Mohon tunggu...
Falishach
Falishach Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajarr

Cerita ini, diambil dari sedikit pengalaman di hidupku….

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bingung, Tapi Harus Memilih (Bagian 4)

14 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Katanya sih corona udah sampai Indonesia, tau," ucap salah satu adik kelasku, setelah ujian masuk SMP. Aku kembali ke sekolah di hari Senin, dan setelah pelajaran pertama berakhir, di waktu istirahat aku mengobrol dengan adik kelasku.
Waktu itu, karena aku masih kelas 6 awal, aku tidak terlalu menganggap serius atau mungkin cuma bercanda saja. Hari-hari terus berlalu, dan perlahan aku sudah melupakan perbincangan itu.

Akhir-akhir ini, teman-teman sekelasku mulai sibuk membuat ide-ide untuk kelulusan nanti. Karena aku dan teman-temanku angkatan dua, jadi ini adalah kelulusan yang harus dirayakan secara spesial.
Selain itu, sebelum hari kelulusan, kami berencana mengadakan acara jalan-jalan untuk terakhir kalinya. Aku tidak tahu nama tempat itu, yang jelas kami semua sudah sangat menantikannya.

Namun, tiba-tiba semuanya dibatalkan karena virus corona yang semakin menyebar. Rasanya, aku benar-benar kecewa. Hari yang sudah kami rencanakan dengan penuh harapan, tiba-tiba lenyap begitu saja. Karena corona, semua kehidupan di sekolahku terasa terlupakan.

Aku lulus SD hanya dengan duduk di rumah, menatap layar laptop yang terkadang terbata-bata karena kendala sinyal. Bahkan ujian akhir pun dilakukan secara online, dan juga aku mengisi seluruh soalnya dengan jawaban asal.
Akhirnya, aku dinyatakan lulus dari SD serta menerima pemberitahuan kalau aku lulus tes masuk pondok. Walaupun begitu, rasa kecewa itu tetap ada. Momen kelulusan yang seharusnya penuh kebahagiaan, malah berakhir dengan kesedihan yang tak terucapkan.

Tidak hanya kelulusan yang dilakukan secara virtual, sekolah SMP pertamaku pun dimulai dengan cara yang sama. Aku sedikit kaget dan sekaligus senang ketika melihat nomor HP dengan nama "Filma" masuk ke grup kelasku!
Meskipun sekolah SMP pertama ku ini dilakukan secara virtual, kini aku bisa berbicara dengan teman-teman yang lain, bukan hanya teman-teman di gelombang satu, tetapi juga dengan mereka yang mengikuti ujian di gelombang dua.

Mengikuti kegiatan pondok lewat virtual memang tidak mudah. Aku harus absen setiap bangun tahajud, setoran, belajar, dan lainnya. Awalnya, aku berusaha semangat, tapi lama kelamaan, aku mulai tenggelam dalam dunia online.

Pelajaran SMP-ku tidak terlalu bisa ku mengerti, bahkan terkadang aku ketiduran saat mengikuti pelajaran. Saat setoran hafalan pun, aku hanya membaca beberapa baris saja, dan setelah itu, aku melupakan semua yang sudah ku hafal. Rasanya, tidak ada satupun ayat yang menempel di kepalaku.

Aku mulai merasa bahwa sekolah online itu sangat membosankan dan aku merasa sangat tertinggal dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Aku berharap bisa segera keluar dari rutinitas ini.
Setelah berbulan-bulan menjalani sekolah online, akhirnya pondokku mengumumkan bahwa murid-muridnya akan kembali ke sekolah secara offline, dengan syarat tidak bertemu orangtua selama enam bulan.

Hatiku senang sekali mendengarnya!! Akhirnya, aku bisa mendapatkan pengalaman baru. Di rumah, aku hanya menonton layar HP, membantu pekerjaan rumah, dan menjaga adik kecilku.
Sekarang, aku punya kesempatan untuk belajar di lingkungan yang baru, bertemu teman-teman secara langsung, dan merasakan suasana sekolah yang sesungguhnya.

Saat aku datang ke pondok, karena pondokku dekat dengan rumah, aku datang paling pertama! Ternyata, tidak sepi sama sekali. Banyak kakak-kakak kelas yang baru pulang ke rumah dan kini kembali lagi ke pondok.

Suasana langsung terasa ramai dan penuh semangat. Ada yang membawa barang-barang mereka, ada yang ngobrol dengan teman-temannya, dan ada juga yang terlihat buru-buru karena sedikit terlambat. Aku merasa agak canggung, karena meskipun pondok ini dekat dengan rumah, suasananya tetap terasa baru dan berbeda.
Seperti biasa, saat datang aku langsung diperiksa barang bawaan serta kesehatan tubuh di gedung lantai satu dan harus bersegera untuk mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun