Di tanah basah aku lahir
Cipta segala keberagaman bak tirai terbuka
Sederhana, atap berteduhku kokoh
Batin kupanjat penuh peluh
Malu andai aku tak satu
Mati aku, Ibu Pertiwi menatapku
Senyum,
jiwa penuh harusnya tak kesal
Menanggung lautan gunung jadi wibawa
Asap hitam sentuh raga, kubawa
Selalu rusak, tetapi tak kutinggal
Senang pilu jadi satu, menawan
Lebur menyeruak serentak
Tirai itu kini tutup terbelalak
Pisah sentuh jiwaku, diri mati terbayang
Individu demi individu tak lagi jumpa sayang
Genggam tak bertuan jadi pemenang
Batin dingin bangkit bak pejuang
Insan tercipta bak perantara
Harusnya satu yang hadir menyapa
Maju, betul menjadi satu
Ibu Pertiwi pelihara sakura, disayang
Ia tumbuh sehat melanglang buana
Mawar jadi jalan tangis, duri lara
Bahkan bertanya, apa bisa diam merasa?
Sombong, aku malu nyatanya
Tanah jabang bayi tak dijaga
Habis rusak, tak lagi di angkasa
Pimpin, aku yakin
Kugendong ribuan mayat
Tak satu pun human lirik tanpa syarat
Ragam itu mati, tetapi senang
"Tak usah pikirkan aku," katanya
Hilang, ragam yang kusayang
Bersama tak jadi tujuan mutlak
Kurasa pikiran ragam itu benar, ia kalah telak
Juang ribuan, tetapi mati sendiri
Si mati bermusuh dengan bentala luar
Kobar sang bentala luar, tamat si mati
Tak ada kawan, ia meringis sakit tak terbantah
Ragam sepenuhnya pecah
Terkubur
Ingat, aku masih menanggung lautan gunung
Kubawa mereka pamer akan kemegahannya
Pun ajak insan lain jadi tanggungannya
Kupasang tirai yang harap terbuka
Ia bebas, tetap terbatas
Akan penghalang yang mampu buatnya nahas
Hadir yang satu kembali diharap
Bangkit, kekar bergelut dengan bentala luar
Sehelai musuh tak buatnya getir
Insan yang kutatap kini jadi patriot
Kerlingan mata itu tak lagi kolot
Bersama lambang yang lima
Pernah kalah, pernah pecah
Ragam yang hidupnya hangus kembali diharap
Mekar mawar bangkitkan seluruh yang kalut
Pelita dulu padam seakan tak buat sengsara
Bangkit! Bangkitlah engkau kesahajaan
Sehari bersama menghalau bualan
Meski tak serupa, kasih kembali bersama
Ibu Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H