Ikan-ikan menunggu santapan dari para pejihad yang tak mempunyai akal.Â
Bukankah mati konyol adalah jalan kesesatan.
Namun pilihan hanya ada satu. Mengungsi atau mati sia-sia di negeri sendiri.
Sambil kau peluk dirimu yang kedinginan dari badai malam yang terus-terusan menghantam.
Sementara yang lainnya juga seperti yang kau lakukan. Memeluk sambil menangis bahwa kematian sebentar lagi pasti datang.
Pelan-pelang perahu lenyap ditelan gelombang. Camar-camar lalu bermunculan bagai kabut di percikan badai.
Di paruhnya membawa ribuan kembang dari daratan yang penuh pemberontakkan.
Ketika air asin memenuhi perut dan tangan-tangan menggapai permukaan.
Seketika kamu rasakan beban deritamu sedikit ringan bagai tarian masa kecil saat hujan datang.
Tak disangka kamu bertemu seluruh keluargamu disebuah pesta jamuan makan malam.
Mereka saling diam tanpa senyum seperti ada sesuatu yang disembunyikan di meja makan.