"Kita balik bareng ya?" tanyaku, memastikan, sambil senyum kecil.
"Iya lah, ngapain juga sendirian," jawab Filma sambil ketawa pelan, wajahnya sedikit cerah. "Lagian, kamu juga nggak tau kan kamar mandinya di mana?"
Aku tertawa sambil angguk-angguk. "Iya, bener juga. Makasih banget, Filma."
Filma melirik aku sebentar, "Hahaa, sama-samaa."
Kami mulai jalan ke arah asrama sambil ngobrol santai. Rasanya waktu berjalan lebih cepat, nggak terlalu canggung kayak tadi.
"Eh, ngomong-ngomong, kamu kok tau sih kamar mandinya ada di mana? Tadi pas aku wudhu, cuman ada keran doang," tanyaku, pengen tau lebih lanjut.
"Ooh, tau lah. Aku sering ke sini waktu ngunjungin kakakku," jawab Filma dengan semangat, senyumannya makin lebar.
"Oalah, kakak kamu pernah mondok di sini ya?" Aku terkejut, penasaran banget.
"Iya, dia selalu cerita kalau di sini enak banget. Jadi aku sering ngunjungin dia ke sini," jawabnya.
Setelah sampai di asrama, aku ambil alat mandi, dan Filma sedikit terlambat. Aku nunggu di teras sambil liatin sekeliling.
Tiba-tiba ada ibu-ibu yang ngobrol sama kakak kelas di dekat teras.Aku sempet ngeliatin mereka, tapi nggak lama, kakak kelas itu manggil nama Filma. "Eh, itu ibu Filma kah?" pikirku dalam hati.
Filma akhirnya keluar, ngeliat aku sebentar, terus langsung ngobrol dengan ibunya. Aku tetap duduk, nungguin sambil nyerap semua yang ada di sekitar. Tiba-tiba aku denger percakapan antara kakak kelas dan ibu Filma yang bikin aku kaget.
"Maaf, Bu, tapi kegiatan ini sampe hari Ahad, ya. Kalau Filma pulang duluan, berarti dia harus ikut tes ulang di gelombang kedua," kata kakak kelas itu, sambil ngeliat ibu Filma.
Ibu Filma mengangguk, "Iya, nggak apa-apa."
Hatiku langsung ngerasa aneh. "Pulang? Filma?" Aku bingung banget.
Filma datang mendekat, ngeliatku sebentar, dan bilang pelan, "Maaf ya, aku harus nganterin kakakku ke bandara. Dadah!"
Dengan berat hati, aku jawab, "Iya, gapapa."
Filma pergi, dan aku cuma bisa diem di teras. Hatiku udah nggak enak, kecewa karena temanku yang baru aja mau deket, eh malah harus berpisah.
Aku liat teman-teman lain pada masuk asrama, dan ada satu yang keluar bawa alat mandi. Penasaran, aku langsung ngikutin dia, siapa tahu dia juga mau ke kamar mandi. Mau nyapa, tapi dia buru-buru banget. "Gak apa-apa lah," pikirku. "Yang penting, aku jadi tahu kamar mandinya di mana."
Aku masuk kamar mandi dengan perasaan campur aduk. "Kenapa harus kayak gini sih?" pikirku, sambil membersihkan diri. Kenapa temanku baru aja mau deket, eh malah harus pulang? Aku jadi malas ngikutin kegiatan selanjutnya. Rasanya nggak seru lagi, deh.
Setelah mandi dan istirahat sebentar, aku sholat Ashar, dan nggak lama setelah itu, ada pengumuman tentang setoran hafalan surat Fussilat besok pagi.