Fyi, cerpen ini adalah cerpen yang aku buat kelas XI atau 3 tahun yang lalu. Saat aku terfikir untuk menguploadnya di sini tidak ada keinginan untuk mengeditnya sedikitpun. Karena pasti akan banyak perubahan jika aku memaksakan diri untuk mengeditnya. Faktor utamanya adalah kemungkinan rasa tidak puas terhadap tulisanku sendiri wkw, so this is it!!!!!!!!!
Pergi untuk kembali
Oleh Hanifah Fitri
Menyimpan cinta yang belum sepantasnya merekah adalah sebuah keutamaan untuk menjauhkan diri dari fitnah, sekalipun cinta adalah fitrah. Setidaknya langkah kecil ini yang bisa aku lakukan untuk saat ini. Sejauh kamu bukan oksigen, aku masih bisa hidup tanpa kamu. Jangan kira ini hal yang mudah.Â
Harus terlihat ceria saat hati ini teramat sesak, menahan kerinduan ingin jumpa atau harus tersenyum saat melihat kamu tertawa lepas dengan dia. Membungkam mulut rapat-rapat meski beribu kata ingin terucap. Sejauh apapun kita berpisah pasti akan didekatkan diwaktu yang tepat dan dipertemukan dengan alasan yang hebat bila sudah ditakdirkan bersatu namun sekuat apapun kita mendekat bila tidak ditakdirkan tidak akan pernah bersatu.Â
Percayalah, janji Tuhan itu pasti. Jangan pernah berpikir seolah-olah kamu yang tersakiti di sini. Ya Rabb, maafkan aku karena hingga saat ini aku masih menyimpan rasa untuk dia.
                                    **
Namaku Hana Sasmita, aku duduk dibangku SMA. Tepatnya Xipa3 SMA Harapan Bangsa. Bisa dibilang aku murid yang beruntung karena bisa menjadi salah satu murid disini. Lebih beruntung lagi aku mengambil kelas ipa, padahal dari dulu nilai eksakku biasa-biasa saja. Kalau ada yang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah mungkin itu benar, tapi bagiku masa remaja adalah masa dimana kita dituntun dewasa tetapi diperlakukan seperti anak kecil.Â
Harus tertawa bahagia di depan umum seolah-olah hidup hanya penuh kesenangan semata lalu harus terisak tanpa seorang pun tahu saat malam tiba. Iya bukan?
Malam selalu berteman dengan kesendirian. Ia ciptakan bintang yang bertebaran dilangit untuk meyakinkan bahwa kita tak benar-benar sendiri. Ia hadirkan rembulan yang tersenyum menyapa bahwa setelah tangis kita harus tersenyum. Ia kirim angin untuk membelai lembut, wajah kita yang basah oleh tetes-tetes air mata.
Hampir setiap aku membaca komentar di blog yang aku tulis, aku mendapati banyak remaja yang mencurahkan isi hatinya, kekesalan karena pacarnya. Aku sengaja mengangkat kehidupan cinta remaja untuk menarik perhatian pembaca. Seperti seorang yang berpengalaman dalam hal cinta aku sedikit memberi saran kepada mereka.Â