Kepri(Kepulauan Riau) sebagai ujung tombak perbatasan yang berdekatan langsung dengan negara jiran memungkin kan investasi besar-besaran masuk ke wilayah yang dikenal 'segantang lada', kepulauan Riau. Letaknya yang strategis berada dikawasan jalur perdagangan internasional kawasan "Selat Malaka". Membuat banyak minat investasi di KEPRI tidak terlepas ancaman dalam penghancuran alam tidak dinafikan ciri-ciri nyatnya iyalah reklamsi, perusakan hutan bakau, eksploitasi tambang pasir, dan lainya.
Kerusakan lingkungan ini perlu diperhatikan dengan serius mengingat bukan tidak mungkin akan terjadi bencana kepunahan ekosistem dan ekologis. Bencana banjir salah satu hal yang mesti direnungkan bersama, bentuk kejahatan manusia lalai dalam menjaga alam lingkungan nya. Dalam bahasa Agama, hilangnya ruang hijau akibat penebangan hutan dan ekspolitas alam lainya demi alasan pembangunan dan perbaikan ekonomi salah satu ciri kemunafikan manusia sebagai amanah "khalifah fill ard" (Pemimpin dimuka Bumi).
Hal itu sebenarnya menjadi dialogis dalam teosentris yang panjang antara Tuhan dan Malaikat atas penciptaan Manusia yang sudah diperkirakan oleh malaikat. Namun kita tidak membahas itu lebih jauh.
Ekpolitasi tambang pasir dikawasan Belakangpadang khsusunya selalu menjadi ingatan kami dalam memperjuangkan serta mempertahankan daualat lingkungan dan daulat rakyat.
Hal itu kami perkirakan bukan saja berdampak pada Kerusakan karang dan biota laut namun juga akan berdampak pada ekopol dan sosbud masyarakat dikawasan tersebut. Dikarenakan mayoritas masyarakat Belakangpadang adalah pekerja Nelayan.
Tidak hanya disitu penghancuran bakau demi pembuatan lahan kaveling dibatam juga perlu diantisipasi timbulnya bencana ekosistem. Reklamasi di Kepri juga merupakan dalil penguasa terhadap perbaikan ekonomi namun lebih abai terhadap lingkungan serta ganti rugi mata pencaharian masyarakat yang notabene pekerjaan sebagai nelayan. Penghancuran yang nyata terhadap biota laut, serta penghancuran alam dikepri bukan saja menimbulkan kekawatiran kami.
Bahaya Penghapusan AMNDAL
Banjir Jakarta seharusnya memberikan banyak ke-Insafan pada masyrakat, terlebih terkhusus pada elite politik dalam penciptan kebijakan public yang tidak pro terhadap lingkungan. Fenomena ini tdak mungkin kita akan bertanya pada rumput yang bergoyang. Seperti kata Jokowi diatas menyebut "banjir Jakarta dan daerah penyanggah Ibu Kota dikarenakan kerusukan alam".
Yaitu kerusakan ekosistem dan ekologi, Dan itu dibenarkan oleh presiden. namun Pengalangan investasi yang juga hampir mewancanakan penghapusan AMNDAL dan IMB perlu di pertanyakan. Seperti pernyataan pidato presiden visi Indonesia : "yang menghambat investasi semuanya harus dipangkas, akan saya kejar, akan saya kontrol, akan saya cek, akan saya hajar kalau diperlukan". Ujarnya.
Lain dilidah lain dibibir. Investasi sangat baik juga sangat buruk, investasi yang merugikan hidup orang banyak mesti ditinggalkan. Menurut Data kementerian kelautan dan perikanan pada 2011 menyebutkan sebanyak 28 pulau kecil diIndonesia telah tengelam dan 24 pulau kecil lainya terancam melesap.
Kajian perusahaan asal Inggris  Verisk Maplecroft, soal dampak perubaham iklim memperkirakan 1500 pulau kecil diIndonesia akan tengelam pada 2050 seiring dengan naiknya permukaan laut". Hal itu perlu menjadi kesadaran pemerintah dalam menangapi fenomena alam yang tidak terlepas ulah manusia. sesuai pernyataan presiden terhadap kerusakan ekosistem dan kerusakan ekologis diatas.