapa tujuan yang diinginkan seperti mendapat ketenangan, mengusir bahaya ataupun manfaat-manfaat lain yang didapat.)Â
Hal ini merupakan salah satu bentuk kemusyrikan yang dikemas dengan bahasa yang kekinian seperti spirit doll sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa ini merupakan kesyirikan yang dilaknat Allah. Jika di dalam rumah terdapat boneka yang berbentuk layaknya makhluk yang bernyawa seperti terdapat hidung, mata, telinga dan anggota-anggota tubuh lainnya bahkan diisi oleh arwah maka boneka tersebut sama saja dengan patung dan Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat patung.
Walaupun beberapa pengadopsi mengakui dan didukung oleh pernyataan pencipta spirit doll dengan adanya boneka tersebut mereka menjadi lebih giat untuk beribadah, bersedekah atau mendapatkan banyak energi positif setelah mengadopsi spirit doll, namun tetap saja hal tersebut dilarang dalam Islam.Â
Peristiwa seperti ini pernah terjadi pada zaman jahiliyah dahulu ketika kaum Musyrikin Mekkah banyak yang menyembah berhala berbentuk patung. Saat itu Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul untuk mendakwahi kaum Musyrikin Mekkah agar kembali menyembah Tuhan yang Esa yaitu Allah swt karena visi dakwah Rasulullah saat itu selain menyempurnakan akhlak juga menanamkan aqidah tauhid.
Namun kaum Musyrikin Mekkah banyak yang enggan untuk mengimani Allah dalam seluruh aktivitasnya. Mereka hanya mengimani rububiyah Allah, namun di lain sisi mereka mengingkari uluhiyah Allah. Kaum Musyrikin Mekkah juga menyembah Allah, mengakui bahwa Allah adalah sang pencipta, pemberi rezeki dan pengatur seluruh urusan hamba-hamba-Nya namun di saat yang bersamaan mereka juga menyembah selain Allah dan enggan mengesakan Allah dalam setiap kegiatan ibadah.
Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam kitabnya Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat mengatakan bahwa kaum musyrikin Mekkah dahulu juga beribadah dan berdzikir kepada Allah namun ibadah yang mereka lakukan tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan telah tercampur dengan perbuatan syirik yaitu mengibadahi berhala-berhala lain seperti patung, malaikat, orang shalih, dll disamping mereka juga mengibadahi Allah.Â
Syaikh Shalih Al-Fauzan juga menambahkan jika menjadikan sesuatu atau sosok sebagai perantara ibadah dan menambah kedekatan diri kepada Allah maka hal tersebut juga dihukumi syirik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan demikianlah berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak orang-orang musyrik membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka dan mengacaukan agama mereka sendiri. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 137)
Spirit Al-Qur'an Kunci Meraih Kebahagiaan Sejati
Al-Qur'an adalah kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan Malaikat Jibril sebagai petunjuk, penawar, penolong dan kunci kebahagiaan. Al-Qur'an juga disebut mukjizat yang fungsinya membawa manusia dari jalan kegelapan dan tersesat menuju jalan yang lurus dan terang benderang. Allah swt berfirman "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian." (QS Al-Isra ayat 82)
Sayyid Quthb dalam kitabnya Fi Zhilalil Qur'an mengemukakan tafsir dari Surah Al-Isra ayat 82 adalah bahwa dalam Al-Qur'an terdapat penyembuh dari rasa waswas, gelisah dan serba ketidakjelasan karena Al-Qur'an menghubungkan hati kepada Allah sehingga hati menjadi tenang dan tentram.Â
Peran Al-Qur'an bagi manusia juga membimbing tubuh untuk menggunakan seluruh potensinya secara seimbang. Tidak berlebih-lebihan dan menyimpang. Menjaganya agar tetap bersih dan sehat. Juga menabungkan potensi-potensinya untuk sesuatu yang produktif dan membuahkan hasil memuaskan. Disinilah Al-Qur'an berfungsi sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.