"Alhamdulillah tinggal satu".
Karena sudah sore Hilya memutuskan untuk kembali pulang, sebelum pulang ia sempatkan mampir untuk membeli lauk. Hilya berdiri di bantu tongkat penyangga, menunggu angkutan umum lewat, namun menunggu hampir 10 menit tak kunjung ada angkutan umum lewat. Akhirnya Hilya memutuskan berjalan kaki saja.
Dengan tertatih-tatih Hilya berjalan pelan. Saat hendak sampai rumah Hilya melihat ada seorang wanita paruh baya dengan mobil mewah berhenti di sana. Hilya menghampiri dan bertanya, ternyata mobil ibu itu bannya kempes. Hilya dengan senang hati menawarkan rehat dan minum di rumahnya. "Saya sholat magrib dulu ya Bu ". Pamit Hilya kepala ibu tersebut. "Tunggu saya juga ingin sholat,mari kita sholat berjamaah". Hilya tersenyum dan mengangguk atas tawaran ibu tersebut.
---
"Kamu tinggal sediri?" Tanya wanita bernama Citra itu kepada Hilya. Â Hilya mengangguk dan menjawab pertanyaan itu. Bu Citra cukup prihatin mendengar perjuangan Hilya. Tak lama setalah kedua wanita berbeda usia itu bercerita datanglah seorang laki-laki yang ternyata adalah putra dari ibu Citra.
"Bun ayo pulang, mobilnya biar tukang bengkel yang ambil" ucap laki-laki itu kepada ibunya. Bu Citra melihat anaknya sudah datang segera berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Hilya.
     Tak lama Bu Citra pergi, datang seorang tetangga  mengantarkan surat yang katanya itu untuk Hilya. Hilya melihat surat berlogo universitas tujuannya merasa berdebar tak karuan, itu adalah surat pemberitahuan mengenai beasiswanya. Dengan mengucapkan basmalah dan dengan pelan Hilya membuka surat tersebut. Matanya tak berkedip membaca setiap kalimat yang ada di kertas tersebut.
Matanya memanas dan bibirnya tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan. Akhirnya dengan izin Allah Hilya lolos dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Kuliah. Hilya bersujud syukur dan tak henti-hentinya mengucap hamdallah. Hilya akan lebih bersemangat lagi untuk belajar dan mencari uang untuk bertahan hidup dan menggapai cita-citanya.
____
Bertahun-tahun sudah Hilya berjuang hidup, Belajar dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya. Kini tinggal semester akhir yang harus Hilya hadapi. Usaha bunga yang ia jalani juga sudah memiliki beberapa toko, kebun-kebun bunga yang ia miliki menjadi 10kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Tak Hilya duga setalah bertemu wanita paruh baya bernama Citra itu Hilya merasa memiliki seorang yang mendukungnya di kota ini.
--