Sebab, kita telah mengambil keputusan dan sikap untuk menjalaninya tanpa ada sangkut pautnya dengan masa lalu maupun masa depan.
Pendapat dari Adler ini bisa dibilang teramat sangat kontradiktif dengan teori psikologi Freud yang sudah sangat tertanam kuat di benak kita, yaitu contoh dari teori Freud (di mana trauma yang pernah kita rasakan di masa lalu akan memiliki dampak terhadap kehidupan kita di saat ini). Sedangkan kalau pendapat teori Adler sebaliknya trauma dimasa lalu tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita saat ini dan akan datang karena kita sendirilah yang memegang kendali atas hidup kita sendiri.
Mungkin, teori psikologi Adler ini terdengar sangat bertentangan dengan apa yang kita percayai selama ini.
Tapi perlu diingat kembali jika teori yang Adler kemukakan ini memiliki makna yang cukup mendalam terhadap kehidupan kita sebagai seorang manusia.
Semua permasalahan yang kerap kita alami, menurut teori psikologi Adler adalah akibat dari rumitnya hubungan interpersonal antara sesama manusia yang sering kali malah menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran di dalam kehidupan.Â
Biasanya, kita kerap menghindar dari keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain karena takut akan tanggapan mereka terhadap diri kita, yang jika dipikirkan kembali sebenarnya bukan tugas kita juga dalam mengendalikan pikiran orang lain.
Ketakutan yang kita rasakan terhadap penilaian orang lain ini mengindikasikan ada rasa kurang percaya diri dan kurang mencintai diri sendiri, padahal sebelum dapat membangun hubungan interpersonal yang kuat, kita harus terlebih dahulu peduli kepada diri sendiri.
Oleh sebabnya, kita akan beranggapan jika orang lain merupakan musuh yang sewaktu-waktu mampu menyakiti atau menghina diri kita yang pada kenyataannya hanya diri kita saja yang mengkhawatirkan itu semua.
Alih-alih menganggap orang lain sebagai musuh, Adler menegaskan untuk menganggap mereka sebagai teman seperjuangan agar rasa takut dan persaingan yang muncul dapat berkurang.
Jika kita kerap memandang orang-orang sebagai musuh dan saingan, hidup tidak akan pernah ada habisnya sebagai sebuah kompetisi yang tidak akan membawa kita ke mana-mana selain ke dalam rasa iri dan benci.
Dengan memandang orang lain sebagai rekan seperjuangan, kita akan merasa lebih berkontribusi dan saling memiliki, sehingga dapat menumbuhkan kenyamanan serta penerimaan.