Selanjutnya Ibu Indari Mastuti memberikan kesempatan kepada kontributor “Pesan Untuk Anakku” untuk menyampaikan kesan-kesannya ketika menyusun narasi untuk naskah mereka.
Kali ini memang suasananya jadi mengharu biru, apalagi ketika kontributor diminta membacakan dua paragraf yang paling menyentuh bagi mereka.
Ibu Dauri salah satunya ketika menuturkan dengan haru ketika putri pertamanya merasakan kegundahan merasa kurang diperhatikan. Waktu itu di masa putrinya pra remaja, kedua orang tuanya dirasa lebih perhatian terhadap adiknya yang berkebutuhan khusus.
Ternyata seiring berjalannya waktu, bonding putri dan putra Ibu Dauri ini semakin kuat. Sehingga Ibu Dauri menulis pesan “Anakku, You are My Inspiration”, kakak yang awalnya merasa kurang perhatian ternyata berhasil meraih prestasi. Sedang adik yang walaupun sudah dewasa tetapi tumbuh kembangnya belum sesuai usia, ternyata juga berhasil meraih prestasi melalui olahraga.
Itu sebabnya rasa bangga dan bersyukur dirasakan oleh Ibu Dauri sebagai orang tua, dan berpesan agar sang Kakak selalu ingat kepada Allah SWT.
Kisah selanjutnya disampaikan oleh Ibu Minarni yang mempunyai putri mempunyai kelainan darah Rhesus Negatif. Mengingat kembali ketika putrinya baru lahir dan harus dicek darah berkal-kali membuat Ibu Minarni cukup tercekat ketika menceritakannya.
Ternyata ketika putrinya dewasa, putrinya malah mendonorkan darahnya dan bergabung dalam komunitas Rhesus Negatif. Padahal dulu di masa kecilnya putrinya sangat takut jarum suntik.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya” (Hadis Riwayat ath Thabrani)
Keputusan putrinya itu didasarkan pada kenyataan bahwa jarum suntik untuk mendonorkan darah bukan apa-apa dibanding dengan sakitnya orang yang membutuhkan transfusi darah.
Penutup
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuliskan sebuah kisah?