"Kak.. semua ini pilihan yang baik, aku yang memutuskan untuk mengakhiri semua ini"
"Hana. Dia kakak kelas lo, seharusnya dia lebih dewasa dan bisa jaga perasaan lo"
Kak Taufan mengerem mobilnya mendadak dan membuat tubuhku terbanting kedepan, untungnya aku sudah memakai sabuk pengaman.
"Seharusnya dia menghargai alasan lo mutusin dia" kak Taufan terlihat frustasi dengan kalimat yang diucapkan tadi kepadaku.
"Dia tidak tahu alasan itu kak" kataku dalam hati.
Aku hanya terdiam. Setelah emosinya perlahan hilang kami melanjutkan perjalanan pulang. Setelah bersih diri dan shalat maghrib aku merebahkan tubuhku di kasurku. Mencoba memejamkan mata dan mencoba melupakan masalah tadi. Ponselku bergetar, ku lihat notif ada pesan masuk dari kak Andre.
=Aku nunggu lama di lapangan basket tapi kamu nggak datang. Aku kangen, apa Mita tak memberi tahu kamu=
=Maaf tadi aku udah dijemput kak Taufan, jadi buru-buru pulang=
=Kak Taufan? Aku juga kangen dengan dia, kapan boleh main?=
Aku sudah lelah dengan sandiwara yang kita mainkan selama ini. Kenapa kamu masih bersikap manis padaku padahal kau tau bahwa aku tahu kamu telah berada dipelukan orang lain. Kuputuskan untuk tidak membalas pesan singkat darimu.
                                    **