Pagi itu, sekitar pukul 3, aku terbangun dengan mata yang masih berat dan setengah ngantuk. Begitu melihat jam, aku langsung ngeh kalau beberapa kakak kelas udah mulai bangunin teman-teman untuk wudhu dan sholat tahajud.
"Wah, udah pada bangun," pikirku sambil buru-buru bergegas keluar dari ranjang.
Di luar, suasana masih sepi, tapi udah ada yang siap-siap pergi ke gedung lantai dua. Aku nyusul mereka, agak bingung karena semuanya terlihat tenang, cuma ada suara pelan dari langkah kaki yang bergegas.
Di gedung lantai dua, beberapa teman udah mulai sholat, ada yang berdiri dengan mata ngantuk, ada yang baru memakai mukena, dan beberapa bahkan udah mulai ngobrol pelan.
Aku sholat tahajud dengan cepat, dan begitu selesai, langsung menuju lemari yang penuh Al-Qur'an. Aku ambil satu, mencari tempat yang agak sepi di pojokan, dan mulai duduk. Aku bertekad untuk menyelesaikan satu halaman pertama.
Sambil mengulang-ulang ayat demi ayat, aku merhatiin teman-teman yang datang satu per satu.
Ada yang masih terlihat ngantuk dan melek setengah-setengah, ada yang semangat banget, ngambil tempat dan langsung ngobrol.
Beberapa teman yang lewat sekilas melirik aku yang sedang menghafal, tapi aku nggak terlalu peduli. Yang penting aku harus fokus.
Setelah beberapa lama, alhamdulillah, akhirnya aku bisa menghafal satu halaman penuh. Aku menutup Al-Qur'an perlahan dan menyandarkan diri, merasakan sedikit ketenangan.
"Semoga pas setoran nanti lancar," gumamku dalam hati, meskipun masih ada sedikit rasa cemas yang bikin jantungku berdebar.
Gedung lantai dua sudah mulai ramai, hari ini akan ada setoran hafalan yang bisa bikin aku makin deg-degan.
Dan saat itu, aku cuma bisa mengikuti perintah saja... Apakah aku akan  setoran hafalan urutan pertama, atau malah diam saja dan tidak ingin mngajukan diri untuk setoran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H