"Hai!!! Nama kamu siapa??" Tiba-tiba ada yang menyapa saat aku meletakkan barang-barangku. "Kapan dia datang?" Ucapku dalam hati.
Di pondok ini ada tiga asrama yang biasanya para murid menyebutnya "maskan." Karena ada tiga maskan, jadi masing-masing maskan diberi nama lagi.
Maskan yang dekat dengan jalan menuju gedung itu namanya maskan "Aisyah." Maskan ini luas dan bisa mengisi hampir 35murid.
Maskan kedua berada dekat dengan maskan Aisyah, namanya Ummu Kultsum, atau disingkat UK. Maskan ini kamar mandinya bersebelahan dengan maskan Aisyah, dan juga ada halaman belakangnya yang digunakan untuk berwudhu. Saat tes masuk pondok kemarin, aku ternyata tinggal di maskan Aisyah.
Maskan UK dan Aisyah halaman belakangnya milik bersama, jadi agak luas. Maskan UK sedikit lebih kecil dan hanya bisa menampung 20 murid.
Maskan yang ketiga ini letaknya agak jauh dari gedung, namanya maskan Fatimah. Karena maskan ini agak jauh, dia punya kamar mandi dan halaman belakang sendiri. Kebetulan, anak-anak kelas 7 seperti aku semuanya akan tinggal di maskan Aisyah.
Aku sangat kaget karena aku diberi ranjang kasur yang sama seperti saat aku tes masuk! Aku lagi-lagi tidur di ranjang atas dan di tempat yang sama. Aku juga diberi lemari agar bisa menaruh barang-barangku.
Orangtuaku hanya mengantarkanku sampai ke gedung saja karena khawatir virus corona akan menyebar kalau ikut masuk ke maskan.
Ketika aku sedang merapikan barang-barangku ke dalam lemari, ada salah satu teman seumuranku yang menyapa, dan dia baru saja selesai merapikan barang-barangnya.
"Oh, namaku Falisha," jawabku. Entah kenapa, dia memberiku keberanian dan semangat. Kami seharusnya memang sudah lama dekat, tapi secara virtual, jadi saat bertemu langsung, tetap harus perkenalan.
"Oh, kamu yang namanya mirip aku, ya?!" jawabnya lagi, dan itu membuat aku merasa sedikit lebih tenang.
"Ehh iyaaa!!! Kamu Lisha kan!?" jawabku dengan semangat yang langsung menular.
"Iyaa, pas aku SD aku dipanggil teman-teman Falisha tauu, tapi karena sekarang ada yang namanya sama kayak aku jadinya harus dipanggil Lisha deh," jawabnya, dengan senyum lebar yang bikin hati aku langsung berbunga-bunga. Rasanya percaya diri aku langsung naik seratus persen!
"Hehee, lagian kan yang duluan tes masuk pondok aku, jadi kamu harus ngalah," tambahku dengan nada menggoda, sedikit ngerjain dia.
"Iya sihh," Lisha tertawa kecil, "pas ketemuan di online aku kira waktu itu umiku mau ngecek gimana sikapku pas belajar, makanya namaku ada dua. Eh, ternyata bukan umiku!" ujarnya sambil tersenyum dan aku pun ikut tertawa. "Aku juga sempat kaget sih," gumamku sembari tertawa.
Tiba-tiba, suasana jadi super santai. Kami berdua terus berbincang, dan tak sadar sudah banyak teman yang datang. Rasanya semua canggung yang ada hilang begitu saja, seolah-olah kami sudah lama kenal. Aku merasa banget perasaan ringan dan senang bisa ngobrol dengan teman-teman baru. Â