Kelakuan turis yang meresahkan warga bukan hanya dari luar , turis lokal juga sama. Meski tingkah onarnya lebih jarang dari turis asing, namun keonaran yang dilakukan turis lokal jauh lebih merugikan dampaknya.
Salah satu contohnya terjadi di Cagar Alam Pangandaran. Ada salah seorang turis lokal yang nekat menduduki batu yang berbentuk pipih dan batu tersebut merupakan salah satu benda sejarah peninggalan Kerajaan Pananjung.
Para petugas cagar alam juga sudah menghimbau agar tidak menduduki batu tersebut, tetapi turis lokal tersebut bersikeras ingin mendudukinya sehingga para petugas terpaksa menghalaunya. Hal ini dinyatakan oleh Haris, seorang pegawai di Balai Pelestarian Kebudayaan IX Jawa Barat.
"Jadi dulu ada salah satu turis lokal yang berkunjung kesini. Setelah mendatangi Kawasan situs sejarah Kerajaan pananjung yang ada disini, si turisnya itu maksa ingin difoto sambil menduduki batu yang bentuknya itu pipih dan itu merupakan salah satu benda peninggalan yang gak boleh diduduki," terang Haris.
"Kami sudah menghimbau untuk tidak menduduki batu tersebut, namun si turis tetap keukeuh memaksa untuk duduk. Sehingga kami terpaksa menghalaunya," tambah Haris.
Haris menambahkan bahwa warga Pangandaran harus siap menghadapi tantangan dari kedatangan turis asing. Karena ini merupakan resiko bagi sebuah daerah wisata. Haris juga menekankan perlunya kerja sama antara pemerintah Pangandaran dan warga Pangandaran.
"Masyarakat dengan pemerintah itu harus bisa bersinergi, lalu yang kedua sadar wisata bahwa Pangandaran itu tempat wisata sehingga harus dijaga baik dari tempat wisatanya maupun dari kebudayaannya," jelas Haris.
Setiap daerah memiliki adat istidatnya masing-masing. Dan karena itu, penghormatan terhadap budaya lokal di tempat yang dikunjungi harus  dilakukan. Seperti pepatah mengatakan 'dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H