Mohon tunggu...
hanie vidyachristie
hanie vidyachristie Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang guru SMK di Kota Malang dengan Latar Belakang Pendidikan S-1 Pendidikan Kimia di Unversitas Negeri Surabaya dan S-2 Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Malang. Hobi belajar hal-hal atau ilmu baru dan terus meningkatkan kompetensi diri. Baru-Baru ini aktif menulis buku Antologi tentang Kurikulum Merdeka cetakan Azkiya Publisher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

2 Mei 2023   04:04 Diperbarui: 2 Mei 2023   04:06 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Perkenalkan Saya Hanie Vidya Christie, Calon Guru Pengerak Angkatan 7 dari Kota Malang Jawa Timur. Telah tujuh bulan aktif berkutat dengan kegiatan, paket-paket modul materi, dan tugas-tugas guru penggerak yang menantang dan baru bagi penulis. Banyak pengetahuan, ilmu, wawasan, paradigma, dan pengalaman baru yang diperoleh selama menjalani pendidikan guru penggerak. Materi pembelajaran yang disajikan dalam paket-paket modul guru penggerak sebagian besar merupakan materi baru yang belum pernah penulis dapatkan sebelumnya dan sangat bermanfaat untuk membantu penulis dalam menyiapkan pendidikan generasi Z saat ini dan pengembangan sekolah. Misalnya saja, materi tentang filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang mendasari semua modul; Nilai dan peran guru penggerak; Visi Guru Penggerak; Pembelajaran berdifferensiasi; Pembelajaran Sosial emosional; Coaching untuk supervisi akademik; dan Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Saat ini, penulis telah sampai pada koneksi antar materi Modul 3.1 tetang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dan berikut sepenggal koneksi anatar materi yang dapat penulis rangkum dari awal modul 1.1 hingga modul 3.1 saat ini. Selamar menyimak, semoga dapat menambah wawasan Bapak/Ibu Guru di Indonesia.

dokpribadi
dokpribadi

Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

 

Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)-Bob Talbert

 

  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

 Pembelajaran lebih penting jika kita mengajarkan anak tentang nilai-nilai dan makna apa yang terkandung atau mendasari perilaku atau keputusan kita dengan kesadaran penuh (mindfulness) karena dengan hal tersebut, segala yang kita pelajari akan lebih bermakna (mengakar), memberikan dampak jangka panjang, membawa kebijaksanaan, dan lebih bermanfaat tidak hanya dalam konteks keilmuan namun juga impactnya dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai tersebut dapat kita peroleh setelah melewati suatu proses pembelajaran sebagai suatu hikmah/refleksi yang terinternalisasi dalam diri, maupun nilai-nilai yang bersumber dari nilai kebajikan universal telah kita yakini dan menjadi dasar kita dalam menentukan suatu pilihan/keputusan.

 

  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Tidak dapat dipungkiri, sebagai seorang manusia maupun pemimpin, setiap hari kita dihadapkan pada kondisi-kondisi untuk membuat pilihan atau keputusan. Dalam menentukan pilihan atau arah pengambilan keputusan, seseorang biasanya akan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar apa yang ingin dipenuhinya dari keputusan tersebut, nilai-nilai kebajikan yang ia anut, paradigma berfikir, pengalaman dan pengetahuan, keterampilan pengambilan keputusan, dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang ia gunakan, serta apa yang penting baginya. Hal tersebut akan menentukan dampak apa yang akan dirasakan lingkungannya dari keputusan yang diambil.

Dengan kombinasi berbagai faktor tersebut, seorang pemimpin akan dapat mengambil keputusan dengan penuh tanggungjawab dan mewakili segala kepentingan yang dinaunginya dengan mempertimbangkan kebermanfaat bagi banyak orang dan hal tersebut tidak lepas dari nilai-nilai kebajikan universal yang dianut.

 

  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi apda proses pembelajaran murid dengan mengambil peran dan fungsi sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran yang berpusat pada murid. Sebagaimana kita ketahui, dalam kurikulum merdeka saat ini, kemerdekaan murid dalam belajar melalui pembelajaran yang berpusat pada murid dan pembelajaran berdifferensiasi menjadi sebuah PR dan tantangan bagi guru-guru inovatif untuk mewujudkannya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengambilan dan pengujian keputusan dalam menjalankan proses merancang, melaksanakan, dan menilai/menevaluasi pembelajaran, saya dapat menentukan cara dan desain yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar murid agar dapat mengembangkan segala kekuatan kodrat dalam diri mereka secara optimal.

 

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical. (Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis)
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 Maksud dari kutipan di atas menurut saya  adalah sebagai berikut:

Pendidikan adalah sebuah proses untuk membuat seseorang beretika atau bermoral (menggetahui perbedaan antara baik dan buruk). Quote ini memiliki arti bahwa pendidikan mengajarkan seseorang tentang nilai-nilai kebajikan yang kita peroleh dari tiap modul materi yang kita pelajari dan mengenal nilai-nilai destruktif (sebaliknya) agar kita dapat menghindari dan tidak melakukannya. Pada intinya, pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia dan bagaimana cara agar dapat memanusiakan manusia berlandaskan etika dan nilai-nilai kebajiakn universal yang diyakininya, sehingga misalnya dalam konteks pengambilan keputusan, seorang pemimpin tidak akan bimbang dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku dengan penuh tanggungjawab dan denan mempertimbangkan kepentingan murid yang utama.

 

Setelah memaknai dua kalimat bijak di atas, berikut ini rangkuman kesimpulan pembelajaraan dan pemahaman saya (Koneksi Antarmateri) setelah mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dan koneksinya dengan materi yang telah dipelajari dalam modul guru penggerak. Berikut uraiannya:

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan, seorang guru harus mampu menjadikan sekolah sebagai taman belajar sesunguhnya yang selalu memberikan kebahagiaan bagi murid. Agar mampu mencapai hal tersebut, seorang guru harus memiliki nilai dan peran sebagai guru penggerak yang terinternalisasi dan mendarah daging dalam dirinya, sehingga mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang memahami dan mampu menuntun kodrat murid dalam menemukan kemerdekaannya dalam belajar. 

Seorang pemimpin pembelajaran dituntut untuk mampu bertindak dan berfikir secara bijaksana, mampu menjadi tauladan, mampu membangun motivasi murid dalam belajar, dan memberikan dukungan untuk menimbulkan rasa aman dan nyaman di benak murid, bertanggungjawab, dan memikirkan setinggi-tingginya kepentingan murid dalam setiap keputusannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan asas pendidikan Patrap Triloka yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara (M. Suwardi Suryaningrat) yang dikenal dengan semboyan:

 "Ing ngarso sung tuladha" artinya di depan memberi teladan, ,

"ing madya mangun karsa" artinya ditengah membangun motivasi/dorongan

"tut wuri handayani" artinya dibelakang memberi dukungan.

 

Penjabaran:

 

Ing Ngarso Sung Tulada (di depan memberi tauladan)

Ing Ngarso Sung Tulada merupakan filosofi pendidikan dimana guru adalah seorang pemimpin yang senantiasa berada di depan untuk memberikan tauladan bagi anak murid. Dalam konteks sebagai pengambil keputusan, guru merupakan panutan (role-model) bagi murid-muridnya dalam caranya bertindak, berfikir, dan berperilaku, serta caranya dalam mengambil keputusan. Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah kutipan bahwa murid belajar paling baik dengan melihat/melalui contoh. Oleh sebab itu, seorang guru semestinya selalu mampu menjadi pribadi yang positif yang mampu mengajarkan dan menumbuhkan karakter atau nilai-nilai kebajikan dalam diri anak murid lewat sikap atau perilaku dan mampu membuat setiap keputusan dengan kesadaran penuh (mindfulness) dihadapan murid.

Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi/dorongan)

Ing Madya Mangun Karsa memiliki makna bahwa guru senantiasa berada bersama atau berada di tengah anak murid untuk senatiasa membimbing, menuntun dan mengayomi anak murid dalam cipta, rasa dan karsa untuk dalam rangka menumbuhkan segala kekuatan kodrat murid agar mereka mampu mencapai kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dukungan)

Tut wuri handayani memiliki makna bahwa di belakang, guru berperan memberikan kepercayaan, semangat atau dorongan kepada murid agar memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka sendiri tanpa perlu merasa cemas dan mampu mengembangkan keterampilan student agencynya. Guru memiliki kewajiban untuk memberikan seluas-luasnya kesempatan kepada anak muridnya dengan arahan dan bimbingan dari guru untuk mengembangkan pengalaman belajarnya dengan berbagai cara untuk mengembangkan cipta, rasa, dan karsanya sehingga menjadi manusia yang utuh dengan nilai-nilai moral dan berkarakter mulia.

 

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai kebajikan universal merupakan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya, seperti nilai tanggung jawab, rasa hormat, tenggang rasa, kebersihan, dll. Nilai-nilai ini merupakan 'payung besar' dari sikap dan perilaku seseorang, atau yang mendasri (fondasi) manusia dalam berperilaku secara beretika (etis).

Pada umumnya, nilai-nilai kebajikan universal ini terbentuk secara perlahan dan sudah tertanam dalam diri seorang guru, dimana nilai-nilai tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan, cara pandang, dan karakter atau prinsip hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan nilai-nilai ini yang terinternalisasi sebagai cara pandang dalam diri guru akan sangat berpengaruh dalam arah dan cara pengambilan keputusan guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru seyogyanya mampu melakukan pengambilan keputusan yang bijaksana, menjujung nilai-nilai keberpihakan pada murid, bertanggungjawab, kolaboratif, reflektif, dan inovatif sesuai prinsip -- prinsip pengambilan keputusan, antara lain: (1) Prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking); (2) Prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking); (3) Prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi seorang pemimpin.

 

Agar sebuah keputusan yang diambil tepat, maka perlu dilakukan langkah pengujian keputusan, dimana nilai-nilai yang diperacaya seseoang juga akan berpean didalamnya. Langkah-langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan tersebut secara umum terdiri atas 9 langkah, yakni:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam sebuah kasus atau situasi yang terjadi.
  • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut.
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
  • Melakukan pengujian benar atau salah dengan cara: a) uji legal, b) Uji regulasi/standar professional, c) uji intuisi, d) uji publikasi, dan e) uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar.
  • Melakukan prinsip resolusi melalui tiga prinsip; End-Based Thinking, Rule-Based Thinking dan Care- Based Thinking
  • Melakukan investigasi opsi trilema
  • Membuat sebuah keputusan
  • Melakukan refleksi terhadap keputusan yang telah diambil.

 

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan "coaching" yang diberikan oleh pendamping/fasilitator dalam proses pembelajaran ini sangat bermanfaat dan berkorelasi dengan cara seoang coachee dalam membangun dan menemukan solusi atas permasalahannya secara mandiri dengan dampingan coach. Jika seorang coachee telah memiliki nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam dalam dirinya dan telah memahami/terbiasa dengan pola fikir dan pola laku langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, maka tentu akan semakin akurat, spesifik, dan kreatif solusi-solusi yang dapat dimunculkan oleh seorang coachee, dalam hal ini guru yang sekaligus seorang pemimpin pembelajaran.

 

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang guru yang matang secara social dan emosional serta mampu menyadari aspek social emosionalnya akan cenderung lebih mampu mengambil keputusan khususnya terkait masalah dilema etika yang dihadapinya secara lebih tenang, bijaksana, bertanggungjawab, dan obyektif karena setiap tindakan/keputusan yang diambilnya dilakukan dengan penuh kesadaran (mindfulness) dan mempertimbangkan semua nilai-nilai yang terlibat dalam dilema etika tersebut untuk dilakukan pengujian dan pengambilan keputusannya.

Seorang guru yang memiliki kecerdasan social dan emosional yang baik, akan mampu menempatkan dirinya di posisi yang tepat sebagai seorang manajer dan pemimpin yang bijaksana. Kematangan dan ketepatan seorang guru dalam melihat nilai-nilai yang terlibat dalam dilema etika, serta keterampilan seorang guru dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan menentukan bagaimana nasib peserta didik, rekan, sejawat, dan lingkungan sekolah (organisasi) pada umumnya.

 

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru pasti akan berhadapan dengan situasi masalah-masalah moral atau etika dan itu merupakan sebuah tantangan atau kesulitan tersendiri bagi setiap guru. Sering kali suatu permasalahan dapat dipandang lebih dari satu sisi, sehingga terkait masalah benar dan salah sangat dipengaruhi nilai-nilai yang berlaku atau dipercaya pengamatnya. Bisa saja masalah siswa terlambat misalnya, merupakan masalah besar bagi satu guru karena menunjukkan pelanggaran siswa terhadap nilai-nilai kedisiplinan dan tanggungjawab. Hal ini menunjukkan kepemimpinan seorang guru yang tegas dan otoriter. Namun bagi guru lain dapat saja keterlambatan siswa bukanlah hal yang besar karena profil siswa tentang kedisiplinan dan tanggung jawabnya tidak hanya dapat digambarkan dari satu aspek saja, yaitu keterlambatan. Sebagai seorang guru juga perlu mengetahui betul alasan dibalik keterlambatan siswanya. Hal ini menunjukkan kepemimpinan seorang guru yang bijaksana dan humanis.

Kesimpulannya, jika merujuk pada sudut pandang subyektif sebagai seorang individu, penanganan masalah moral/etika disekolah tentu akan sangat bervariasi, bergantung pada penilaian atau nilai-nilai yang dipercaya oleh seorang guru atau pemimpin. Akan tetapi yang perlu menjadi parameter kontrol atau pegangan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan terkait masalah moral/etika adalah paradigma dan prinsip-prinsip berfikir, serta langkah-langkah pengujian yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang harapannya dapat adil, menjunjung tinggi kepentingan peserta didik, tidak melanggar nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab. Artinya dengan kata lain, nilai-nilai kebajikan universal bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, namun juga perlu mempertimbangkan fakor lainnya demi kemaslahatan bersama.

 

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman karena keputusan yang diambil secara tepat akan melalui proses pemikiran, pengumulan bukti/fakta-fakta, analisis dan tindak lanjut yang komprehensif, serta melewati langkah-langkah pengujian yang terukur sebelum akhirnya diputuskan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain:

  • Nilai-nilai yang saling bertentangan dana tau terlibat dalam sebuah kasus atau situasi yang terjadi.
  • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut.
  • Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
  • Tahapan pengujian benar atau salah dengan cara: a) uji legal, b) Uji regulasi/standar professional, c) uji intuisi, d) uji publikasi, dan e) uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar, apakah:

Individu lawan kelompok (individual vs community)

 Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

 Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

 Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

  • Prinsip resolusi melalui tiga prinsip; End-Based Thinking, Rule-Based Thinking dan Care- Based Thinking
  •  Investigasi opsi trilema
  •  Pembuatan keputusan, dan
  •  Refleksi terhadap keputusan yang telah diambil.

Kemudian agar keputusan yang diambil dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, maka keputusan yang diambil harus selalu didasarkan pada 3 unsur berikut, yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

 

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang saya hadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika di lingkungan saya, khususnya di lingkungan sekolah adalah Masih banyaknya rekan-rekan sejawat yang berbeda pandangan, cara berpikir, kebiasaan dengan apa yang sudah dilakukan/diputuskan,oleh guru penggerak dan masih adanya senioritas, sehingga tantangannya adalah guru penggerak perlu terus mensosialisasikan dan menunjukkan melalui bukti konkrit (aksi nyata) terkait program-program dan perubahan-perubahan yang telah dilakukan kepada sekolah atau rekan sejawat secara perlahan, kontinyu, dan konsisten dengan harapan dapat membawa perubahan paradigm berfikir para rekan sejawat baik yan pro maupun kontra ke arah satu tujuan yang sama, yaitu menciptakan lingkungan belajar (sekolah) yang menunjang pembelajaran berpusat siswa.

 

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang kita ambil terkait pengajaran yang memerdekakan murid untuk belajar harus selalu mengacu pada prinsip keberpihakan pada murid. Salah satu strategi agar pembelajaran kita dapat berpihak kepada murid adalah melalui penyediaan kebutuhan belajar setiap siswa sesuai kesiapan belajar murid, minat, dan profil belajar murid. Hal ini berarti, seorang pendidik yang mendukung pembelajaran berpihak pada murid, selain berupaya menyediakan segala kebutuhan untuk menunjang proses belajar murid dalam mencapai tujuan pembelajaran, namun juga mengakui keberagaman murid, bahwa setiap murid memiliki karakteristik dan kebutuan belajar yang berbeda-beda.

Salah satu strategi pembelajaran yang berpihak kepada murid adalah pembelajaran berdifferensiasi. Pembelajaran berdifferensiasi memungkinkan guru untuk merespon atau menanggapi kebutuhan belajar murid dengan penyesuaian rencana pembelajaran agar sesuai kesiapan belajar murid, minat, dan profil belajar murid. Pembelajaran dikatakan tepat jika kegiatan pembelajaran kita dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap murid dalam kelas-kelas kita, sehingga tidak ada siswa yang tertinggal maupun siswa dengan kesiapan belajar tinggi yang harus tertunda kebutuhan belajarnya hanya untuk menunggu siswa yang lain. Semua murid perlu terlayani dengan baik dan optimal.

 

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap perencanaan pembelajaran, ide-ide, rencana, dan inovasi yan disiapkan guru dalam rangka melaksanakan pembelajaran akan sangat berdampak pada pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa di kelas. Pengalaman belajar ini akan sangat berkaitan dalam pengasahan cipta, rasa, dan karsa murid dan pengalaman social emosional murid. Pengalaman belajar dan nilai-nilai yang berharga yan ia peroleh di sekolah ini akan menjadi contoh, pegangan, dan bekal para murid sebagai parameter dalam menapaki masa depannya kelak menjadi manusia seutuhnya.

Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian seorang guru dalam menentukan setiap keputusan yang berkaitan dengan murid, apakah dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, serta penanganan masalah murid karena keputusan kita tersebut dapat mempengaruhi psikis maupun psikologis murid yang nantinya dapat mempengaruhi masa depan murid. Posisi kontrol yang paling baik yang seyogyanya digunakan guru sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran agar dapat emnuntun tumbuh kembang murid secara optimal adalah posisi sebagai Manajer.

 

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi 3.1 ini dan keterkaitannya denan modul -- modul sebelumnya antara lain:

  1. Bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu keterampilan dan pola fikir seorang pemimpin yang harus terus di asah atau dilatih secara sadar (mindfulness) setiap saat agar semakin terampil. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan.
  2. Seorang pemimpin harus memiliki kematangan social emosional agar dapat mengambil keputusan dengan penuh kesadaran diri (mindfulness) dan bertanggung jawab, serta menjunjung nilai-nilai guru penggerak, yaitu keberpihakan pada murid yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
  3. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan murid harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman murid, serta memperhatikan kebutuan masa depan murid agar murid dapat mencapai kebahagiaan yang seringgi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
  4. Perkembangan cipta, rasa, karsa, dan karya setiap siswa yang beragam sangat bergantung pada pola keputusan yang diambil guru yang didasari nilai-nilai dipercaya. Oleh karena itu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran siswa di kelas perlu disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan belajar setiap murid, antara lain minat, kesiapan belajar, dan profil belajar murid. Salah satunya dengan penerapan pembelajaran yang berdifferensiasi.
  5. Setiap keputusan yang diambil yang berkaitan dengan murid perlu melewati langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan penuh kesadaran (mindfulness) dan kebijaksanaan sesuai prinsip dan paradigma pengambilan keputusan dengan posisi kontrol yan disarankan adalah posisi kontrol seorang manajer.
  6. Saat proses pengambilan keputusan terkadang diperlukan teknik coaching agar guru dapat mengoptimalkan potensi dan kekuatan dirinya dalam merumuskan alternative solusi dan mengambil keputusan dengan bantuan coach.

 

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan (dua nilai kebajikan) dimana kedua pilihan tersebut secara moral sama-sama benar namun saling bertentangan. Sedangkan Bujukan moral (benar vs salah) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang ahrus membuat keputusan anatara benar dan salah.

Terdapat empat paradigma dalam penangan kasus dilema etka, yaitu (a) Individu vs kelompok; (b) rasa keadilan vs rasa kasihan; (c) kebenaran vs kesetiaan; dan (d) jangka pendek vs jangka pajang. Dalam satu kasus dilema etika umumnya dapat terdapat lebih dari satu paradigma permasalahan yang terlibat.

Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan, antara lain (a) Berfikir berbasis hhasil akhir (Ends-Based Thinking); (b) Berfikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking; dan (c) Berfikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Dan ketiganya dapat digunakan salah satu yang dianggap paling dominan atau sesuai dengan kondisi organisasi.

Sebelum memutuskan sesuai, perlu dilakukan 9 langkah pengujian dan penggambilan keputusan agar keputusan yang diambil benar-benar obyektif dan merepresentasikan kebutuhan yang ingin dijawab. Tahapan pengujian dan pengambilan keputusan tersebut, antara lain dengan (a) mengenali nilai-nilai yan bertentangan; (b) mementukan siapa yang terlibat dalam situasi; (c) menumpulkan fakta-fakta relevan; (d) pengujian benar atau salah; (e) pengujian pradigma benar lawan salah; (f) melakukan prinsip resolusi; (g) Investigasi opsi trilemma; (h) membuat keputusan; dan (i) melihat lagi keputusan dan merefleksikan. Hal yang diluar dugaan adalah bahwa kemampuan pengambilan keputusan ini tidak berdiri sendiri, namun sangat terkait dengan pemahaman dan pengetahuan dari modul-modul yang sebelumnya.

 

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema moral. Perbedaannya dengan cara pengambilan keputusan yang sekarang adalah dahulu saya mengambil keputusan hanya berdasarkan kajian teoritik dan empiris tanpa melakukan pengujian pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil cenderung emosional dan premature. Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi paham bahwa ada cara atau tahapan agar keputusan yang kita buat dapat obyektif, sesuai kebutuhan, efektif dan efisien dengan tetap bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal, yaitu dengan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

 

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ini adalah adanya penambahan wawasan tentang cara pengujian dan pengambilan keputusan yang benar dan lebih efektif, serta lengkap dengan cara pengujian keputusannya. Selain itu terjadi perubahan paradigma, sudut pandang, dan cara berfikir dalam menghadapi kasus dilema etika yang dapat saya temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya perubahan mindset tersbut, saya akan terus mengasah kemampuan pengujian dan pengambilan keputusan saya sehingga dapat menghasilkan keputusan yang berdampak baik bagi semua pihak, berpihak pada murid, tepat, bijaksana, efektif, efisien serta bertanggungjawab sesuai nilai-nilai kebajikan universal.

 

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting bagi saya mempelajari modul 3.1 ini, baik sebagai individu maupun seorang pemimpin. Sebagai individu, saya menjadi individu yang lebih bijaksana dan berfikir panjang serta komprehensif dalam melihat sesuatu. Saya juga dapat memposiskan diri di posisi orang lain dan bagaimana saya ingin diperlakukan atau apa yang saya rasakan jika saya diposisi orang tersebut, sehingga saya tidak semena-mena. Sedangkan sebagai seorang pemimpin saya dapat menjadi pemimpin yang lebih obyektif, mampu mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab dan mengedepankan kepentingan semua orang/kebaikan organisasi yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal dan keopentingan murid, dan lebih dapat bersikap tegas.

Sekian sharing pemahaman dan pengalaman terkait ilmu yang diperoleh pada modul 3.1 dan koneksinya dengan materi pada modul-modul guru penggerak sebelumnya. Semoga bermanfaat...Guru bergerak Indonesia Maju

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun