Mohon tunggu...
Hanifah Nur Aini
Hanifah Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Memiliki minat pada bidang kepenulisan, seperti membuat puisi, artikel, dan esai.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ragam dan Kawannya

28 Mei 2024   22:16 Diperbarui: 28 Mei 2024   22:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tanah basah aku lahir

Cipta segala keberagaman bak tirai terbuka

Sederhana, atap berteduhku kokoh

Batin kupanjat penuh peluh

Malu andai aku tak satu

Mati aku, Ibu Pertiwi menatapku

Senyum,

jiwa penuh harusnya tak kesal

Menanggung lautan gunung jadi wibawa

Asap hitam sentuh raga, kubawa

Selalu rusak, tetapi tak kutinggal

Senang pilu jadi satu, menawan

Lebur menyeruak serentak

Tirai itu kini tutup terbelalak

Pisah sentuh jiwaku, diri mati terbayang

Individu demi individu tak lagi jumpa sayang

Genggam tak bertuan jadi pemenang

Batin dingin bangkit bak pejuang

Insan tercipta bak perantara

Harusnya satu yang hadir menyapa

Maju, betul menjadi satu

Ibu Pertiwi pelihara sakura, disayang

Ia tumbuh sehat melanglang buana

Mawar jadi jalan tangis, duri lara

Bahkan bertanya, apa bisa diam merasa?

Sombong, aku malu nyatanya

Tanah jabang bayi tak dijaga

Habis rusak, tak lagi di angkasa

Pimpin, aku yakin

Kugendong ribuan mayat

Tak satu pun human lirik tanpa syarat

Ragam itu mati, tetapi senang

"Tak usah pikirkan aku," katanya

Hilang, ragam yang kusayang

Bersama tak jadi tujuan mutlak

Kurasa pikiran ragam itu benar, ia kalah telak

Juang ribuan, tetapi mati sendiri

Si mati bermusuh dengan bentala luar

Kobar sang bentala luar, tamat si mati

Tak ada kawan, ia meringis sakit tak terbantah

Ragam sepenuhnya pecah

Terkubur

Ingat, aku masih menanggung lautan gunung

Kubawa mereka pamer akan kemegahannya

Pun ajak insan lain jadi tanggungannya

Kupasang tirai yang harap terbuka

Ia bebas, tetap terbatas

Akan penghalang yang mampu buatnya nahas

Hadir yang satu kembali diharap

Bangkit, kekar bergelut dengan bentala luar

Sehelai musuh tak buatnya getir

Insan yang kutatap kini jadi patriot

Kerlingan mata itu tak lagi kolot

Bersama lambang yang lima

Pernah kalah, pernah pecah

Ragam yang hidupnya hangus kembali diharap

Mekar mawar bangkitkan seluruh yang kalut

Pelita dulu padam seakan tak buat sengsara

Bangkit! Bangkitlah engkau kesahajaan

Sehari bersama menghalau bualan

Meski tak serupa, kasih kembali bersama

Ibu Pertiwi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun