Mohon tunggu...
Muhammad HandzalahRidwan
Muhammad HandzalahRidwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi PSDKU Pangandaran, Universitas Padjadjaran

Saya suka membaca novel dan komik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Turis Berulah, Warga Pangandaran Resah

29 Desember 2023   19:09 Diperbarui: 29 Desember 2023   19:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin kita pernah mendengar kasus turis asing di Bali yang berfoto di tempat suci dengan keadaan telanjang atau turis asing yang mengamuk saat ada upacara adat, yang berakhir ricuh dengan warga lokal. Dan masih banyak lagi kelakuan-kelakuan buruk para turis asing yang banyak mengundang keresahan keresahan warga sekitar.

Kelakuan buruk para turis asing ini pun viral di media sosial, banyak warganet yang mengkritik mereka dengan mengatakan bahwa mereka ini tidak menghormati adat istiadat dan budaya di Bali. Dan berdampak pada rusaknya citra wisata di Pulau Dewata tersebut.

Kasus-kasus ini kerap terjadi di daerah wisata, yang banyak dikunjungi oleh turis baik itu lokal maupun mancanegara. Dan salah satunya terjadi di Pangandaran.

Turis asing yang berulah di Pangandaran memang jarang terdengar, namun bukan berarti itu tidak ada. Kelakuan turis asing yang meresahkan warga Pangandaran diantaranya seperti pakaian yang dikenakan terlalu terbuka dan melakukan ciuman di depan umum.

Keresahan ini terjadi karena kelakuan-kelakuan yang mereka lakukan itu bertentangan dengan adat budaya di Pangandaran. Karena kebudayaan di Pangandaran itu dipengaruhi oleh islam yang notabenenya sangat menjaga penampilan dan perilaku. Hal ini pun dirasakan oleh Dadan (29), seorang tour guide Pangandaran.

"Untuk kelakuan turis asing yang meresahkan adat, norma, dan budaya di daerah kita itu kebanyakan pakaiannya lah kalau menurut saya. Kalau perilakunya sih emang baik-baik cuma pakaiannya yang terlalu terbuka, terus sama pasangannya itu melakukan ciuman ke bibir dan menurut saya itu kalau di muka umum itu kurang enak lah dipandangnya juga, agak gimana gitu meresahkan masyarakat juga sih," jelas Dadan.

Namun Dadan juga tidak menafikan bahwa ini terjadi karena perbedaan budaya antara masyarakat lokal dan turis asing.

"Tapi yah mungkin udah budaya orang luar sih mau bagaimana juga," ungkap Dadan.

Dadan juga menambahkan bahwa pernah terjadi salah satu kasus dimana turis asing lari, tidak mau bayar.

"Kasus sih belum ada di daerah sini (tempat Dadan tinggal) gak tahu kalau di luar, cuma dulu pernah kejadian di Cimerak kalau nggak salah. Kejadiannya itu si turis asingnya itu lari nggak mau bayar, kalau yang lainnya sih belum pernah denger," terang Dadan.

Hal serupa juga dirasakan oleh Dedi (44) seorang pelaku wisata di Pangandaran, ia mengaku cukup resah dengan kelakuan turis asing. Ia mencontohkan salah satu kelakuan buruk turis asing adalah mabuk-mabukan.

Minuman beralkohol memang diperbolehkan untuk diperjualbelikan di Pangandaran. Sehingga tidak ada ketentuan khusus yang melarangnya, akan tetapi dampak yang ditimbulkan dari minuman beralkohol ini yang dipermasalahkan oleh warga Pangandaran.

"Yah memang di Pangandaran itu minuman alkohol diperbolehkan, cuman yang jadi keresahan warga sekitar itu efek dari alkohonya gitu, si turis asing jadi mabuk-mabuk resek karena pengaruh alkohol," terang Dedi.

Tapi Dedi juga menambahkan kalau mereka sudah sadar dari pengaruh alkohol, mereka langsung meminta maaf kepada para warga yang terganggu akibat ulahnya. "Tapi kalau udah sadar sih minta maaf, orang bulenya minta maaf jadi enggak diperpanjang lagi masalahnya," tambah Dedi.

Selain itu, ada juga kasus dimana turis asing mengganggu adzan di Masjid Jami Al-Islam yang terletak di Pananjung, Pangandaran. Ulah turis asing ini tentu saja memicu kemarahan warga sekitar, karena ini berkaitan dengan agama yang merupakan isu sensitif. Kasus tersebut terjadi tujuh tahun yang lalu.

Namun kasus tersebut berakhir dengan damai diantara kedua belah pihak. Turis asing tersebut meminta maaf kepada warga dan permintaan maafnya pun diterima baik oleh warga sehingga kasus tersebut tidak diperpanjang lagi.

"Dulu pernah ada bule yang menggagu adzan di Masjid Al-Islam yang lokasinya emang deket dengan Pantai. Kejadiannya itu kalau nggak salah tujuh tahun yang lalu dan alasan si bule ini ngenganggu karena merasa risih sama suara adzan. Tapi yah alhamdulillah masalahnya berakhir damai," terang Dedi.

Kejadian-kejadian meresahkan tersebut sudah mulai berkurang, namun dulu hal tersebut seringkali terjadi. Mereka selalu keras kepala dengan tidak mau mendengarkan warga untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

Perilaku mereka yang ngeyel tersebut dikarenakan tidak adanya pengawasan dan pembimbingan dari tour guide. Sehingga untuk mengurangi perilaku tersebut, diadakan tour guide untuk turis asing.

Hal ini diperjelas oleh Dosep (18), pemuda Pangandaran yang tinggal didekat tempat wisata.

"Waktu itu turis-turis asing tidak pakai jasa tour guide, karena nggak ada tour guide membuat mereka jadi semena-mena kelakuannya. Dan hal ini membuat warga kesal," terang Dosep.

Kelakuan Turis Lokal Sama Saja

Kelakuan turis yang meresahkan warga bukan hanya dari luar , turis lokal juga sama. Meski tingkah onarnya lebih jarang dari turis asing, namun keonaran yang dilakukan turis lokal jauh lebih merugikan dampaknya.

Salah satu contohnya terjadi di Cagar Alam Pangandaran. Ada salah seorang turis lokal yang nekat menduduki batu yang berbentuk pipih dan batu tersebut merupakan salah satu benda sejarah peninggalan Kerajaan Pananjung.

Para petugas cagar alam juga sudah menghimbau agar tidak menduduki batu tersebut, tetapi turis lokal tersebut bersikeras ingin mendudukinya sehingga para petugas terpaksa menghalaunya. Hal ini dinyatakan oleh Haris, seorang pegawai di Balai Pelestarian Kebudayaan IX Jawa Barat.

"Jadi dulu ada salah satu turis lokal yang berkunjung kesini. Setelah mendatangi Kawasan situs sejarah Kerajaan pananjung yang ada disini, si turisnya itu maksa ingin difoto sambil menduduki batu yang bentuknya itu pipih dan itu merupakan salah satu benda peninggalan yang gak boleh diduduki," terang Haris.

"Kami sudah menghimbau untuk tidak menduduki batu tersebut, namun si turis tetap keukeuh memaksa untuk duduk. Sehingga kami terpaksa menghalaunya," tambah Haris.

Haris menambahkan bahwa warga Pangandaran harus siap menghadapi tantangan dari kedatangan turis asing. Karena ini merupakan resiko bagi sebuah daerah wisata. Haris juga menekankan perlunya kerja sama antara pemerintah Pangandaran dan warga Pangandaran.

"Masyarakat dengan pemerintah itu harus bisa bersinergi, lalu yang kedua sadar wisata bahwa Pangandaran itu tempat wisata sehingga harus dijaga baik dari tempat wisatanya maupun dari kebudayaannya," jelas Haris.

Setiap daerah memiliki adat istidatnya masing-masing. Dan karena itu, penghormatan terhadap budaya lokal di tempat yang dikunjungi harus  dilakukan. Seperti pepatah mengatakan 'dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun